(06) Bertemu Mark

34 5 0
                                    

Happy reading:)

Warning!







Seharusnya malam ini Hendery pergi bermain bersama Lucas dan Xiaojun tetapi kedatangan Ayahnya menghancurkan niatnya itu. Dengan setelan kemeja putih dan celana hitam sang Ayah sedang duduk di ruang tamu.

Hendery berdiri di pertengahan tangga. Ia tak berani turun, nyalinya selalu ciut jika di depan sang Ayah. Sudah dapat dipastikan apa yang akan terjadi malam ini.

"Hendery!" Panggil Ayahnya. Mau tak mau Hendery turun menemuinya.

Kala ia sudah sampai di hadapan Ayah, Handphone keluaran terbaru milik sang Ayah disodorkan kepadanya. Dapat Hendery lihat di layar ada beberapa foto dirinya bersama dua temannya sedang bermain di berbagai tempat.

"Ternyata ini alasan kenapa nilaimu sangat buruk." Ujar Ayahnya.

Hendery meneguk salivanya kasar. Sang Ayah berdiri dan mengambil kembali Handphonenya. Ia berjalan mendekati sapu di sebelah pintu.

"Aku tak paham dengan dirimu Hendery, bukankah sudah berulang kali aku memberimu hukuman?"

Ayahnya itu mematahkan sapu tersebut sehingga ia bisa mengambil gagangnya saja. Hendery hanya bisa terdiam, ia tak bisa melawan ataupun protes kepada sang Ayah.

Ketika sampai di hadapannya, tanpa ragu Ayah mengayunkan tongkat dari sapu itu kepada anaknya sendiri. Rasa sakit itu kembali terasa tepat di punggungnya.

"Apakah hukumannya kurang keras?" Tongkat itu kembali melayang. Tanpa berperasaan Ayahnya itu memukulinya berkali-kali. Tak kuat mempertahankan keseimbangan, akhirnya Hendery terjatuh.

"Kau selalu membuatku malu! Anak nakal dan bodoh sepertimu ini pantas mendapatkan hukuman!"

Sang Ayah menendangnya hingga Hendery terlentang. Tongkat di tangannya dibuang lalu menduduki Hendery dan mulai memukuli sang anak dengan tangannya sendiri.

Hendery meringis kesakitan. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Sudut bibirnya terluka mengeluarkan darah. Lebam-lebam itu kembali muncul.

Hingga pukulan yang ke sekian sang Ayah menghentikan aksi tak bermoralnya. Ia bangkit lalu berjalan menuju pintu.

"Tingkatkan nilaimu Hendery," ucapnya tanpa menoleh kemudian ia hilang ditelan pintu.

Mengerang dan meringis kesakitan tanpa satupun orang yang menolongnya. Bahkan untuk bergerak sedikit saja Hendery tak mampu.

Yang dilakukannya hanya bisa bernapas. Matanya terfokus pada langit-langit atap rumahnya. Ruang tamu ini gelap membuat Hendery tanpa sadar tertidur di lantai yang terasa dingin.

Pagi telah datang. Matahari yang tadinya sembunyi kini perlahan menampakkan dirinya. Sinarnya yang hangat menembus jendela dan menerpa wajah penuh lebam milik Hendery.

Kedua mata itu terbuka memperlihatkan manik matanya yang indah. Ia mengerjapkan mata hingga penglihatannya jelas. Fokusnya tertuju pada langit-langit atap.

Semua rasa sakit itu kembali terasa menyerang tubuhnya. Dengan sekuat tenaga Hendery berusaha duduk. Rasa pusing mendera kepalanya.

Melihat keadaannya yang cukup mengenaskan itu, ia berpikir untuk memilih absen saja. Lantas ia berdiri kemudian menaiki tangga menuju kamarnya. Kala sudah sampai di kamar, ia mendekati Handphonenya yang bergetar.

Ternyata ada notifikasi pesan dari teman sebangkunya. Segera ia membaca pesan tersebut.

Winwin

Hey, gue udah lihat tutornya di YouTube.
Semalem udah gue beli barang yang dibutuhkan.
Nanti gue kompres.

Hendery terdiam. Tubuhnya sangat sakit tapi membaca pesan Winwin membuatnya mau tak mau berangkat sekolah. Teman sebangkunya itu sudah baik mau membantunya, ia tidak boleh menyia-nyiakan hal itu.

Hurt | 99L NCT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang