BAB 7 : CINTA PERTAMA WARNI

21 2 0
                                    

# Day7
# 15HMCI
# Pena_Baswara_Makassar

Nama  :  Salya Ningrum
Judul Buku : Rahasia Sepupu Suamiku

BAB 7 : CINTA PERTAMA WARNI

Aku harus mencari tahu kebenaran cerita Mbak Susan, bisikku dalam hati.

Namun tidak untuk saat sekarang. Sekarang waktunya aku harus fokus ke acara pernikahan kami.

Hingga akhirnya hari yang dinanti tiba, aku duduk di kursi khusus untuk mempelai wanita. Di antara para tamu khusus wanita yang hadir untuk memberikan doa selamat.

Semua anggota keluarga besarku yang sudah datang kemarin, tampak bahagia. Mereka memakai baju seragam berwarna hijau tosca, sedangkan pihak keluarga Mas Adi memakai baju berwarna merah maron.

Sementara Mas Adi berada di sisi sebelah ruanganku. Lokasi kami dipisahkan oleh sebuah sekat yang dipenuhi aneka bunga. Lokasi yang banyak digunakan tamu untuk foto bersama.

Namun demikian, panitia memberi waktu khusus bagi pihak keluarga dekat  mengambil foto bersama kedua mempelai.

Suara rebana mengiringi jamuan makan para tamu. Tanpa suara berisik musik, para tamu dapat bebas mengobrol.

Rasa salut ku berikan untuk panitia ikhwan dan akhwat yang  sudah mengarahkan para tamu dengan santun, sehingga acara berjalan lancar.

Acara yang direncanakan hanya sampai sore hari ternyata mundur sampai sebelum isya. Ini karena tradisi para tetangga yang biasanya lebih senang menghadiri undangan pada malam hari.

Kami berdua bersyukur, meskipun menjadi pengantin, kewajiban sholat tidak tertinggal. Mas Adi bahkan langsung pergi ke masjid, saat azan terdengar.

Hingga akhirnya acara selesai menjelang pukul 10 malam. Aku meminta izin untuk masuk duluan ke kamar. Setelah berganti pakaian dan menghapus riasan wajah, aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur.

Entah sudah berapa lama aku tertidur pulas. Aku baru tersadar saat tanpa sengaja tanganku menyentuh sesuatu yang dingin. Rupanya aku menyentuh wajah Mas Adi yang sudah berbaring di sampingku.

Ternyata dia sudah lama menatap wajahku Aku yang terjaga, berkata sambil mengucek mataku," Eh, Mas, maaf aku ketiduran, jam berapa sekarang?"

"Sudah, tidur lagi saja, masih jam 12 malam, capek ya, Dek?"

"Iya, Mas. Masih ramai di luar?"

"Enggak, sudah pada tidur, Dek," ucapnya sambil merapikan anak rambutku.

"Kamu cantik sekali saat tidur, Dek," kecupannya mulai mendarat di keningku Lama kelamaan mengarah ke bagian tubuh yang lain.

"Kamu sudah siap malam ini, Dek?"  tanyanya. Aku mengangguk perlahan. "Mas akan pelan-pelan, ya sayang."  Aku mendengarkan dia mengucapkan doa, dalam hati aku mengikutinya.

Aku memejamkan mata, mencoba menepiskan perasaan takutku. Namun sejurus kemudian, aku mendengar suara dengkuran halusnya.

Ternyata  Mas Adi sudah terlelap tidur. Aku tersenyum malu dalam hati. Berarti doa yang dibacanya tadi doa mau tidur. Padahal aku sudah membayangkan malam ini akan menjadi malam pertama kami. Akhirnya aku menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Lalu melanjutkan tidur.

=======

Seperti biasa, saat aku terbangun, Mas Adi sedang melaksanakan sholat malam. Aku pun menyusul ikut sholat dengannya.

Sambil menunggu waktu sholat subuh tiba, kami mengobrol. Awalnya dia meminta maaf, karena tadi malam entah karena terlalu lelah, tiba-tiba dia langsung terlelap. Padahal sudah berniat mau mencari pahala bareng-bareng aku, katanya.

Aku cuma tersenyum, memikirkan kejadian tadi malam. Penuh curiga dia lalu bertanya, "Kenapa senyum sendiri, Dek?"

"Enggak, Mas. Aku coba menerka, doa apa yang kamu baca tadi malam?"

"Maksudmu doa tidur atau doa berji ... ? Belum sempat dia menyelesaikan ucapannya, tanganku sudah menutup mulutnya sambil tertawa.

"Ih, Adek. Kok ditutup, sih?", ujarnya sambil menarik tanganku.

"Malu aku, Mas," jawabku sambil menunduk.

"Tadi malam Mas ya berdoa mau mencari pahala samamu lah sayang, Adek pasti juga sudah berdoa dalam hati kan?" tanyanya seakan tahu yang kupikirkan.

Aku mengangguk malu. Lalu dia berkata, "InshaAllah siang ini kita cari pahala sama, ya Dek," ucapnya sambil memelukku.

"Mas, sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padamu. Aku ingin Mas berkata jujur dan tidak marah."

"Ada apa, Dek? Kamu membuat Mas penasaran saja."

Aku lalu menanyakan kebenaran berita yang kudengar dari Mbak Susan.

Sekilas aku melihat keterkejutannya. Namun akhirnya dia berkata lebih baik aku mendengarkan cerita yang sebenarnya dari mulutnya, dari pada nanti aku mendengarkannya dari orang lain.

Mas Adi bercerita ketika memasuki masa SMA, dia sempat sangat dekat dengan Warni. Orang banyak yang salah paham, termasuk Warni. Warni bahkan menganggap Mas Adi cinta pertamanya.

Padahal niat awalnya dia ingin menyelamatkan adik angkatnya dari Rian, seorang pemuda berandalan  yang ingin mempermainkan Warni.

Mas Adi bercerita jika dulu dia belum mengenal islam  secara kaffah. Sejak berkenalan dengan teman-teman Warni masa kecil dulu, dia sering keluar malam dan nongkrong bersama mereka.

Sampai suatu saat dia berkenalan dengan Bang Ronald yang ternyata telah berkomplot dengan Rian. Dia ingin membantu Rian melakukan niat jahatnya pada Warni.

Hingga pada saat liburan sekolah, Warni justru mau saja diajak mereka nongkrong sampai malam hari.

Saat itu Mas Adi dan Warni memang sempat bertengkar. Warni marah karena Mas Adi melaporkan kedekatannya dengan Rian pada ibu.

Sampai akhirnya ibu menyuruh Mas Adi menjemput Warni di tempat nongkrongnya. Tapi Warni justru menolak pulang dengannya.

Malam semakin larut, mereka mulai mencekoki Warni minuman beralkohol, bahkan mereka juga melakukan hal yang sama pada Mas Adi.

Mas Adi menceritakan peristiwa itu sambil menangis. "Mas berusaha menolak, Dek.
Tapi mereka malah memegangi tangan dan mulut Mas, Astaghfirullah," ucapnya mulai terisak.

"Hingga akhirnya kepala Mas pusing, dan tertidur, Mas tidak ingat apa-apa lagi."

"Besok paginya Mas sangat terkejut saat sadar, melihat tubuh Warni yang setengah telanjang, berbaring tak jauh dari Mas," ucap Mas Adi sambil beristighfar.

Bersambung ...



Rahasia Sepupu Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang