Bab 8 : Ayah dan Emely

1.9K 204 0
                                    

Ini part untuk Freen yah, happy reading🥰

"Hidup memang tidak selalu berjalan sesuai harapan, tapi apa pun harus disyukuri dan diterima dengan lapang dada, hari ini sedih mungkin besok kita akan bahagiah"

Flashback on .....

Praaanggggg....

"Apa? di PHK? apa kamu barusan mau bilang kalau sekarang kamu sudah jadi pengangguran?", Hana mengamuk tidak karuan setelah mengetahui suaminya kena PHK

"Tolong tenangkan dirimu, ini bukan hanya terjadi padaku saja tapi juga pada rekan kerjaku yang lainnya".

"haaaa...omong kosong, kamu memang lelaki tidak berguna, kau memang tidak bisa diharapkan sama sekali", Hana terus saja melontarkan kata-kata pedas kepada suaminya

"aku tidak mau tahu lagi, aku tidak mau berurusan dengan semua hal di rumah ini lagi, silahkan urus diri kalian sendiri, dasar sialan", Hana melangkah pergi keluar dari rumahnya

Mark Chankimah, dia baru saja di PHK dari perusahaan tempatnya bekerja, perusahaan itu mengalami masalah keuangan yang membuat mereka terpaksa harus memberhentikan beberapa pegawai. Hana adalah wanita yang telah dinikahinya selama 15 tahun, Mark sangat mencintai istrinya itu, mereka memiliki seorang anak yang diberi nama Freen Sarocha Chankimah dan Mark sangat mennyayangi putri semata wayangnya itu. Hana memiliki sikap tempramen bahkan sebagai seorang ibu dia tidak terlalu akrab dengan Freen putri mereka, selama ini Marklah sosok yang paling dekat dengan Freen, dia bukan cuma seorang ayah tapi kadang bisa menjadi ibu bagi Freen.

"Ayah".

Mark menatap putri semata wayangnya yang memanggil dari balik pintu kamarnya.

"Kemarilah nak"

"Ayah, apa ibu marah ppada kita?"

"Tidak sayang, ibumu hanya marah pada ayah", Mark mengecup sayang kening anaknya.

"Ayah, jangan sedih, bagaimana kalau kita makan malam, Freen dari tadi belum makan karena menunggu ayah pulang".

"Heii...kenapa begitu? jangan pernah menahan lapar kalau ayah belum pulang nak, ayah tidak ingin kamu sakit".

"Baik ayah, kalau begitu ayo kita pergi makan".

hari berganti hari, suasana rumah sudah seperti neraka, pertengkaran demi pertengkaran selalu saja terjadi hampir setiap saat. Mark belum juga mendapatkan pekerjaan sedangkan Hana istrinya sudah benar-benar muak dengan keadaan itu, Freen setia kali mendengar perkelahian orang tuanya dia lebih memilih mengunci diri di kamar dan menangis hingga tertidur. ini sudah menjadi semacam kebiasaan di rumah itu. Keadaan semakin memburuk manakala ibunya sudah jarang ada di rumah, pergi pagi pulang malam bahkan terkadang tidak pulang selama beberapa hari, ada pun Ayahnya mencari pelampiasan dengan meminum alkohol dan berakhir mabuk.

Hari itu di malam Natal, malam yang harusnya menjadi momen kumpul keluarga Hana dengan terus terang mengatakan dia sedang mengandung. Freen bahagia tentunya tapi tidak dengan Ayahnya, bagaimana bisa ibunya hamil sedang Mark merasa tidak pernah lagi menyentuh ibunya, Mark sangat marah dan mengusir istrinya pergi dari rumah saat itu. Freen yang menyaksikan semuanya hanya terduduk menangis memeluk boneka kelincinya, ibunya telah pergi meninggalkannya.

Sejak saat itu Freen menjadi anak yang murung, dia merindukan ibunya tapi juga dia paham bahwa ibunya telah melakukan kesalahan besar kepada ayahnya. Saat sedang belajar di sekolah, Bibi Mee tiba-tiba datang dan mengatakan bahwa ibu ya sedang berada di salah satu Rumah Sakit, awalnya dia ragu untuk pergi tapi hatinya sekali lagi memintanya untuk pergi, siapa tahu kali ini ibunya sudah berubah dan akan kembali lagi pulang ke rumah. Setibanya ia di RS, sosok yang dicari sudah tidak ada, ibunya sudah pergi lagi dan Freen dia hanya mematung melihat box yang berisikan bayi perempuan bermata biru di depannya.

"Apa kamu yang bernama Freen?, tanya seorang suster

" Iya, saya Freen".

"Ini surat yang dititipkan pasien untuk diberikan kepada anak yang bernama Freen dan bayi itu, bawalah pulang bersamamu, kata pasien itu adalah adikmu".

Dear Freen...
Maafkan ibu sayang, ibu tidak bisa bertemu denganmu. Ibu tahu pasti saat ini kamu marah dan membenci ibu, ibu akui semua ini kesalahan ibu. Sayang, ibu tau kamu anak yang kuat, tumbuh dan berbahagialah jangan khawatirkan ibu karena ibu akan selalu baik-baik saja. Nak, ibu titip adikmu yah, walau pun kalian berbeda ayah tapi kalian tetap putri kesayangan ibu, sekali lagi ibu minta maaf
Ibu sayang kamu.

Setelah membaca surat itu, entah kenapa hatinya seperti kaca yang pecah berantakan. dia tidak menangis lagi, seolah air matanya telah habis saat itu. Perlahan Freen memeluk bayi di dalam box, dia menatap bayi dengan pipi gembulnya, mulai sekarang akulah yang akan merawatmu.

Mulai hari itu, Freen berhenti dari sekolahnya, dia menghabiskan waktu di rumah menjaga adik dan ayahnya, hingga sang adik ketika dia mulai belajar berbicara kata "Mama" lah yang pertama kali terucap dari bibir mungilnya sebagai julukan untuk wanita yang merawatnya. Hingga saat Freen berusia 20 tahun, ia harus menerima kenyataan bahwa ayahnya divonis kanker prostat oleh dokter, keterbatasan ekonomi membuat ayahnya hanya dirawat dirumah dan sejak saat itu pula semua tanggung jawab berada di pundaknya".

Flashback off ...

Tampak dari kejauhan seorang gadis tampak terduduk di tepi sebuah makam, ia sesekali menghapus air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Gadis itu membawa sebuket bunga tulip putih ditangannya, ia kemudian menaruh bunga tersebut di atas makam itu. Sesekali tangannya menyapu pusara berwarna hitam tersebut.

"Maafkan aku, aku harus segera pergi".

Pembantuku Pujaan HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang