Aku berjalan santai di taman dekat universitasku sambil mendengarkan musik yang sedang mewakili perasaanku sekarang dengan bantuan handsfree. Angin berhembus lembut, membelai rambutku yang di gerai. Bahkan burung-burung berkicau. Sungguh hari yang sangat indah.
Aku mendekati sebuah danau dan duduk di pinggirnya. Kurasakan tepukan ringan di bahuku. Segera ku tolehkan kepalaku kepada orang itu.
"Sendirian aja mbak? Lg galau ya? Beli aja nih kembang gula saya. Cuma Rp2000 loh mbak. Di jamin galau mbak ilang deh"Mendengar hal itu. Ingin rasanya diriku memukul mas yang jual gulali. Tapi mengingat rasa kemanusiaan, diriku hanya bisa tersenyum sambil menolak halus tawaran mas tersebut.
Setelah mas penjual gulali beranjak pergi, aku pun melanjutkan aktifitasku memandang danau sambil mendengarkan musik.
"Mbak... Mau beli minuman mbak?"
Ku tolehkan kepalaku kepada gadis yang ku perkirakan lebih muda dariku. Dengan sabar aku pun menolak tawaran gadis itu, hingga ia pergi.
Setengah jengkel, aku pun memandang danau lagi. Tidak beberapa lama kemudian, suara lantang milik seseorang mengagetkanku.
"Mbak! Mau kacang kuaci permen?"
Aku menolaknya dengan nada sedikit jengkel. Untung saja mas tersebut tidak memerdulikannya.
Aku pun melanjutkan kegiatanku yang sejak tadi terus diganggu. Belum ada satu menit menjalani kegiatanku, tepukan ringan dan halus mendarat di bahuku.
"Dari tadi ganggu mulu. Nggak liat apa lagi sibuk?! Sama yang lain aja jualannya di tawa... rin"
Omg... Mimpi apa aku semalam. Ternyata yang ada di hadapanku sekarang ini adalah lelaki jangkung yang tampan dengan tangan yang menutup mulutnya, menahan tawa.
"Devon!!! Lu rese banget sih!!! Make ngerjain segala lagi!!!" teriakanku membuat beberapa pengunjung taman memandang kami heran.
Sedangkan Devon masih tertawa dengan puasnya sambil memegangi perutnya. "Kamu pikir aku mas-mas jualan ya? Hahaha"
"Udah ah. Rese lu!" ujarku sambil berlalu dari hadapannya yg langsung terdiam melihat kepergianku.
Tak berapa lama, sebuah tangan besar dan kokoh merengkuhku dari belakang. Wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Bahkan aku bisa merasakan nafas hangatnya berhembus menggelitik tengkukku. Seketika wajahku memerah menyadari tiada jarak diantara kami.
"Jangan tinggalin aku. Aku minta maaf udah ngejailin kamu. Maafin aku ya?" bisiknya di telingaku.
Oh Tuhan. Apa yang terjadi dengan jantungku?
"I-Iya~" susah juga untuk mengendalikan suara agar tak bergetar.
"Aku cuma mau ngajak kamu makan. Mau ya?" tanyanya masih dengan hembusan nafas yang di sengaja di telingaku. Itu membuatku geli. Aku hanya membalasnya dengan anggukan.
Dia melepaskan rengkuhannya. Belum sempat tersadar, tanganku sudah di tarik olehnya. Dia membawaku masuk ke mobilnya.
Dia menyalakan mobilnya dan membawanya ke suatu tempat yang ada di pikirannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him [END]
Short Story'Dia' Pria yang selalu berusaha keras mengejarku. 'Dia' Pria yang memaksaku secara tidak langsung. 'Dia' Pria yang kusayangi lebih dari apapun. 'Dia' Adalah sahabatku.