03. Tegur sapa

1.4K 123 7
                                    

Rehan berangkat di antar oleh Papanya. Dia sebenarnya bisa menaiki angkutan umum, tapi Mamanya tidak mengijinkan. Ah, bahkan Gibran mengajaknya untuk berangkat bersama. Tapi, Gibran nanti harus memutar arah jika mengantarnya dulu. Alhasil, Rehan di antar oleh Papa nya. Ini hari Sabtu. Kemarin, ia senang karena bisa sedikit dekat dengan Faris. Hari ini adalah jadwal nya piket, jadi ia harus berangkat pagi-pagi.

Dengan segera, Rehan mengambil penghapus papan tulis dan menghapus kenangan-kenangan masa lalu, ah maksudnya menghapus tulisan yang ada di papan tulis. Dengan sedikit sulit karena tinggi nya yang kurang untuk mencapai bagian papan tulis yang tinggi. Tiba-tiba ada tangan yang mengambil penghapus lain dan membantu Rehan.

Pemuda manis itu menoleh dan mendapati Azis, salah satu teman kelasnya yang memiliki tinggi lebih, setara dengan anak SMA kelas 12.

"Makannya jangan kependekan cil." Di kelas, Rehan adalah siswa laki-laki paling pendek, tapi tetap lebih tinggi dari perempuan. Jadi terkadang ia mendapat julukan 'Bocil' dari teman kelasnya. Tidak, ia tidak marah. Iya kenyataannya, kan? Kalau dirinya marah, sudah pasti julukannya akan lebih parah.

"Iya-iya, maap kalo gue kependekan. Eh, bukannya lu yang ketinggian ya? Dasar tiang." Rehan melenggang pergi dan duduk di kursinya. Ini masih jam setengah enam pagi. Selain untuk piket, Rehan berangkat pagi juga untuk menumpang WIFI yang akan berfungsi lancar pada saat siswa belum banyak yang berangkat.

"Cil, lu kagak bosen gitu? Main game ayok, daripada lu nontonin pidio mitologi begituan, kaga penting bre." Azis duduk di meja Rehan. Pemuda itu tampak memandangi wajah Rehan yang terlihat serius memperhatikan ponselnya yang menampilkan video YouTube tentang kisah mitologi dewa-dewi Yunani.

"Gak ah, gue ga terlalu suka nge-game. Hehe, lu salah ajak orang." Azis tiduran di meja Rehan dengan kaki menggantung. Menatap langit-langit kelas yang di mana ada kipas yang di pasang tepat di atas meja Rehan.

"Re, lu suka sama ketos itu ya?"

"Ya." Ups, Rehan langsung menaruh ponselnya dan menutup mulutnya. Bodoh sekali ia menjawab pertanyaan Azis. Arrgghhh, pasti setelah ini, ia akan di ejek.

"Beneran?! Anjir! Gue kira lu cuman kagum sama si ketos itu. Gue telat dong?" Rehan yang awalnya menunduk, kini menatap Azis. Apa maksudnya?

"Maksud lu? Telat apaan?" Azis bangun dari posisi tidurannya dan kini duduk benar-benar menghadap Rehan.

"Lu kagak paham sama sikap gue selama ini? Wahhhh, banyak cewe yang langsung paham padahal, sedangkan lu? Kagak? Aihhh, gue tuh suka sama lu. Gue udah suka lu, semenjak lu ngobatin gue waktu gue luka pas main basket. Gue selalu ngasih lu cemilan, makanan, minuman, bahkan waktu itu gue kasih lu sepatu. Gue juga selalu di samping lu, merhatiin lu, dan gue juga ngelindungin lu. Dan itu semua masih belum cukup buat lu mahamin gue?" Azis pergi. Meninggalkan Rehan yang termenung, mencermati semua kalimat yang Azis keluarkan.

Azis menyukainya?

Dia?

Dirinya?

Hal yang tak pernah Rehan duga sebelumnya. Pemuda yang juga cukup populer karena mengikuti kegiatan basket itu menyukainya. Dirinya yang hanya unggul di bidang finansial. Wajahnya biasa saja menurutnya.

Tapi, tanpa Rehan ketahui, sebenarnya banyak yang menyukainya.

Tapi ada seseorang yang telah mengecapnya terlebih dahulu. Membuat orang-orang yang ingin mendekati Rehan, harus mundur.

***

Azis tampak kembali ke kelas saat bel masuk berbunyi. Rehan tidak fokus pada pelajaran hingga jam istirahat pertama tiba. Rehan masih terdiam, teman sebangkunya, Putra,merasa heran.

"Han, lu gapapa kan ya? Daritadi diem mulu, tumben banget pas guru nerangin, lu kagak tanya apapun." Rehan menatap Putra.

"Put, Azis suka sama gue...."

"Lu baru tau?! Heh! Gue aja udah tau dari awal dia nunjukin ketertarikannya ke elu! Aih, bodoh banget lu." Rehan menelungkup kan kepalanya ke meja. Jam istirahat hanya 15 menit, dan itu sudah hampir habis. Rehan tidak ke kantin dan hanya duduk di kelasnya ditemani Putra yang memakan bekal yang ia bawa.

"Permisi, Ada Faiza Rehan Zidane?" Tiba-tiba, salah seorang siswi masuk ke dalam kelas dan memanggil Rehan.

"Saya. Ada apa ya?" Tanya Rehan dengan masih duduk di tempatnya.

"Ada yang cari. Ayo ikut." Rehan mengangguk dan berdiri lalu mengikuti siswi tadi.

"JANGAN DI CULIK YA MBA! KESAYANGANNYA AZIS TUH!" Teriak salah satu teman kelas Rehan.

"Dia punya Faris."

***

Faris sedang bersama kekasihnya sekarang. Kekasih? Ya, pemuda dingin itu memiliki kekasih yang bernama Arun. Siswi kelas 9, yang berarti adalah kakak kelasnya. Faris dulu hanya iseng menerima pernyataan dari Arun.

"Ris, kamu ga ada apa-apa kan nanti pas pulang sekolah? Ga ada OSIS atau apapun kan? Aku mau jalan deh, kita kemana~~ gitu..." Faris sedikit mendengus. Jujur, berpacaran itu melelahkan.

"Bentar ya, aku sibuk." Faris pun pergi dan ke ruang OSIS. Dirinya masuk dan mendapati seorang pemuda yang tengah duduk di salah satu kursi anggota OSIS.

"Lu siapa?" Tanya Faris. Jelas dia bertanya. Dia tidak mengenal sama sekali pemuda di hadapannya ini.
"Dan kenapa lu masuk kesini?"

"E-eum, maaf, gue tadi di suruh sama Raia buat duduk di sini dan tungguin dia." Faris hanya mengangguk dan duduk di kursi jabatannya. Memijat kepalanya yang terasa pusing.
"L-lu, gapapa kan? Keliatan capek banget... Kenapa ga ke UKS aja? Tidur di kasurnya." Usul Rehan. Ia melihat Faris yang kini beralih menatapnya.

"Ga usah peduliin gue." Rehan seketika terdiam. Ughh, sepertinya dirinya salah karena mengikuti keinginan. Raia, siswi yang membawanya kemari tadi.

"Haii, sorry ya, Faris emang dingin banget. Tapi kalo lagi sakit tetep panas kok, kan dia manusia." Rehan hanya meringis mendengar perkataan Raia.
"Ah udahlah, yuk kita ke kantin. Hari ini jamkos!!!" Raia tiba-tiba menarik lengan Rehan.

Rehan yang ditarik hanya bisa pasrah dan mengikuti Raia. Sebelum benar-benar keluar dari ruang OSIS, dirinya memandangi Faris yang kini tertidur dengan posisi kepala mendongak ke atas. Ugh, wajahnya tetap tampan.

"Re, lu ga suka sama Faris?" Tanya Raia tiba-tiba.

"K-kenapa?"

"Gue pengen kalian jadian deh. Pasti lucu, hehe." Rehan cengo. Tentu saja, siapa sangka ada siswi yang bahkan mendukungnya agar bersama Faris.

***

TBC.

Hehe, sorry telat ya, sibuk OSIS juga nih kayak Faris hehe..

My Cold boyfriend {BxB lokal}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang