18. Membela Eomma

884 150 16
                                    

- KINGDOM FAMILY -

Kuda dipacu kencang meninggalkan kawasan istana tanpa sepengetahuan siapapun. Yeonjun harus cepat jika tidak mau ketahuan meski tau Jennie tidak akan pernah aman. Prajurit tadi pasti telah melapor pada Limario.

Rumah tabib kenalannya berada di dalam hutan. Tak terlalu jauh dari hunian masyarakat dan istana sehingga hanya membutuhkan waktu hitungan menit untuk sampai.

Tok Tok

"Mbah, apa anda di rumah" Yeonjun mengetuk pintu rotan bambu seraya memanggil si pemilik rumah.

Ada hening sejenak sebelum pintu reyot itu terbuka mendengungkan decitan.

"Eoh pangeran Bolters. Apa gerangan anda datang kemari" lelaki tua berambut putih itu tampak shock mendapati salah satu pangeran seberang menemuinya secara pribadi.

"Saya butuh Mbah untuk memeriksa ibu saya"

"Ada apa?"

"Nanti di istana saja jelaskan.
Kemaskan dulu barang bawaan anda Mbah. Waktu saya tidak banyak" pria tua itu bergegas mengambil obat-obatan dan ramuan dalam gendongan kain jika sekiranya dibutuhkan.

Yeonjun memacu kudanya dengan kecepatan tinggi. Langit berubah warna menjadi oren. Diujung laut, raja siang menghilang setengah badan dipermukaan pantai.

Sementara itu di istana, paviliun Yeonjun di datangi Limario bersama prajuritnya. Tanpa diketuk ia mendobrak paksa pintu kokoh berlapis emas itu dan menyeret Jennie yang sedang tidur keluar dengan kasar.

"Lim, aku mohon kasihani aku. Aku sedang mengandung anakmu Lim" tatapan memelas Jennie satu itu meluluh lantakkan pertahanannya. Limario menepis rasa belas kasihannya dan tetap menarik kasar Jennie ke aula kerajaan.

"Kau lancang melanggar perintahku!"

"Lim lepaskan" tubuh mungilnya meronta berusaha melepaskan diri dari cengkraman erat Limario.

Sampai di aula, Limario menghempaskan tubuh Jennie secara kasar ke lantai membuatnya menjadi pusat perhatian.

Dengan hati membatu, Limario merobek gaun belakang Jennie dan mencambuk punggungnya. Tidak ada satupun yang bisa menghentikan aksi sadis Limario. Pria tampan bertubuh jangkung itu dibutakan amarah. Ia benar-benar tidak menerima kehadiran anak perempuan di dalam pernikahannya.

Bekas cambukan di punggung mulus Jennie meninggalkan garis kemerahan. Ujung jari telunjuknya mengangkat dagu Jennie yang sejak tadi menunduk melindungi perutnya dari hantaman Limario.

"Bunuh bayi itu atau kau yang mati"

"Kau boleh membunuhku setelah bayiku lahir" jawab Jennie menantang ucapan lantang Limario.

Bugh

Limario terjerembab mencium dinginnya lantai sebab tendangan kuat seseorang dari belakang.

Membalikkan tubuh dengan cepat hingga netranya menabrak manik gelap berkilat marah Yeonjun.

Yeonjun membuka jubah hitamnya kemudian memakaikannya ke tubuh Jennie karena wanita itu sekarang setengah telanjang.

"Apa masalahmu sebenarnya Lim" nada rendah dan datar Yeonjun menguar menyeramkan.

Alih-alih menyebut Daddy, Yeonjun membangkang terhadap ayahnya. Rasa hormat pada pria bajingan ini tak lagi tersisa. Limario menghancurkan kepercayaannya.

"KAU! APA YANG SEBENARNYA KAU INGINKAN!" Ledakan amarah Yeonjun bak gunung berapi yang hendak memuntahkan lahar panas, meledak-ledak dan tak terhentikan. Dadanya bergemuruh. Bibirnya menggertak menahan amarah agar tidak kelewatan.

"JANGAN IKUT CAMPUR BOCAH INGUSAN"

"Itu akan menjadi urusanku jika kau menyakiti orang-orang tersayang ku Limario Albern Bruschweiler" bisikan evil bersama lukisan senyum psikopat itu membuat bulu kuduk audiens berdiri.

"Dimana sopan santunmu terhadap orang tua"

"Bila ingin dihormati maka hormati orang terlebih dahulu. Kehidupan itu seimbang yang mulia"

"Kurang ajar!"

Pertarungan sengit antar ayah dan anak berlangsung di saksikan anggota kerajaan. Bagaimana besarnya cinta sang anak melindungi ibunya dari perlakuan kasar sang ayah.

Permainan berhenti ditengah. Limario dan Yeonjun melempar pandangan kebencian.

"Aku tak terima kau perlakukan ibuku seperti binatang. Tinggal bersama babi, haha" Yeonjun tertawa sumbang dalam nada terselip kekecewaan.

"Bahkan sesama binatang saja tidak pernah tidur bersama!" Tambahnya menjerit meluapkan emosi membuncah di dada. Ada benda berat menghimpit dadanya meninggalkan rasa sesak amat menyiksa.

"Dia mengandung anak perempuan itu bukan kesalahannya. Dia bukan tuhan penentu jenis kelamin" erangan menyakitkan Yeonjun terbang dibawa angin memenuhi segala penjuru ruangan. Matanya tertanam amarah api membara. Betapa tidak, anak manapun tidak mau ibunya disiksa sekejam itu.

"Kau tak tau bagaimana susahnya mengandung. Membawa bayi kemanapun yang bobotnya tidak bisa dibilang ringan. Pinggangnya pegal setiap malam, tidurnya tak nyenyak. dan begitu lahir ia mempertaruhkan nyawanya melahirkan cintamu"

"Apa kau tak menghargai perjuangannya seujung kuku saja. Dimana hatimu ayah? Aku bersumpah tidak akan pernah mengikuti jejakmu"

Tanpa dapat dikendalikan air matanya berurai. Semakin ditahan rasa sakitnya menikam. Tumpah ruah menganak sungai. Air mata sialan itu berderai menandakan betapa Yeonjun berada dititik lelah.

Terdiam sesaat dibawa pikiran terbang melalang buana. Mengoreksi diri telah terlalu jauh bertindak. Sisipan manik coklat Yeonjun menyimpan luka tak berwujud. Berdarah dan sudah bernanah. Limario merasakan hatinya ditikam tajam.

Hingga tatapan Yeonjun tersadar, dirinya berbalik badan. Berjongkok menyamakan tingginya dengan sang ibu.

"Eomma mian aku terlambat"

"Anniya" geleng Jennie mengelap sisa bekas air mata Yeonjun.

"Dibagian mana saja dia memukuli Eomma tadi?"

"Punggung" jawab Jennie lirih.

"Kajja, kita balik ke kamar tabibnya sudah menunggu"





Tbc

Kingdom Family ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang