14. The Truth

201 29 10
                                    

happy reading❤️

"Saya benci dia Bec, sangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya benci dia Bec, sangat."
Kenzie Arkatama

***

"Keenan sebenarnya bukan anak kandung saya..." Kenzie menjeda sebentar perkataannya dan menerawang jauh ke masa lalu, ada sedikit perasaan sakit saat mengingatnya, "... dia sebenarnya adik saya Bec."

Alis Becca mengerut, "Adik?" beo gadis itu agak sedikit tidak percaya dengan pendengaraannya.

Kenzie mengangguk, lalu menghela napas dalam dengan sedikit melirik ke arah Becca yang saat ini tengah menatap dirinya sepenuhnya.

"Dulu wanita itu ngekhianatin Papa sampai ngebuat Papa ngedrop dan meninggal. Saya benci dia Bec, sangat." Kenzie berbicara dengan penuh penekanan dan emosi, tangannyapun turut mengepal untuk menyalurkan perasaannya yang hancur ketika mengingat kejadian kala itu.

"Wanita itu belum selesai dengan masa lalunya Bec, kisah cinta mereka masih belum selesai meskipun Mama sudah memiliki keluarga dan yang paling saya benci adalah disaat Papa selalu memaafkan apapun yang dilakukan oleh Mama, termasuk menerima anak dari hubungan mereka..." kata-kata Kenzie terhenti sebentar, dadanya terasa sesak sekali mengingat semuanya, "... sebelumnya mereka sudah memiliki anak seumuran dengan saya, dan Papa masih berbaik hati memasukan gadis tidak tau diri itu ke dalam rumah kami karena saat itu kondisi ekonomi selingkuhan Mama sedang memburuk."

Becca menatap Kenzie dengan tatapan campur aduk, ia tidak menyangka Kenzie pernah memgalami hal seperti ini. Meskipun Becca saat itu belum mengenal Kenzie dan tidak tau situasi persisnya seperti apa. Tapi Becca bisa merasakan apa yang Kenzie rasakan sekarang.

Tangannya terulur untuk memegang pundak Kenzie dan mengusapnya perlahan, bermaksud untuk menenangkan Kenzie. "Kalau Bapak belum bisa cerita semuanya sekarang gapapa Pak, perlahan-lahan saja saya ngerti kok Pak."

Sekarang Becca malah merasa tidak enak hati pada Kenzie karena selama ini telah berpikir jauh dari kenyataannya—benar, Becca memang tidak tau apa-apa tentang Kenzie.

Kenzie tersenyum sekaligus balas menatap Becca yang menatapnya dengan khawatir. Meskipun Kenzie tersenyum tapi Becca bisa merasakan bahwa senyuman itu mengandung banyak makna.

"Gapapa Bec, saya akan ceritakan ke kamu semuanya. Mohon dengarkan dengan seksama ya Bec, hanya dengan dan untuk kamu saja saya akan menceritakan hal ini." ujar Kenzie masih mempertahankan senyumnya dan juga tatapannya berubah teduh ketika menatap Becca. Jangan lupakan juga tangan Kenzie yang sudah mengusap pelan puncak kepala Becca.

"Saat itu Papa sebenarnya kecewa dengan Mama tapi Papa sangat mencintai Mama sehingga yang hanya bisa Papa lakukan adalah memaafkan Mama dan menerima semuanya..."

"... sejak awal saya dan Kira tidak setuju dengan keputusan Papa, tapi sebagai seorang anak yang saat itu masih belum bisa melakukan banyak hal kami hanya bisa menerima meskipun aslinya kami ingin memberontak. Kami tidak pernah berinteraksi intens lagi dengan Mama, dan awalnya kami juga membatasi diri dari Monica, anak dari Mama dan selingkuhannya karena kami pikir dia juga korban dari ini semua. Tapi ternyata pemikiran kami salah, gadis itu malah memiliki rencana untuk membunuh Papa dan sampai membuat Papa meninggal dunia Bec."

Raut wajah Kenzie berubah, ia sangat benci dengan mereka dan tidak akan pernah membukakan pintu maaf barang sedetikpun!

"Mereka bersekongkol untuk membunuh Papa dan merebut semua harta Papa. Memang mereka berhasil membunuh Papa, tapi tidak dengan merebut semua aset Papa. Saat itu saya bergerak cepat untuk mengambil semuanya, saya berusaha menyelamatkan semua hal yang telah Papa capai dan saya tidak akan pernah rela mereka mengambilnya."

"Lalu bagaimana dengan Keenan Pak?" tanya Becca yang masih belum menemukan jawaban tentang Keenan.

"Keenan saat itu masih ada di kandungan Mama Bec dan awalnya kami pikir dia anak dari Papa, tapi dugaan kami salah, ternyata Keenan bukan anak Papa, Mama sendiri yang mengakui semuanya saat Papa sedang sekarat termasuk rencana untuk membunuh Papa...."

Becca tidak ada niat untuk menginterupsi cerita dari Kenzie karena bagaimanapun ia juga paham kondisi Kenzie.

"... alasan saya menerima Keenan di keluarga saya adalah saat itu Keenan ditelantarkan oleh Mama, bahkan sempat hampir ingin dibunuh juga. Tapi saat itu Kira menolong Keenan yang masih bayi dan membawanya ke rumah kami. Kalau kamu bertanya-tanya bagaimana kondisi mereka sekarang, saya tidak tau dan tidak akan pernah ingin tau karena saya sudah menganggap mereka semua mati..."

"... saya sebenarnya ingin sekali memasukan mereka ke dalam penjara, tapi apa daya permintaan terakhir Papa sebelum menghembuskan napas terakhirnya adalah untuk memaafkan mereka dan sebagai anak tertua saya hanya bisa menurutinya."

Tangan Kenzie sekarang telah berpindah memegang tangan Becca—mengelusnya perlahan seperti sedang mencari ketenangan dan Becca tidak menolak sedikitpun sentuhan Kenzie.

"Apa kamu gak bertanya-tanya kenapa saya seterbuka ini sama kamu Bec?" tanya Kenzie sembari menatap lurus ke arah mata Becca.

Sejak tadipun sebenarnya Becca sudah bertanya-tanya alasan Kenzie bisa seterbuka ini dan menceritakan semuanya pada Becca. Padahal Becca hanya menanyakan perihal Keenan.

"Sedikit Pak..." kikuk Becca karena tatapan intens Kenzie.

Astaga, hati Becca memang perlu pertahanan lebih jika di dekat Kenzie kalau terus seperti ini.

Kenzie menghembuskan napasnya sekali lagi, lalu terus mengelus tangan Becca, berusaha menghilangkan rasa sakit yang sempat melandanya, "Boleh saya peluk kamu sebentar?" izin Kenzie dengan senyuman yang belum pernah Becca lihat atau jarang gadis itu lihat.

Becca mengangguk—mengizinkan Kenzie untuk memeluknya.

Detik itu juga setelah mendapat izin dari Becca, Kenzie langsung merengkuh Becca. Entahlah ia juga merasakan kenyamanan yang teramat sangat ketika berada disekitar Becca. Bahkan saat kemarin Becca menghindarinya karena kesalahpahaman hampir membuat Kenzie gila setengah mati.

"Bec," panggil Kenzie ditengah pelukan mereka.

Becca berdeham bermaksud membalas panggilan Kenzie.

"Sekarang saya yakin Bec."

Dahi Becca mengernyit mendengar perkataan Kenzie. Jelas, Becca tidak tau konteks apa yang sedang Kenzie bicarakan sekarang. "Maksudnya Pak?"

"Sekarang saya yakin Bec, saya punya perasaan sama kamu."

Hati Becca berdesir ketika mendengar perkataan Kenzie. Bagaimana tidak? Selama ini ia selalu menahan perasaannya pada Kenzie karena mengira pria itu sudah memiliki istri—padahal kenyataannya tidak.

Jujur di dalam hati Becca yang terdalam ia juga mempunyai perasaan yang sama dengan Kenzie dan apakah sekarang saatnya Becca secara terang-terangan membuka hatinya untuk Kenzie?

Becca menggelengkan kepalanya perlahan, mungkin sekarang ia sedang bermimpi lalu besok pagi akan terbangun di kamarnya.

"Gimana dengan kamu Bec? Apa kamu juga punya perasaan yang sama dengan saya?"

Gila, Becca berharap bisa terbangun sekarang juga jika memang ini hanya mimpi semata karena otaknya benar-benar buntu sekarang!

***

makasih udah nungguin update, jangan lupa tinggalin jejaknya ya❤️

LET ME BE YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang