assalamualaikum warahamtullahi wabarakatu
jangan lupa votee dan komen, jangan jadi pembaca gelap yaaa😊
⚠️HATI HATI TYPO BERTEBARAN⚠️
🌷🌷🌷
Sabtu pagi, keluarga Farrel awali dengan berkunjung ke pesantren Al-Aydrus. Memang sudah menjadi rutinitas mereka setiap minggu untuk mengunjungi pesantren.
Kaedzar, Kiela, Alva dan juga Razka terkadang ikut belajar disana. Walaupun tidak rutin setidaknya mereka merasakan rasanya belajar di pesantren itu bagaimana.
Yang sampai terlebih dulu adalah keluarga Farrel. Jam setengah 7 pagi, mobil yang di tumpangi keluarga Farrel sudah sampai di pesantren. Mereka parkir di halaman ndalem dan tentu saja akan sarapan terlebih dulu disana.
"Assalamualaikum warahmatullah." salam Farrel, Khania, Kaedzar dan juga Kiela.
Tidak lama kemudian, seorang wanita paruh baya membuka pintu. Ya, wanita itu adalah Aisha.
"Eh, waalaikumussalam. ayoo ayoo masukk." Aisha langsung saja membuka pintu lebar lebar untuk mereka.
"Syukron umi." ucap Khania dan di balas anggukan serta senyuman dari Aisha.
Kaedzar dan Kiela langsung masuk ke ruang keluarga. Disana ia melihat Haidar yang sedang duduk santai. Lantas, kedua anak itu menyalimi tangan kakek mereka.
Haidar tersenyum dan mengusap kepala kedua cucu nya. "Baru sampai?" tanya Haidar pada mereka.
"Na'am, kek." jawab keduanya pula.
"Udah salim sama nenek? kakek tebak belum." Haidar terkekeh pelan. Memang setiap kali kesini yang pertama kali mereka cari adalah sang kakek. Entah apa sebabnya.
"Astaghfirullah! Iya kita belum salim." Kaedzar tampak menepuk keningnya sendiri.
"Kebiasaan, ih. Sana salim dulu." titah Haidar. Mereka berdua mengangguk lantas berdiri dari duduknya.
Aisha ada di ruang makan bersama Khania. Langsung saja kedua remaja itu menyalimi tangan sang nenek.
"Afwan nenek cantik. Kie lupaa salim, hehe." Kiela tersenyum seraya menyengir lucu.
"Maafin Kae juga, nek." ucap Kaedzar dengan perasaan bersalah.
"Kaya sama siapa aja sih? Ngga apa apa, santai aja." balas Aisha sambil tersenyum.
"Kebiasaan tuh kaya gitu. Jangan di ulangi." ujar Khania yang tengah menyusun piring di meja makan.
"Hehehe, iya buna." jawab Kaedzar dan Kiela bersamaan. Aisha hanya tersenyum melihat itu.
"Baba kemana, buna?" tanya Kiela saat tidak mendapati Farrel disana.
"Katanya sih tadi ke taman belakang." jawab Khania pula. Kiela tampak mengangguk paham.
"Kae panggil kakek gih. Kita makan bareng." titah Aisha pada Kaedzar.
"Na'am, nek." jawab Kaedzar patuh. Sesuai perintah neneknya, Kaedzar pergi memanggil Haidar yang masih senantiasa di ruang keluarga.
"Kie mau panggil baba ya." pamit Kiela di angguki Aisha dan juga Khania.
"Gimana sama perkembangan mereka? Ngga bandel kan?" tanya Aisha pada Khania. Kini kedua wanita itu sudah duduk di meja makan.
Khania tersenyum tipis. "Alhamdulillah mereka baik baik aja, umi. Nia juga bersyukur, mereka mau di atur. Awalnya Nia takut kalau mereka bakal terpengaruh sama pergaulan bebas. Terutama Kaedzar karena dia laki laki. Tapi ketakutan Nia sekarang udah hilang. Kae ternyata lebih paham dan Nia bersyukur banget, umi." jawab Khania seraya tersenyum juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Distiny (on going)
Teen Fiction[SAQUEL OF Gus Farrel] ⚠️FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Cerita ini dibuat berdasarkan murni karangan dan ide author. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama tokoh, maupun lainnya. Dan harap bijak dalam membaca. Tinggalkan jejak apapun disini. ⚠️DILARANG...