BAB 15 : RAHASIA TERBONGKAR

5 1 0
                                    

# Day15
# 15HMCI
# Pena_Baswara_Makassar

Nama  :  Salya Ningrum
Judul Buku : Rahasia Sepupu Suamiku

BAB 15 : RAHASIA TERBONGKAR

Mendengar cerita Warni, tiba-tiba perutku merasa mual lagi. Tanpa bisa ditahan, aku  muntah di selokan dekat kamar Yuda di rawat.

Tiba-tiba Mas Adi yang datang bersama ibu sudah berada di sampingku.

"Kamu, tidak apa-apa Lia?" tanya ibu cemas.

"Loh, ibu kapan datang?" ucapku sambil mengelap tisu ke mulutku. Aku lalu mencium punggung tangannya.

"Baru saja dijemput Adi di terminal. Ibu memang berencana datang ke sini, Nduk."

Aku juga melihat kekagetan Warni karena kedatangan ibu. Tapi dia tetap menyalami ibu.

Lalu kami berempat masuk ke kamar tempat Yuda dirawat. Dia nampak sudah bisa tidur tenang, dan tidak kejang lagi.

"Kapan anakku kejang, Mbak?" tanya Warni padaku.

"Tadi malam sekitar pukul 2 pagi, Yuda terbangun dan badannya panas. Mbak kasih sirup penurun panas. Pagi hari demamnya turun. Namun siang tadi, dia demam tinggi lagi, dan tiba-tiba kejang," jawabku.   
    
"Menurut dokter, Yuda terkena DBD (Demam Berdarah Dengue). Hasil pemeriksaan darahnya menunjukkan trombosit darahnya rendah. Dia kejang karena demamnya tinggi," lanjutku lagi.

"Ibu, Lia mau tanya sesuatu pada ibu, mumpung semua ada di sini. Tolong jujur padaku. Benarkah Yuda anaknya Warni?"

"Maafkan Ibu, Nduk. Tidak ada maksud ibu berbohong pada Adi apalagi padamu," jawab ibu sambil menghapus air matanya.

"Maafkan Ibu juga ya, Warni. Saat kamu melahirkan Yuda, Ibu berbohong mengatakan jika anakmu telah meninggal. Maksud Ibu hanya supaya kamu bisa melanjutkan  hidupmu. Masa depanmu masih panjang. Yuda pun diasuh teman ibu yang tidak memiliki anak. Ibu juga selalu memberi uang bulanan untuk kebutuhan Yuda," lanjut ibu.

Warni memeluk Ibu sambil berkata, "Aku paham maksud baik Ibu. Mungkin jika aku yang mengasuh Yuda, dia tidak bisa seperti sekarang ini. Aku mungkin juga tidak bisa melanjutkan sekolah lagi. Tapi aku yakin jika Yuda anaknya Mas Adi, Bu."

"Kamu tidak boleh menuduhku sembarangan Warni. Bukankah ada bukti foto-foto kejadian malam kelam itu?" sanggah Mas Adi.

"Tapi aku melihat Mas berjalan menuju ke arahku. Lalu aku jatuh pingsan," jawab Warni.

"Saat itu justru aku hendak mencegah Rian yang hendak menodaimu. Tetapi seseorang memukul kepalaku hingga aku pingsan," terang Mas Adi lagi.

"Sudahlah Nak, begini saja menurut ibu, supaya identitas diri Yuda jelas, ibu akan berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan tes DNA," usul ibu kemudian.

"Baiklah, Bu. Aku setuju," jawab Mas Adi dan Warni kemudian.

Setelah beberapa hari dirawat, kondisi Yuda mulai membaik. Dokter sudah memperbolehkannya pulang ke rumah. Namun dia harus tetap rutin meminum obat dari dokter.

Dua minggu kemudian, hasil tes DNA Yuda keluar. Dokter memanggil  kami, termasuk Rian untuk membacakan hasilnya.

Seperti keyakinan Mas Adi, hasil tes DNA pun menunjukkan gen Yuda memiliki kemiripan dengan gen Rian, suami Warni sekarang.

Alhamdulillah, berulang kali kudengar Mas Adi mengucapkan kalimat tayyibah itu. Dia terlihat sangat lega. Aku juga sangat bersyukur mendengar hasilnya.

Mas Adi menggenggam tanganku. Aku membalas genggaman tangannya. Dia menatapku sambil berkata, "Akhirnya semua menjadi jelas, ya Dek." Aku mengangguk haru.

Sebenarnya  saat tahu bahwa Rian yang pernah menodai Warni, aku sempat merasa heran. Apa alasan Warni tetap mau menerima orang yang sudah menodainya itu menjadi suaminya sekarang. Namun aku yakin, Warni pasti punya alasan tersendiri untuk menerima Rian.

Setelah keputusan hasil DNA itu keluar, Warni sekali lagi meminta maaf padaku dan Mas Adi, karena telah menuduhnya tanpa bukti. Namun dia dan Rian ingin mengasuh Yuda.

Aku dan Mas Adi tidak bisa menolaknya.. Dengan berat hati kami melepaskan Yuda ke dalam pengasuhan Warni.

Beberapa hari setelah kepergian Yuda, pagi itu aku membersihkan kamarnya. Tiba-tiba aku merasa kangen padanya.

Namun perasaan kangen itu tiba-tiba membuatku merasa mual lagi. Aku bergegas ke kamar mandi. Aku memuntahkan semua isi perutku.

Mas Adi yang hendak berangkat kerja,  kembali mendekatiku. "Kamu kenapa, Dek? Mukamu pucat, tangan dan kakimu pun dingin."

"Aku enggak apa-apa, Mas. Cuma masuk angin. Tolong pijat tengkukku pakai minyak gosok," pintaku padanya.

Namun belum selesai dia memijatku. Tiba-tiba kepalaku terasa sangat pusing dan badanku lemas. Hingga akhirnya aku jatuh pingsan.

Bersambung ...

*Last Parade menulis, but the story belum ending ya guys. Cerita akan berlanjut menjadi buku novel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rahasia Sepupu Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang