Chap 3

27 11 1
                                    

Neysa berjalan pelan di antara rak-rak di minimarket, ditemani oleh Talia dan Cynthia. Suasana di dalam toko cukup ramai, dengan orang-orang yang baru saja pulang dari kantor masih mengenakan setelan jas atau seragam kerja mereka.

Keranjang belanja Neysa masih kosong, dia tampak bingung memilih barang apa yang ingin dibelinya. Sementara itu, Talia terlihat sibuk mengeluhkan hal-hal sepele, sementara Cynthia, yang biasanya cenderung berteriak dan bertengkar, tampak lebih tenang dari biasanya malam ini.

"Ney, dari sekian banyak tempat belanja, kenapa harus ke minimarket ini?" tanya Talia dengan suara yang terdengar lesu, sambil duduk di lantai minimarket.

Neysa melirik sekilas ke arah Talia sebelum kembali fokus memilih bahan makanan dalam kemasan kalengan.

"Kenapa? Tidak puas? Mau protes? Coba saja kalau berani," sahut Neysa dengan nada yang sedikit menantang, sambil memasukkan barang yang dipilihnya ke dalam keranjang belanja.

"Bukan itu maksudku, hanya saja..." Talia menjawab dengan suara yang masih lesu.

"Katakan saja apa yang ada di pikiranmu, meskipun aku lapar, aku tidak berniat untuk memakan manusia," goda Neysa dengan sedikit candaan, mencoba membuat suasana menjadi lebih ringan.

"Kenapa kita tidak pergi ke supermarket seperti bulan lalu? Aku sangat menikmati waktu kita di sana," keluh Talia, masih menunduk, enggan menatap Neysa yang berdiri di depannya.

"Awalnya memang begitu, tapi dua orang bodoh sibuk bertengkar sehingga kita kehabisan waktu. Sayang sekali," jawab Neysa dengan nada sinis.

Talia mendesah kesal, membuang muka dengan sembarangan.

"Itu semua karena Cynthia yang memulai," gumamnya. Kemudian, dengan tatapan memelas, ia menoleh ke Neysa.

"Tapi, kenapa kita tidak menggunakan mobil saja?" tanya Talia.

Neysa menjawab dengan singkat, "Kita hanya boleh menggunakan mobil untuk keperluan sekolah, kita belum punya lisensi resmi."

"Aneh, seharusnya kita tidak diperbolehkan mengendarai kendaraan apapun, tapi kenapa kau boleh?" Talia mencoba memahami.

"Karena ayahku punya uang," jawab Neysa, mengakhiri diskusi.

"Kalau begitu—"

"Ayolah berhenti berbicara." Neysa memotong perkataan Talia.

"Kita harus cepat, aku sudah sangat lapar," kata Neysa, memberikan keranjang belanjaannya pada Talia dengan malas.

Mereka keluar dari minimarket saat langit mulai gelap. Neysa membawa dua tas belanja penuh dengan barang belanjaan.

"Sudah mulai gelap, ayo pulang, Keira pasti menunggu," ucap Neysa, menatap langit yang gelap.

"Oh, aku tahu jalan pintas," kata Talia dengan semangat.

Neysa dan Cynthia menoleh padanya, Neysa menatap Talia dengan ragu.

"Meskipun melewati gang sempit, tapi cukup terang," jelas Talia, berusaha meyakinkan kedua temannya.

"Ayo saja, yang penting cepat pulang," ujar Neysa.

"Aku tidak mau! Kita lewat jalan biasa saja!" tegas Cynthia, suaranya penuh dengan ketegasan.

"Hei, tolong berhenti. Aku sudah muak dengan kalian berdua. Cynthia, tolong jangan keras kepala. Kita ikuti saja Talia. Kau sudah lapar, bukan?" ucap Neysa, suaranya terdengar lelah.

Cynthia menghela nafas kesal, namun tidak mengatakan apa-apa.

"Hei, cepat tunjukkan jalannya," Neysa meminta dengan nada tegas pada Talia.

Yelkrana Saga : Tracing the Trails of Eternal WarfareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang