Happy reading:)
Setelah ditangani di UGD, Hendery dipindahkan ke ruang rawat inap. Di ruangan yang dindingnya bercat putih, suhu yang lumayan dingin, dan aroma obat yang khas terdapat Hendery yang berbaring di ranjang dan Mark yang duduk di sampingnya.
Sudah sehari mata pemuda yang ditolong Mark itu memejamkan mata. Wajahnya yang pucat ditempeli perban dan plester. Begitu juga area tubuhnya yang lain yang terdapat lebam.
Sedari tadi yang dilakukan Mark hanya memandang Hendery. Kata dokter pemuda seusianya itu mengalami kekerasan secara terus menerus. Tulang rusuknya bahkan sedikit retak sehingga pemuda itu harus dirawat inap sampai sembuh total.
Tadi seorang suster menanyai keberadaan keluarga pasien kepada Mark. Sebab itu sekarang ia sedang memegang Handphone milik Hendery untuk menghubungi keluarganya.
Kontak bernama Lucas berada di atas sendiri jadi Mark memutuskan untuk meneleponnya.
"Hen lo kemana aja dah? Kemaren kok gak dateng ke tempat biasa."
Baru saja terangkat, orang yang bernama Lucas itu langsung berkata seperti itu.
"Maaf sebelumnya, pemilik ponsel ini sedang dirawat di rumah sakit, sebaiknya Anda datang menjenguknya."
"Hah?! Rumah sakit mana?"
Usai menyebutkan nama rumah sakit beserta alamatnya, Mark mematikan sambungan telepon. Ia hendak mematikan handphone itu tapi melihat kontak yang dinamai 'Ayah' membuatnya berpikir untuk meneleponnya.
Cukup lama Mark menunggu hingga akhirnya telepon diangkat.
"Halo, apa ini dengan Ayahnya Hendery?"
"Iya, kenapa?"
"Hendery sekarang sedang dirawat di rumah sakit xxx, saya harap Anda datang menjenguknya."
Kemudian ia memutuskan sambungan telepon. Setelah Mark meletakkan Handphone tersebut di nakas, ia tersentak ketika mendapati Hendery sudah terbangun. Mark sedikit gugup dan canggung kala ditatap dengan pandangan sayu Hendery.
"Kamu merasa lebih baik?" Tanyanya.
"Ya, itu berkat lo. Siapa nama lo?"
"Mark,"
"Sepertinya kita seumuran, gue boleh langsung nyebut nama lo kan?"
Mark hanya mengangguk.
"Makasih banyak udah nolongin gue, Mark." Ujar Hendery tulus.
"Sama-sama, setelah ini mungkin keluargamu akan datang."
Kemudian keduanya terdiam. Mark tak tau harus berucap apa lagi dan Hendery memusatkan pandangannya pada langit-langit ruangan.
"Dunia bisa senyebelin ini ya, lo setuju gak?" Tanya Hendery masih fokus menatap atap.
Mark hanya mengangguk untuk menanggapi.
"Lebih nyebelin dari kelakuannya Lucas, coba gue gak punya temen pasti lebih ngenes lagi hidup gue ini."
Di titik ia merasa sangat lelah, Hendery akan mengeluarkan isi hatinya meskipun ada atau tidak adanya orang di sisinya.
"Coba sebutin hal buruk apa yang dilakuin dunia ke lo." Kini Hendery menatap Mark untuk menuntut jawaban.
Mark pun menjawab, "aku sendirian di dunia menyebalkan ini."
Hendery terdiam mendengarnya. Selanjutnya ia tersenyum kecil, "ya bener, harusnya gue bersyukur masih dikasih temen padahal banyak orang di luar sana yang sendirian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt | 99L NCT ✓
Fanfiction"Sakit itu biasa tapi kalau terbiasa sakit itu luar biasa." Quotes itu merujuk pada empat pemuda yang terbiasa merasakan sakit. Hendery yang sakit fisik. Xiaojun yang sakit mental. Dan Lucas yang sakit perasaan. Kemudian ada Mark yang mati rasa.