04

19 1 0
                                    

"In the vastness of the universe, our intertwined hearts found their eternal home."

INTERTWINED HEARTS

***

Seorang gadis menaiki taksi yang baru dicegatnya, ia mengutuki dirinya yang ceroboh. Bisa-bisanya dirinya bangun terlambat dihari kerjanya, apalagi hari ini ada agenda penting, ya, proyek besar yang dipegangnya akhirnya mendapat bantuan pendanaan dari perusahaan besar. Sebetulnya Abby tidak menyangka bisa mendapatkannya, namun ia menduga bahwa ini semua berkat temannya. Siapa lagi kalau bukan Rachel, yang kini menjabat sebagai atasannya langsung. Abby berteman dengan Rachel Mitchell, saat pertukaran mahasiswa yang diikutinya saat kuliah dulu di negara Brookstone, ia mengenal Rachel dan berteman baik dengannya selama 3 bulan itu. Selain memiliki kemiripan dalam hobi menembak, Rachel berasal dari negara yang sama dengan Abby sehingga mereka merasa lebih mudah untuk nyambung satu sama lain. Dan tidak disangka-sangka bahwa kini, Rachel jugalah yang menjadi atasannya, ya, Rachel adalah putri dari perusahaan Mitchell Group dan perlahan dialah juga yang mulai terlibat untuk meneruskan perusahaan. Seingat Abby, gadis itu tidak menyenangi pekerjaan semacam ini, ia cenderung ingin menekuni dalam olahraga menembaknya. Namun kehidupan memang begitu, tidak terduga. Tapi Abby senang dengan keputusan temannya untuk mulai belajar pelan-pelan dengan terjun langsung ke perusahaan, biar bagaimanapun Abby dapat merasakan bahwa Rachel cukup berpotensi pada bidang bisnis seperti ini.

Kau sudah dimana?

Abby membaca pesan dari gadis yang baru saja terlintas dipikirannya, dengan segera ia menggerakan jari-jarinya diatas layar dan membalas pesan tersebut.

Rachel, aku sungguh minta maaf, aku masih diperjalanan. Tapi aku tidak akan menggagalkannya, dalam 20 menit kupastikan sudah sampai disana. Bantu aku menundanya, kumohon.

Sent.

Abby merasa tidak enak dengan Rachel, biar bagaimanapun dia harus bersikap profesional. Dan ini adalah bagian dari tanggung jawabnya, ia harus mempresentasikan proyeknya bagaimanapun caranya. Dia menggerutu kesal pada dirinya, ini semua akibat patah hatinya. Astaga! Ia bahkan lupa mengurus dirinya sendiri.

Abby mengambil ponsel yang ada pada sakunya, membuka kamera dan melihat pantulan wajahnya yang sangat berantakan. Ya, meskipun ia sudah memoles make up dengan setebal mungkin, namun sayangnya ia tidak bisa menyembunyikan matanya yang bengkak.

Belum lagi ini adalah hari presentasinya dihadapan para petinggi dan orang penting. Mana mungkin dia bisa berpenampilan seperti ini, namun ia juga tidak memiliki cara lain. Tidak mungkin dia menyembunyikannya dengan kacamata hitam, itu sangat mengganggu presentasinya nanti dan mungkin saja akan menggagalkan kerja sama ini.

Gadis itu menghela napas pasrah, sepertinya kali ini keberuntungan tidak ada di pihaknya.

Setelah 15 menit berlalu akhirnya dirinya sampai juga di kantor. Segera dirinya menaiki lift untuk mencapai lantai atas. Gadis itu tidak bisa menyembunyikan paniknya, dia bahkan berulang kali melihat jam yang melingkar manis dipergelangan tangan kirinya. Harapannya hanya satu, dia masih berkesempatan untuk melakukan presentasi dan tidak mengacaukan kerja sama ini. Karena jika sampai itu terjadi, Abby akan semakin membenci dirinya sendiri.

Sampai juga. Abby merasakan jantungnya memompa dua kali lipat lebih cepat. Bagaimana tidak, rapatnya sudah dimulai. Ia menatap pintu yang sudah tertutup rapat serta kaca-kaca yang sudah blur pertanda aktivitas didalam sana sudah berlangsung. Gadis itu mencoba tenang, menetralkan pikirannya. Ia pun mengambil ponsel pada tasnya dan melihat pesan yang baru saja terkirim untuknya.

Aku tidak bisa berbuat banyak lagi, Abby. Tapi, rapatnya baru dimulai, jika sudah sampai segera masuk sebelum presentasi berlangsung. Sungguh kau harus ada disini dan menyelamatkanku, Abby. Hanya kau yang menguasai proyek ini secara detail, kuharap kau tidak mengecewakanku kali ini.

Intertwined HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang