(03) Lucas

24 6 0
                                    

Happy reading:)















Lucas, itulah namaku. Sebenarnya namaku Huang Xuxi tapi karena terlalu sulit diucapkan oleh orang Korea, aku membuat nama panggilan itu.

Aku mempunyai adik laki-laki bernama Yangyang. Umurnya masih 14 tahun. Di umur segitu seharusnya dia menikmati masa awal pubernya di sekolah menengah pertama.

Namun kenyataannya dia harus menderita karena mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan dua tahun yang lalu.

Kecelakaan itu tak hanya berdampak buruk ke Yangyang tapi juga menewaskan Ayah yang menyetir mobil waktu itu.

Dua tahun yang lalu itu adalah masa yang ku harap hanya mimpi dan tak ingin ku alami lagi. Kecelakaan yang merenggut kebahagiaan kami. Bunda hampir gila ketika Ayah dinyatakan tewas di tempat. Yangyang menangis setiap hari karena kelumpuhannya. Sedangkan aku, aku harus bisa menjadi sandaran bagi dua orang yang sangat ku sayangi itu.

Sebenarnya aku tak ingin mengingatkan kejadian mengerikan itu, tapi harus tetap ku ceritakan.

Tahun 2017 di bulan Februari. Korea waktu itu masih musim dingin menyebabkan jalanan diselimuti salju. Waktu itu adalah hari kelulusanku. Yang datang hanya Ayah dan Yangyang karena saat itu Bunda sedang tidak enak badan.

Sebelum berangkat aku menyuruh Yangyang untuk tidak ikut lebih baik dia menjaga Bunda. Namun adikku yang menggemaskan itu tetap memaksa ikut.

Acara berjalan lancar hingga selesai. Niatnya kita akan mampir di toko kue dan supermarket untuk merayakan kelulusanku sebelum pulang. Namun wali kelasku menyuruh semua anak muridnya untuk tidak pulang terlebih dahulu karena ada beberapa hal yang perlu diurus.

Akibatnya aku menyuruh Ayah untuk pulang terlebih dahulu karena aku khawatir dengan keadaan Bunda. Walau sedikit tidak setuju Ayah akhirnya tetap pulang bersama Yangyang.

Mobil yang dikendarai Ayah perlahan menjauh. Aku pun berjalan masuk ke gedung sekolah. Di saat langkahku hampir menginjak lantai, aku mendengar samar-samar suara keributan.

Aku menoleh kebelakang. Yang ku lihat adalah kepulan asap hitam di jalan raya. Aku tak bisa melihat dengan jelas karena jarak yang cukup jauh tapi yang dapat ku pastikan terjadi kecelakaan di sana.

Aku termangu. Jantungku berdebar kencang. Aku tak tau siapa yang mengalami kecelakaan itu tapi ku harap semoga bukan mobil Ayah. Karena rasa penasaran dan takut aku hendak ingin mendekati area kecelakaan itu. Namun suara temanku yang memanggil membuatku mau tak mau mengikutinya.

Hingga beberapa saat kemudian guruku menyuruhku pulang karena berita yang tak pernah ingin ku dengar. Guruku memberi tau alamat rumah sakitnya dan tanpa basa basi lagi aku berlari keluar dari gedung sekolah.

Mencari taksi lalu menyuruh si sopir untuk menyetir dengan cepat. Tak berselang lama aku telah sampai di rumah sakit. Tanpa perlu bertanya ke resepsionis, aku langsung menuju UGD.

Dan setelah sampai di sana dan mendengar berita Ayah yang meninggal juga Yangyang yang sedang ditangani, tangisku pecah. Aku menangis sejadi-jadinya bahkan tak kalah keras dari tangisan Bunda. Jika diingat itu adalah tangisanku yang terkeras dan paling menyesakkan. Aku harap itu yang pertama dan terakhir.

*
*
*
*
*

Setelah kecelakaan itu, hari-hariku tak lagi sama. Aku berhenti sekolah tak melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas karena biaya ekonomi yang berantakan.

Bunda mencari pekerjaan kesana kemari. Susah untuknya mendapat pekerjaan karena tak punya pengalaman apapun dan usianya yang tak lagi muda. Aku ingin bekerja juga tapi Bunda melarang. Namun aku tetap ingin membantu, diam-diam aku melamar kerja part time tapi tak ada yang menerima aku.

Hurt | 99L NCT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang