3). Mau Cucu

1K 168 4
                                    

- KINGDOM FAMILY -

"Apa itu benar nak?" Ibu suri Minyoung meminta penjelasan usai mendengar ucapan Jennie tadi bahwa Limario tidak pernah memberinya nafkah batin.

"Benar Eomma" Limario menjawab jujur. Minyoung menghela napas lelah. Dia tau pernikahan mereka terpaksa tapi dia tidak menyangka putranya sampai berbuat sejauh itu.

Jauh di lubuk hatinya, Minyoung tidak secuil pun menaruh benci pada Jennie melainkan pada ayahnya yaitu Brian.

"Jangan terlalu dibutakan kebencian nak. Jennie tidak bersalah atas apa yang menimpa keluarga kita" nasehat Minyoung menatap teduh putranya.

Bertepatan dengan itu, Jennie tiba menggunakan jubah hitam dan busur panah dipunggung.

"Aku berangkat" kata Jennie berpamitan.

"Besok saja nak. Hari sudah mau gelap"

"Gwenchana Eomma, aku bisa jaga diri"

Wanita itu menutup setengah wajahnya menggunakan kain hingga yang terlihat hanya matanya. Jennie memacu kuda coklat kebanggaannya menjauh dari istana.

Hal itu tak luput dari perhatian orang-orang istana. Minyoung yang tadinya menatap kepergian Jennie kini beralih ke Limario.

"Lim-ah, Eomma ingin punya cucu dari Jennie"

.

.

.

Sampai di hutan matahari telah terbenam. Jennie menelusuri hutan lebat dan jalan setapak nan lengang dibantu cahaya dari obor bambu.

"Lima jam aku keliling masuk keluar hutan satupun komodo gak ada yang lewat" gerutu Jennie mulai bosan dan lelah.

"Lagian tu si Mina gila. Ngidam kok aneh-aneh minta makan komodo. dia pikir gampang apa nyarinya" Jennie terus mengomel-ngomel sendiri.

Ketika asik mengomel, matanya tak sengaja menangkap babi hutan yang sedang makan dibalik semak.

Melihat itu Jennie tersenyum dan mengarahkan busur panahnya ke target.

Prang

Babi itu berhasil dilumpuhkan oleh Jennie dalam sekali bidikan. Meski minim cahaya mata elang Jennie tidak pernah keliru mengenai target.

"Ayo babi kita pulang" Jennie mengikatkan babi itu ke punggung kuda dan memacu kuda agar segera meninggalkan hutan menuju istana.

Lima belas menit sebelum sampai di istana, jalan Jennie dihadang oleh sekelompok penyamun bersenjata tajam.

"Shit! Pedangku ketinggalan lagi" umpat Jennie tak bisa keluar. Para penyamun itu melingkarinya menjadikan dia ditengah.

"Apa mau kalian?" Sergah Jennie.

"Kamu" jawab bos penyamun tersebut.

"Semoga mereka tidak mengenaliku" Gumam Jennie dalam hati. Sebab mukanya telah dia tutup dan tidak menggunakan aksesoris kerajaan apapun.

"Ratu Jennie Bruschweiler"

Jennie merogoh saku celananya lalu melemparkan satu kantong koin emas.

"Ambil itu dan berikan aku jalan" titah Jennie tak takut sama sekali ataupun terintimidasi.

Penyamun itu masih tidak mau beranjak dan malah menyerang Jennie.

.

.

.

Drap drap drap

Derap langkah kaki kuda memasuki halaman istana menampakkan sosok wanita cantik yang menunggang diatasnya dengan gagah.

Wanita cantik itu turun dari kudanya dan mendekati aula utama istana dimana seluruh anggota kerajaan berkumpul.

"Mana komodonya?" Limario bertanya tanpa dosa. Baru pulang nanyain komodo bukan istrinya.

"Ngumpet di hutan" jawab Jennie ngawur diiring kedatangan prajurit membawa hasil buruan Jennie tadi.

"Babi ini mau kita apakan yang mulia?"

"Aku tidak menyuruhmu menangkap babi!" Jennie membuka kasar penutup wajahnya sehingga Limario dapat melihat jelas mata sayu dan lelah Jennie.

"Kau pikir hutan taman safari apa. Komodo itu hewan yang dilindungi pabbo!"

"Kalau kau masih kukuh menginginkan komodo cari aja sendiri. Aku mau tidur" imbuhnya jalan melewati tubuh Limario.

"Tunggu sebentar nak" suara ibu suri menghentikan langkahnya. Jennie balik badan tanpa bertanya.

"Ada apa dengan lenganmu? Kau terluka" mata Jennie mengikuti arah pandangan Minyoung. Jubah hitam dibagian lengannya robek memperlihatkan bekas darah yang sudah mengering.

"Sedikit"

"Bagaimana bisa sampai terluka" lanjut Minyoung bertanya.

"Sekelompok penyamun menyerang ku" ungkap Jennie membuat orang-orang menutup mulutnya.

"Bodoh! Kenapa tidak melawan dan membiarkan mereka melukaimu" sela Limario membuat Jennie tersulut emosi ditambah kepalanya sedang sakit.

"Kau yang bodoh! Aku ini seorang ratu bukan babu mu" Limario bungkam dan sedikit merasa bersalah.

"Sudahlah aku capek! Berdebat denganmu hanya menambah sakit kepalaku"

"Baru segitu aja udah capek. Lemah!" Jennie menahan langkahnya. Limario memang suka mencari ribut.

"Terus kamu gimana? Bikinnya rajin tapi gak mau tanggung jawab" jawaban ulti Jennie membuat Lim tidak bisa berkata-kata. Yang lain pun sampai menahan tawa mendengar perdebatan mereka.

"Heh sembarangan mulut Dakjal kamu itu kalo ngomong. Aku pria yang bertanggung jawab"

"Bertanggung jawab kepala mu! Jika memang begitu kenapa harus menyuruhku. Yang dia kandungkan anakmu bukan anakku"

"Dia juga anakmu Jennie"

"Anakku darimananya. Kau buta apa penglihatanmu terganggu. Aku belum hamil goblok!, Jangan katakan cebongmu sebagai cebongku. Dia bukan dari rahimku" jelas Jennie panjang lebar.

"Begitu doang baper" ejek Limario. ingin rasanya Jennie meremas mulut laknat laki-laki itu.

"Oppa jangan bertengkar, anakmu tidak menyukainya" selir Mina memeluk lengan Lim. Jennie meliriknya jijik.

"Idih najis! Mimpi apa semalam gue lihat pemandangan begini" Jennie menyeret kakinya menjauh dari sana. Bukannya baper jatuhnya malah mual. Jennie anti sama keromantisan mereka.







Tbc

Kok sepi ya kek kuburan? Lama hiatus readersnya pada ngilang😅

Kingdom Family ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang