05

17 1 0
                                    

"In the vastness of the universe, our intertwined hearts found their eternal home."

INTERTWINED HEARTS

***

Abby menghela napas pasrah, ia benci dengan situasinya sekarang ini. Hari yang benar-benar sial.

Gadis itu membuang muka dan menatap pemandangan luar mobil dari kaca sampingnya, sejujurnya ia tengah menghindari mata Nicholas yang terus menyorotinya. Sungguh ia merasa tidak nyaman ditatap seperti ini, apakah dia telah berbuat salah?

"Jangan terus menatapku, kita bisa tertabrak nanti."

Abby terkaget ketika mobil direm secara mendadak. Sungguh pria ini sudah gila, untung dirinya sudah menggunakan seatbelt sebelumnya.

"Apa yang kau lakukan, bastard? Jangan bermain-main, sialan." umpat Abby kesal, ia bahkan tidak menyadari bahwa ucapannya membuat pria ini semakin menjadi, bahkan tatapan tajamnya membuat tubuh Abby menegang, meski begitu gadis itu pandai menyembunyikan ketakutannya dan mengalihkan pandangannya kedepan.

"Kau tidak merasa bersalah, Abby?"

Abby mengerang dalam hati, ia sadar akan perilakunya yang seharusnya tidak seperti ini. Biar bagaimanapun dia harus sadar diri dengan posisinya yang sedang berhadapan dengan bos besar. Tapi jika dipikir-pikir, Abby pun tidak salah, bukan? Dia hanya berusaha membela dirinya sendiri, dan sesuatu yang tidak benar tidak seharusnya dilanjutkan.

"Apa yang kau bicarakan?"

"Kau kabur malam itu dan kau terus berpura-pura bahwa kau tidak tau apapun."

"Kau gila, aku bahkan tidak mengenalmu. Ya, aku akui aku tau bahwa kau adalah pria bodoh yang nyasar ke kamarku saat itu, tapi selebihnya itu adalah kesalahan dan mari kita lupakan semuanya."

Nicholas tertawa mendengar penuturan gadisnya. Ia tidak menyangka mendapat respon seperti ini. Seingatnya, Abby juga menikmatinya malam itu. Hatinya sedikit sakit, ia mencintai gadisnya. Gabriella. Gadis kecilnya yang ia temui didalam Abby, semuanya terasa nyata.

"Aku tidak peduli, aku akan pastikan kau menyesal dengan perkataan terakhirmu itu."

"Jika kulihat-lihat, kau semakin cantik dengan tingkahmu yang seperti ini, cupcake." tambahnya lagi.

"Kau benar-benar gila."

"Dan kau benar-benar cantik."

Nicholas pun melanjutkan perjalanan mereka yang sempat terhenti, ia melajukan mobilnya membelah jalanan. Sementara Abby cukup takut dengan situasinya kali ini, kemana dia akan membawanya? Tentu pria ini bukanlah penjahat yang hendak menculiknya bukan? Tidak mungkin, ia sudah tau sedikit tentang latar pria ini karena beberapa hari lalu ia sempat menyelidikinya karena kerja sama untuk proyeknya.

"Panggil aku Nick, dan aku tidak seburuk yang kau pikirkan, Abby."

Abby tidak menanggapi, toh baginya itu tidak penting.

Sampai akhirnya mereka sampai di lobby apartment Abby, gadis itu mengernyit bingung? Bagaimana mungkin pria ini bisa tau lokasi apartmentnya sementara seingatnya ia baru mengenal pria ini.

"Kau siapa, hah? Kenapa tau tempatku? Apa kau mata-mata dari-

"Tidak ada yang tidak ku ketahui tentangmu, cupcake."

"Dan aku bukan mata-mata, justru akulah yang bisa menyuruh mata-mata untuk mengikutimu 24 jam." tambahnya lagi.

Abby mengangguk setuju, hatinya merasa tenang. Pikirannya akan hal itu tidak terjadi, lagipula bukankah memang ia tidak dipedulikan? Abby tersenyum pahit, siapa yang akan memedulikannya?

Intertwined HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang