BAB 14 : SIAPA SEBENARNYA YUDA?

10 2 2
                                    

# Day14
# 15HMCI
# Pena_Baswara_Makassar

Nama  :  Salya Ningrum
Judul Buku : Rahasia Sepupu Suamiku

BAB 14  :  SIAPA SEBENARNYA YUDA?

Aku tidak bergeming. Masih tetap duduk di kursi. "Aku tidak mau masuk sampai Mas cerita padaku."

Mas Adi akhirnya mengalah, dia mengambil kursi dan duduk di sampingku. Sambil menghela napas dia mulai berkata, "Dek, Maafkan Mas, jika apa yang Mas sampaikan nanti menyakiti hatimu."

"Kamu ingat kira-kira seminggu yang lalu, saat Mas pulang terlambat? Sebenarnya Mas tidak hanya sekedar bertemu Warni karena dia depresi akibat suaminya masuk penjara. Tetapi ada satu hal yang dia sampaikan tentang anak yang dikandungnya akibat kejadian malam kelam itu."

"Kenapa dengan anaknya, Mas? Bukankah dia keguguran saat kandungannya berumur 5 bulan?" tanyaku penasaran.

"Iya, itu juga informasi yang Mas peroleh dari ibu, dan Mas yakin ibu tidak mungkin berbohong pada Mas."

"Namun saat itu Warni bersumpah bahwa anak itu masih hidup. Hanya saja dititipkan ke salah seorang teman ibu di kampung."

"Apa mungkin Yuda itu anak Warni, Mas?"

"Entahlah, Dek. Mas pun belum tahu pasti, siapa sebenarnya Yuda itu."

"Lalu perempuan yang menelepon Mas tadi itu, Warni?" tanyaku lagi.

"Iya, Dek. Berulang kali dia mengatakan kalau Mas ini bapak biologisnya Yuda," ucap Mas Adi sedih.

"Kamu tahu sendiri, Dek. Saat kejadian malam kelam itu, Mas sangat yakin tidak menyentuh Warni. Kenapa dia tega menuduh Mas seperti itu," lanjutnya dengan suara bergetar.

"Tapi saat itu Mas juga dalam keadaan mabuk, segala kemungkinan bisa saja terjadi," ucapku dengan suara tak kalah bergetar.

"Astaghfirullah, Dek. Demi Allah, meskipun Mas dalam keadaan mabuk, tapi Mas yakin tidak melakukan perbuatan zina dengan Warni.Tolong percaya pada Mas."

"Aku berusaha percaya padamu Mas, tapi kita tidak punya bukti kuat, kecuali foto kejadian malam kelam itu," ucapku sambil menunduk sedih.

Entah mengapa tiba-tiba terbayang di mataku Mas Adi yang sedang bermesraan dengan Warni. Seketika itu juga aku merasa mual. Aku bergegas ke wastafel yang ada di dapur.  Mas Adi yang panik ikut menyusul ke dapur.

"Hueek ... hueek", aku memuntahkan isi perutku di sana. Mas Adi memijat tengkuk dan pundakku. Setelah merasa lega aku duduk kembali di kursi. Mas Adi mengambil minyak gosok dan mengoleskannya sambil memijat tengkukku.

Lalu Mas Adi mengisi gelasku kembali dengan air hangat. Aku meminumnya. "Owalah, Dek. Masuk angin jadinya kamu tuh. Ayolah kita tidur, sudah hampir jam 3, nih," ucapnya. Aku melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 3 kurang seperempat.

Namun saat kami hendak beranjak masuk ke dalam kamar, Yuda keluar dari kamarnya sambil menangis. "Ibuu, kepala Uda akit."

Aku cepat menggendongnya. Kuraba dahinya panas sekali, Yuda demam. "Mas, tolong gendong Yuda, badannya panas. Aku mau mengambil obat penurun panas di lemari."

Mas Adi menggendong Yuda ke kamar kami. Aku menyusul mereka sambil membawa obat dan air hangat. "Yuda minum obat dulu ya, Nak. Biar demamnya turun," ujarku.Yuda mengangguk dan meminum sirup penurun panas yang kuberikan.

Malam itu Yuda tidur di kamar kami. Aku terpaksa tidur di tengah, karena mereka berdua harus memelukku agar bisa tertidur lelap.

Aku terbangun saat menjelang subuh . Aku meraba dahi Yuda, demamnya sudah turun. Mas Adi baru saja selesai sholat tahajud. "Bagaimana Yuda, Dek? Sudah turun demamnya?" tanya Mas Adi berjalan menuju ke arahku. "Alhamdulillah, sudah Mas," jawabku.

"Kalau kamu sendiri, gimana Dek? Sudah tidak mual lagi?" tanyanya sambil membelai rambutku. "Alhamdulillah, sudah tidak lagi, Mas," jawabku.

"Alhamdulillah, Mas pergi ke masjid dulu, ya Dek."

Setelah sholat subuh, seperti biasa pagi itu aku menyiapkan sarapan dan bekal makan siang Mas Adi. Belakangan ini dia selalu membawa bekal untuk makan siang. Dia beralasan karena lokasi tempat kerjanya jauh dari penjual makanan.

Setelah sarapan, Mas Adi pamit pergi bekerja. Dia sempat masuk ke kamar
untuk mencium kening Yuda yang masih tertidur.

Namun saat siang harinya, aku terpaksa membawa Yuda ke rumah sakit. Dia tiba-tiba kejang. Aku sudah menelepon Mas Adi. Dia sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Saat menunggu Yuda di rumah sakit, tiba-tiba sosok Warni muncul. Dia hendak menjenguk anaknya. Dia juga mengatakan padaku jika anak itu anak Mas Adi.

"Aku ingat saat itu Mas Adi berjalan mendekatiku, Namun setelahnya aku jatuh pingsan," ucapnya.

Mendengar ceritanya, tiba-tiba perutku merasa mual lagi. Tanpa bisa ditahan, aku  muntah di selokan dekat kamar Yuda di rawat.

Tiba-tiba Mas Adi yang datang bersama ibu sudah berada di sampingku.

"Kamu, tidak apa-apa Lia?" tanya ibu cemas.

Bersambung ...


Rahasia Sepupu Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang