⚠️usai revisi, terdapat banyak perubahan ⚠️
•
Mohon tandai bila ada typo.
.———--happy reading--———
Bola putih itu menggelinding mengenai bola lainnya hingga masuk ke beberapa lobang. Perempuan yang hanya memakai tank top dan rambut di cepol asal itu meneguk Vodka sebelum menatap Alena.
"So, lo dikeluarin dari sekolah cuma karena gores mukanya?"tanyanya setelah mendengar cerita dari Alena. Sang empu berdehem sebagai jawaban membuat perempuan itu tertawa kecil.
"Salah lo. Kenapa malah gangguin anak mami kayak dia."kata Tresa.
Kini hanya ada mereka berdua di sekeliling meja bilyard sejak tempat ini di tutup oleh sang pemilik, Tresa. Perempuan bertindik di tengah bibir bawahnya itu menuangkan segelas wine untuk Alena yang hanya duduk di sofa panjang.
"Gue masih ingat lo buat gue mabuk kemarin."ucapan dingin itu menarik atensi Tresa yang ingin meneguk minumannya.
"Lo keliatan banyak masalah, jadi gue bantu buat luapin."jawab Tresa. Ia memasang wajah seakan puas dengan minuman di tangannya. "Tcahh.. lo habis tiga botol kemarin, haha padahal lo pemula."kata Tresa kemudian melanjutkan minumnya.
Alena memutar bola matanya malas melihat perilaku yang lebih tua. "Ngomong-ngomong soal cowok yang ngambil kalung abang gue–"
"Kalung besi itu? Ah iya, belakangan ini gue liat dia nongkrong bareng temen-temennya di perempatan sana."sela Tresa menunjuk ke arah Utara seakan tau kemana pertanyaan Alena akan bermuara.
"Di sekitaran sini? Kalau gitu gue ke sana sekarang."
"Lo yakin? Udah tengah malam gini lo mau ganggu waktu mereka?"tanya Tresa.
"Gue cuma mau ambil kalung."jawab Alena.
Tresa berdecih geli mendengar jawaban singkat itu. "paling nggak lo pake jaket itu buat nutupin seragam lo. Mereka suka ngincer, apalagi lo..."perempuan itu melihat Alena dari bawah hingga atas.
"Keliatan seksi pakai rok pendek kayak gitu."katanya menilai.
"Oh ya? Gue rasa ini ajaran dari lo."kelakar Alena menyadari perempuan itu sudah mulai mabuk.
Tresa yang mendengar itu terkekeh dan menunjuk Alena kemudian memasang wajah seolah-olah serius. "Lo murid gue yang paling pinter."katanya lalu kembali tertawa.
Alena tersenyum saja menanggapi celotehan Tresa. Ia meraih salah satu jaket yang tergantung rapi.
"Gue pinjem jaket yang ini, nanti gue balikin."kata Alena.
"Hm, ambil aja. Hufft.. andai abang lo masih ada pasti lo udah jadi ipar gue."racau Tresa.
"Cih, gue harap lo tetep normal tanpa abang gue."ucap Alena lirih namun masih dapat Tresa dengar.
"Lo raguin gue? Gue orangnya setia, apalagi sama batang Abang lo."Tresa meracau dan tersenyum manis diakhir kalimat.
Alena memakai jaket itu dan keluar tak lupa menutup pintunya. Ia lalu masuk dalam mobilnya dan mulai melaju menuju tempat yang di maksud Tresa. Tak membutuhkan waktu lama Alena sampai namun tempat itu terlihat sepi. Saat akan memutar balik mobilnya Alena berhenti sejenak saat mendengar suara kegaduhan tak jauh dari lokasinya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruined Canvas
Ficção AdolescenteAnmalva Helena. Perempuan berparas cantik, dengan rambut panjang hazelnut khasnya dapat memikat para kaum adam dengan mudah, tak terkecuali Biru dan Samudra. Namun di balik kecantikan dan kepopulerannya nyatanya malah membuat Alena benci dengan hidu...