BAB 13 : BEBERAPA KEMIRIPAN

7 2 0
                                    

# Day13
# 15HMCI
# Pena_Baswara_Makassar

Nama  :  Salya Ningrum
Judul Buku : Rahasia Sepupu Suamiku

BAB  13  :  BEBERAPA KEMIRIPAN

Kehidupan rumah tanggaku terasa baik-baik saja, sampai suatu hari ibu mertuaku membawa seorang anak laki-laki berusia 5 tahun. Anak itu dibawa beliau sebagai anak pancingan. Beliau berkata mungkin dengan mengurus anak ini, aku akan segera hamil dan memiliki anak.

Anak itu bernama Yuda, ibu berkata jika Yuda cucu seorang kenalannya di kampung. Dia anak yatim yang selama ini tinggal di rumah neneknya. Neneknya ini kenalan ibu, dan baru seminggu lalu meninggal dunia. Yuda tidak memiliki keluarga dekat lagi. Sedangkan ibu kandungnya seorang TKW di Malaysia. Dia akan pulang ke Indonesia tahun depan, saat kontrak kerjanya selesai.

Yuda termasuk anak yang pintar dan baik budi. Dia menjawab semua pertanyaanku dengan sopan, meskipun menggunakan kalimat cadelnya.

Yuda berkulit gelap dan berbadan kurus. Dia nampak tidak terurus. Jika diperhatikan sekilas wajahnya hampir mirip dengan Mas Adi, namun dalam versi gelap.

Aku bukannya tidak menyetujui usulan ibu, hanya saja, dalam Islam ada larangan untuk menisbatkan anak angkat pada orang tua angkatnya. Bahkan anak angkat yang tinggal di sebuah keluarga itu bisa memicu terjadinya suatu masalah.

Masalah akan timbul di saat anak tersebut sudah baligh. Jika anak itu perempuan, dia bukan mahram bagi ayah angkatnya. Sedangkan jika anak itu laki-laki, dia bukan mahram bagi ibu angkatnya. Belum lagi jika akhirnya pasangan suami istri itu memiliki anak, anak angkat itu bukan mahram bagi anak-anak mereka.

Sedangkan rumah, termasuk tempat yang aman bagi perempuan untuk tidak menggunakan penutup aurat seperti jilbab. Pertimbangan ini yang aku sampaikan dihadapan ibu dan Mas Adi.

Syukurnya mereka bisa memahami penjelasanku. Mas Adi bahkan menambahkan jika anak angkat sebenarnya bisa dijadikan mahram apabila diambil dari pihak yang masih ada hubungan keluarga dengan istri atau suami. Ataupun dijadikan hubungan mahram karena persusuan, dengan syarat disusukan sampai 5 kali kenyang oleh sang istri.

Namun aku merasa iba melihat Yuda yang tidak memiliki keluarga lagi untuk saat ini. Hingga aku membiarkan dia tinggal bersama kami sampai ibu kandungnya pulang dari Malaysia.

Keputusan ini membuatku harus berhenti dari pekerjaanku. Mas Adi tentu sangat mendukungnya. Dia berkata tak ada alasan lagi bagiku jika merasa kesepian dan bosan di rumah. Aku mengangguk dan berharap ini keputusan terbaik untuk kami.

Yuda memanggil aku dan Mas Adi dengan sebutan ibu dan ayah. Sejak saat itu kami sudah seperti sebuah keluarga yang utuh. Yuda akan menyambut Mas Adi saat dia pulang bekerja. Dia akan menceritakan kegiatannya bersamaku sepanjang siang tadi. Kami biasanya akan melewati malam dengan saling bercengkrama.

Aku mengurus Yuda seperti anakku sendiri. Memberi makan, memandikannya, bahkan menemaninya saat tidur. Aku sengaja menempatkan dia di kamar tamu, yang posisinya di samping kamar kami.

Ada satu kebiasaan tidur Yuda yang membuatku merasa heran. Kebiasaan tidurnya yang harus memelukku agar bisa terlelap tidur. Kebiasaan ini sama persis dengan Mas Adi.

Saat dia tertidur aku juga sering memperhatikan hidung mancung dan alis tebalnya yang hampir menyatu mirip dengan Mas Adi. Kemiripan ini sempat membuatku bertanya dalam hati mengapa mereka bisa begitu mirip.

Namun aku berusaha menepisnya dan berusaha berbaik sangka. Aku berpikir kemiripan antara Mas Adi dan Yuda mungkin saja terjadi secara kebetulan.

Hingga suatu malam saat terbangun dari tidur, aku melihat Mas Adi tidak berada di dalam kamar. Tidak juga sedang mengerjakan sholat tahajud seperti biasanya.

Perlahan aku keluar dari kamar menuju teras. Sayup-sayup kudengar suara Mas Adi sedang berbicara di telepon.

"Pokoknya aku tidak mau tahu, aku yakin dia bukan anakku. Kau tahu kan dari foto itu, jelas aku tidak pernah menyentuhmu," ucapnya pada seseorang di telepon.

"Uhuk ... huk ... huk ...," aku pura-pura batuk, dan berjalan mendekatinya. Mas Adi kaget, dan cepat menutup teleponnya.

"Kamu kenapa, Dek? Mas ambilkan minum, ya," ucapnya sambil menuju dapur.

Aku meminum air putih yang dibawanya. Lalu bertanya, "Mas, tadi menelepon siapa?"

"Teman Mas, Dek. Dia ada masalah dengan anaknya. Ayolah kita tidur lagi, masih jam satu malam nih."

"Mas, mana janjimu, katanya mau jujur bicara semua masalah padaku," ucapku sambil menunduk.

"Aku dengar pembicaraan Mas tadi, siapa yang Mas maksud bukan anakku. Yuda kah maksud Mas?" ucapku mulai terisak.

"Siapa perempuan yang Mas telepon tadi? Jawab pertanyaanku, Mas!" ucapku mencecarnya.

"Dek, ini sudah larut malam. Besok saja kita bicara, ya," bujuknya sambil mengajakku masuk ke dalam kamar.

Aku tidak bergeming. Masih tetap duduk di kursi. "Aku tidak mau masuk sampai Mas cerita padaku."

Bersambung ...






Rahasia Sepupu Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang