Chap 4

19 11 0
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, sudah terhitung hampir dua minggu telah berlalu sejak peristiwa malam itu. Mereka tetap menjalani rutinitas mereka dengan biasa, tidak lagi membahas peristiwa tersebut kepada siapapun, termasuk Keira. Memilih menguburnya sedalam mungkin dan menggalinya lagi di saat yang tepat.

Namun, anehnya, tiga hari semenjak malam itu, secara tiba-tiba banyak berita dan artikel yang membahas tentang sosok misterius yang serupa dengan sosok yang mereka temui. Awalnya tidak ada yang percaya dengan berita itu, namun semakin hari semakin banyak orang yang membagikan foto maupun video ketika mereka menemukan sosok-sosok itu. Kabarnya sosok itu tidak—ah bukan, belum memakan korban. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, bukan?

Yah, walaupun begitu, tetap saja itu menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Masyarakat harus menjalani kegiatan mereka dengan perasaan yang was-was setiap saat. Karena berita yang telah tersebar, kota ini menjadi kota mati ketika malam hari. Semua tempat yang menjadi pusat keramaian tutup ketika malam hari, mereka tidak ingin mengambil risiko dengan keluar pada malam hari untuk hal yang tidak penting. Hanya beberapa pekerja yang harus terpaksa keluar malam dan juga petugas keamanan yang berpatroli memantau keadaan sekitar.

Pemerintah setempat sudah berusaha menyelidiki kasus ini, tapi masih belum ada yang tahu sosok apa sebenarnya itu? Darimana mereka berasal? Dan apa tujuan mereka sebenarnya? Saat ini, pemerintah hanya mampu memperkuat keamanan kota selagi menunggu himbauan lebih lanjut dari pimpinan negara Lthien.

Di pagi yang cerah itu, empat sekawan itu berkumpul di ruang tamu setelah sarapan. Suasana hening terisi dengan derap jari-jari yang asyik mengetuk layar smartphone masing-masing. Keira, yang duduk di sudut ruangan, tenggelam dalam bacaan artikel-artikel yang sedang viral belakangan ini.

Cukup lama hening akhirnya Keira membuka suara.

"Kalian sudah tau tentang berita yang se—"

"AKU TAU! AKU BARU MEMBACANYA PAGI INI!" teriak Cynthia, membuat ketiga temannya melompat kaget.

"Santai saja, tidak perlu berteriak seperti itu," tegur Neysa dengan sedikit kesal, mencoba meredakan kegaduhan yang tiba-tiba muncul.

Talia mengangguk setuju.

"Aku tidak pernah tau penyakitmu kambuh di pagi hari" ujarnya kemudian.

"Apa maksudmu, sialan?!" tanya Cynthia kesal suaranya penuh dengan ketidaknyamanan.

"Tidak bermaksud menyinggung hanya khawatir saja. Aku akan bantu membelikanmu obat penenang jika kau mau," jawab Talia.

Cynthia berdiri dari tempat duduknya dengan ekspresi yang mulai memanas.

"Kau pikir aku orang gila?!" ucapnya dengan nada tinggi, merasa tersinggung dengan saran Talia.

"Hei, maaf saja tapi dia tidak pernah mengatakan bahwa kau gila, kau sendiri yang mengakui kalau kau gila." Bukan Talia yang menyahut kali ini, tapi Keira. Dia sangat paham maksud perkataan Talia tadi adalah mengatakan bahwa Cynthia gila secara tersirat tapi dia sedang ingin menjahili Cynthia sejenak.

Cynthia terdiam, yang dikatakan Keira ada benarnya. Dia melirik ke arah Neysa yang berada di sampingnya sedari tadi hanya duduk dan menyimak pembicaraan mereka.

Yelkrana Saga : Tracing the Trails of Eternal WarfareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang