19. Cemburu

979 154 6
                                    

- KINGDOM FAMILY -

"Pukulan itu cukup keras namun tidak memiliki efek samping pada janin. Bayi ini sangat kuat, dia akan menjadi orang hebat dimasa depan" tukas si tabib terkesima. Begitu tangan berkeriputnya bersentuhan kulit dengan perut Jennie ia merasakan energi kuat di dalamnya.

"Saya hanya bisa memberikan anda racikan obat penguat kandungan. Tetap jaga pola makan dan hindari stress maka bayi akan selamat sampai persalinan" pungkasnya mengemas barang-barang yang tadi di keluarkannya ke dalam gendongan kain.

"Oh ya satu lagi ini obat untuk luka punggung anda ratu, semoga lekas membaik"

"Terimakasih" ucap Jennie menganggukan kepalanya.

"Eomma aku anterin Mbah ini dulu ya, secepatnya aku bakal pulang"

"Nee, hati-hati di jalan nak"

Di atas kuda dan bawah cahaya rembulan. Pikiran Yeonjun terbang melayang-layang. Dua hari lalu ia mendapat tugas yang mengharuskan ia tidak di istana. Ternyata selama itu juga Jennie menderita di tempat pengap, kecil dan bau itu sendirian.

Limario tak berperasaan, haluan apa yang membuatnya berubah.

Yeonjun POV

Ku buka pintu kamarku pelan-pelan agar tak membangunkan Eomma yang terlelap. Diriku pulang saat malam semakin merangkak. Aku membeli mandu di pasar malam untuk diberikan pada Eomma tetapi beliau telah tidur duluan. Sepertinya begitu lelah.

Ku perhatikan Eomma tidak nyaman dengan posisi tidurnya. Punggungnya sakit dan tidak bisa tidur menelungkup sebab terhalang perut besarnya.

Di samping Eomma ada Haru tengah tidur mengemut jempol. Bayi besar itu sangat menggemaskan.

Ku letakkan kresek belanjaan dimeja nakas kemudian meraih racikan obat resepan tabib andalanku. Ku usapkan ke kaki Eomma dan ku pijit lembut. Kakinya tampak membengkak seukuran kaki gajah. Aku harus merawat Eomma dan calon adikku seperti dulu saat masih belia.

Jangan tanya mengapa aku sangat menyayanginya. Memori kecilku hanya menginput dirinya dibagian internal. Saat orang menjauh sekalipun ibu kandungku sendiri acuh. Dia datang memberikan hati dan uluran tangan. Muka datar tanpa ekspresinya meluluh lantakan hatiku. Hatinya selembut kapas dibalik sikap dinginnya.

Kaki yang ku pijit memberikan pergerakan. Ku lirik Eomma membuka matanya dan shock memandangku.

"Sejak kapan kamu pulang nak?" Suaranya serak dan nyaris hilang diakhir kalimat. Eomma pasti kebanyakan menangis.

"Baru lima menit tadi"

"Tidurlah, kamu belum istirahat semenjak pulang"

Itu yang aku suka darinya. Eomma tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang antara anak kandung maupun anak tiri.

"Eomma mau kemana?" Tanyaku. Sudut mataku berkerut tipis ketika menyaksikan Eomma beringsut ke sisi kasur.

"Pindah ke sofa"

"Aku sengaja membawa Eomma ke sini untuk tidur nyaman diatas kasur. Tak usah pikirkan tempat tidurku Eomma, aku bisa tidur dimana pun" hati Eomma memang sekaya itu. Naluri keibuannya sangat kuat mencubit hati kecilku.

"Merepotkan kamu mulu, Eomma gak enak"

"Repot apanya sih mma, aku gak merasa dibebani" sangkalku menyingkirkan pikiran tak enakan Eomma.

Manik matanya melirik kantong kresek bawaanku tadi.

"Kamu bawa makanan nak?" Ia bertanya masih menggunakan suara lembutnya.

"Nee, aku membelikan Eomma mandu" dapat ku lihat air mukanya berubah ceria.

"Kalau Eomma mau ambillah"

"Beneran"

"Iya, itu semua memang buat Eomma"

Jauh-jauh hari aku tak sengaja mendengar gumaman Eomma menginginkan mandu. Semasa hamil kedua, Eomma dilarang makan apapun selain sayur-sayuran hijau tak berselera. Aku saja eneg melihatnya apalagi Eomma.

Entah kenapa hatiku terasa dihujam benda tajam melihatnya makan seperti orang kelaparan.

"Junie, aaa" mandu tersebut menggantung di udara menunggu landasan di dalam mulutku.

"Enak?"

Aku mengangguk disela kunyahan. Bibirku melukis senyuman tipis. Gummy smile-nya menghangatkan hatiku. Perasaan yang tak pernah ku rasakan bersama Mommy karena ia sering abai terhadap ku. Aku tidak menyalahkan Mommy dan saudaraku karena mendapat perhatian lebih tetapi Mommy juga terang-terangan tak suka terus ku tempeli.

"Junie Sayang" nada bicaranya terselip sendu.

"Nee"

"Temui Mommy mu nak, dia merindukanmu" pas sekali Eomma menyinggung tentang Mommy. Pikirku memang saatnya aku mendatangi kamar Mommy. Bila memang masih terjaga aku akan mencium tangannya dan memberi pelukan hangat.

"Yaudah, aku tinggal dulu ya mma. Makanannya harus habis pas aku balik ya" peringatku ia angguki kepala.

Jarak paviliun ku dari paviliun Mommy terbilang jauh. Mereka sengaja meletakkan paviliun ku paling belakang saking bencinya.

Baru saja tangan ini hendak mengetuk pintu, ku dengar samar-samar percakapan seseorang dari dalam. Ku dekatkan daun telingaku di pintu dan menguping.

"Ji, Yeonjun semakin dekat sama Jennie. Apa kau tidak takut anakmu itu melupakanmu" tak butuh wujudnya, aku sudah tau siapa pemilik suara ini.

"Aku tau Lim. Aku memang sedikit cemburu padanya dan bisa-bisanya dia memerintahku untuk menjaga Jennie. Padahal statusku adalah ibu kandungnya. Anak itu terlanjur menyayangi ibu tirinya satu itu"

"Aku cukup kaget saat kau melaporkan kalau Jennie sedang di kamar Yeonjun. Ku pikir kalian adalah sahabat"

"Hatiku sakit melihat Yeonjun membelanya mati-matian dibandingkan aku Lim. Apalagi beranjak dewasa ini dia jarang menemuiku"

"Ngomong-ngomong apa kau masih ingin melenyapkan bayi Jennie?" Tambah Mommy.

"Emm iya, aku tidak mau bayi itu lahir dan menggulingkan singgasanaku. Kau ingin membantuku sayang?"

"Entahlah, aku tidak yakin" aku menarik telinga. Dadaku bergemuruh diiringi rasa sesak menghimpit paru-paru seakan berhenti memompa oksigen.

Kepalan tanganku memerah sehingga menonjolkan urat-urat syarafnya. Dengan langkah penuh amarah, aku berbalik arah ke kamar. Mengayunkan kaki mengajaknya berjalan meninggalkan tempat itu.

Begitu pintu kamar terbuka, bahuku seketika turun melemah. Eomma tampak menahan sakit memegang perutnya sembari mengatur napas.

Persendian tubuhnya terasa mati rasa akibat siksaan Daddy. Kaki Eomma tak mampu menumpu berat badannya sehingga selalu terjatuh saat hendak dipijakkan.

Bergegas larian kecil dari kaki panjangku cepat menangkap bahu Eomma.

"Eomma mau kemana?"

"Kamar mandi"

"Mari ku antar" aku menunggu diluar dan saat Eomma telah selesai aku menuntunnya kembali ke tempat tidur.

"Kok cepat banget baliknya, apa Jisoo Unnie sudah tidur?" Tanya Eomma membuat bibir ku kelu untuk menjawab.

"Nee"

"Sekarang kamu juga tidur, udah malam banget ini" aku menurut dan tidur disofa. Menyingkirkan ingatan mengenai percakapan Daddy dan Mommy tadi di kamar.

Yeonjun POV end

Tbc

Kingdom Family ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang