08

10 1 0
                                    

"In the vastness of the universe, our intertwined hearts found their eternal home."

INTERTWINED HEARTS

***

Sudah pukul 08.15, Abby segera bergegas keluar dari apartment nya. Ya, ini masih hari kerjanya. Dan sepertinya ia akan menaiki bus umum untuk pergi ke kantornya. Biar bagaimanapun dirinya harus berhemat, uangnya sudah banyak habis karena kejadian di night club beberapa waktu lalu.

Ia juga sengaja mematikan ponselnya untuk menghindari pria bernama Nicholas yang dari tadi sudah mengirimnya pesan. Ia tidak peduli dengan akhirnya bagaimana pria itu menunggunya, yang harus ia pastikan sekarang adalah kenyataan bahwa dirinya tidak boleh bertemu dengan Nicholas.

Baru beberapa detik dirinya keluar dari lift, matanya bertemu dengan mata coklat pria yang sedang dihindarinya. Sungguh sial. Sebelum pria itu benar-benar menyadari kehadiran Abby yang tidak jauh dari posisinya, Abby segera menggunakan kacamata hitam yang sudah ia siapkan dan menutupi dirinya dengan tas kantornya.

Abby menghela napas kala menyadari dirinya sudah jauh diluar dan tak ditemukan siapapun dibelakangnya. Sepertinya ia berhasil menghindari Nicholas, gadis itu tersenyum puas.

"Kau menghindariku?"

"WHOaaAA" Abby terperanjat begitu melihat sosok yang berusaha ia hindari malah berdiri tegak didepannya. Untungnya gadis itu masih bisa mengontrol dirinya, karena jika tidak, sudah dipastikan dirinya akan terjungkal kebelakang.

Ia menarik napas dan mengeluarkannya secara perlahan, gadis itu benar-benar kaget. Abby menetralkan dirinya dan menelan salivanya.

"Tidak, untuk apa menghindarimu? Aku memiliki pekerjaan yang lebih penting daripada harus membuang waktuku untuk melakukan itu." Abby mengangguk-angguk menyetujui perkataannya. Begitupun Nick yang ikut menyetujui gadisnya.

"Kalau begitu ayo pergi, kau sepertinya buru-buru untuk bekerja, bukan?" Nick tersenyum meledek Abby yang daritadi dipantaunya berlari-lari menggemaskan.

"Tidak." Balas Abby cepat, gadis itu menggelengkan kepalanya, itu tidak mungkin.

"Kenapa tidak?"

Abby tampak berpikir sebelum kemudian menjawabnya dengan yakin.

"Rumor, ya. Aku tidak mau ada lagi rumor lain tentang aku dan kau."

"Kau mencemaskannya?"

Sialan! Bisa-bisanya pria ini sesantai itu sementara dirinya sejak kemarin memikirkan hal gila itu hingga berencana absen kerja.

"Kau tidak peduli itu?" Abby bertanya balik seolah memastikan lebih jelas apa yang baru saja didengarnya.

"Untuk apa peduli? Itu tidak benar juga. Lagipula jikalau benar sekalipun, aku tidak mempermasalahkannya."

"Ya, aku yang mempermasalahkannya." Abby menghela napasnya sebelum melanjutkan perkataannya.

"Dengar Nicholas-

"Nick."

Abby memandang pria ini kesal, bisa-bisanya malah membahas itu. Sungguh diluar ekspetasinya.

"Dengar, kau mungkin bisa sesantai ini, tapi aku tidak. Ini menyangkut pekerjaanku, privasiku, dan hidupku. Mungkin kemarin aku beruntung karena mereka tidak sampai mengekspos mukaku ke publik, namun tidak ada yang tau hari sial, right?"

Abby menatap pria dihadapannya, apa ia berbuat salah? Ada sedikit rasa tidak enak kala mengutarakan itu dan mendapat reaksi yang berubah dari pria ini. Wajahnya kembali datar, Abby bahkan merasa aura tidak nyaman dari tatapannya seolah membuat dirinya bersalah.

Intertwined HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang