02. Kejadian

1.4K 127 12
                                    

Rehan terus terngiang wajah dan suara sang ketua OSIS. Dirinya telah menegaskan pada hatinya bahwa ia, menyukai Faris. Ah, Rehan tak berniat untuk mengungkapkan perasaannya pada Faris. Cukup dirinya dan tuhan saja yang mengetahuinya. Rehan juga tidak ingin bersaing dengan Yola yang dengan tegas bahwa gadis itu akan mengejar Faris.

Yola sahabatnya. Jadi ia mungkin akan memendam perasaannya sendiri hingga hilang nanti. Tapi, di sisi lain, hatinya ingin Faris mengetahui perasaan ini. Hatinya ingin dirinya mengejar Faris dan membuat sang ketua OSIS yang dingin itu luluh padanya.

"Hahhhh, gue jadi penasaran sama senyumnya dia deh...." Rehan menghela nafas. Kini dirinya tengah merebahkan tubuhnya di kasur. Kamarnya cukup remang-remang sekarang.

"Dia sedingin apa sih? Bener-bener kayak es batu kah?" Rehan mengambil buku sketsa nya dan kembali merebahkan tubuhnya.

"Ganteng banget sihhh...." Perlahan-lahan, sebuah gambar wajah sederhana mulai terlihat. Rehan memang pintar menggambar, namun jarang terasah, jadi tangannya terasa kaku sekarang.

Cklekk

Rehan menoleh dan mendapati Mama nya tengah tersenyum dan membawa nampan berisi cemilan malam.

"Anak Mamah lagi ngapain,hm? Daritadi Mamah liatin senyum-senyum mulu nihh..." Rehan tersenyum lebar. Ia menyimpan buku sketsa nya dan memposisikan tubuhnya agar terduduk di pinggiran kasur.

"Hehe, ngomong-ngomong, Mamah bawa apa tuh?"

"Ini, tadi ada tetangga baru yang kasih kue ini, kamu suka ngga?" Rehan mencicipi kue yang di bawa Mama nya dan merasakannya.

"Enak Mah, Rehan suka. Siapa tetangga barunya, Mah?" Tanya Rehan sembari memakan kue.

"Itulohh, lawan kamu pas tanding Final kemaren... Siapa ya? Itu, ah ya, Gibran, dia pindah sama Mamahnya." Mendengar jawaban Mama nya, Rehan langsung berlari menuju balkon samping yang mengarah langsung ke kamar tetangga. Dan benar saja, di sana, sama seperti dirinya, Gibran tengah berdiri di balkon. Jarak mereka hanya 2 meter. Saling menatap dan tiba-tiba Gibran memekik.

"Loh?! Kok lu di sini?!" Rehan menaikan alisnya heran.

"Kok malah lu yang tanya sih. Harusnya gue yang tanya, kok lu pindah ke sini sih!" Pemuda manis itu berkacak pinggang menatap mantan lawannya itu.

"Lah? Gue mah ngikut Ibu gue, ah males banget tetanggaan sama bocah kek lu." Gibran masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya lalu mematikan lampu.

Rehan yang mendengar panggilan 'bocah' dari Gibran lantas tak terima. "WOY! GUE BUKAN BOCAH YA!"

"Rehan... Jangan teriak-teriak!! Udah malem!" Mendengar seruan Mama nya, Rehan lantas mencebikkan bibirnya. Ah sialan, ini gara-gara Gibran. Dia jadi ditegur oleh Mama nya.

***

Rehan berangkat pagi-pagi untuk melihat latihan apel para siswa yang akan  menjadi petugas upacara hari senin. Ini giliran kelas Faris. Dan Rehan yakin Faris terpilih jadi pemimpin upacara.

Sampai di sekolah, Rehan langsung melihat ke arah lapangan basket yang biasa di jadikan tempat upacara. Dan benar saja, Faris terlihat tengah menjadi pemimpin upacara. Tapi, melihat Yola yang tampak sudah terlebih dahulu sampai, membuat Rehan mengurungkan niatnya untuk duduk dan melihat dari pinggir lapangan. Rehan hanya melihat sekilas dan menuju ke kelasnya.

Di sisi lain, Faris tampak kelelahan. Setelah latihan upacara, ia masih ada kegiatan OSIS yang harus di laksanakan. Semua persiapan, dari perlengkapan dan narasumber yang akan memberikan materi mengenai hidup sehat. Ah, dirinya lupa tidak sarapan. Kini tubuhnya tak kuat di topang dan jatuh terduduk saat latihan upacara masih berada di pengibaran bendera. Teman-teman kelasnya panik. Langsung berlari menuju Faris.

My Cold boyfriend {BxB lokal}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang