Ch. 1

3.7K 163 5
                                    

Jungkook cemberut sambil memajukan bibirnya setiap kali ia gagal mengetikkan kode yang tepat untuk membuka pintu apartemen Jin. “Buka pintunya,” rengeknya sambil meneguk isi dari botol vodka-nya.

Jin sedang membuat teh di dapur. Ketika dia mendengar suara keributan di luar, dia hendak membuka pintunya namun seketika dia membeku. Dia mengenal suara itu, dia telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencintai suara itu, dia bisa mengenalinya bahkan di ruangan yang penuh dengan banyak orang.

Tapi kenapa Jungkook ada di sini? Kenapa dia ada di sini setelah sekian bulan? Jin tidak menyadari bahwa ia masih berdiri di posisi yang sama sampai ia mendengar Jungkook memanggilnya.

“Hyungiee buka pintunya, ini aku kookie-mu” ia mendengar suara lembut Jungkook. Oh Tuhan, ia ingin menangis. Dia sangat ingin menangis, dia telah menunggu berhari-hari, menunggu Jungkook meneleponnya lagi. Dan sekarang dia ada di sini dan Jin tidak tahu harus berbuat apa.

Ia ingin lari dari sini, ia ingin berteriak dan menyuruh Jungkook pergi. Jungkook yang telah memutuskan hubungan, dia yang pergi, Jin ingin marah, tapi dia selalu lemah untuk Jungkook.

Jungkook bisa saja menusuknya dan ia tetap tidak akan membencinya. Dan itu bukan hanya karena dia mencintainya, tetapi juga karena dia telah melihat betapa indahnya dia sebagai manusia, dia telah melihatnya tumbuh dari seorang anak kecil menjadi pria seperti sekarang ini.

Dia telah melihat Jungkook mencintainya seperti dia adalah alasan mengapa Jungkook bernapas. Saat kau telah melihat seseorang mencintaimu seperti hidup mereka bergantung padamu, kau mungkin tidak akan pernah bisa membencinya. Dia tersesat dalam lamunannya ketika dia mendengar suara Jungkook lagi.

“Hyungiee tolong buka,” rengek Jungkook, dan segera setelah Jin membuka pintu dalam sekejap mata, ada beban yang sangat berat menimpanya. Dia menggerutu dengan keras. “Jungkook apa....?” Dia menarik napas dalam-dalam sambil berusaha sekuat tenaga untuk memegang kelinci berotot itu.

Jungkook berusaha mengatakan sesuatu namun suaranya teredam karena wajahnya ditempelkan di leher Jin. Jin bingung dengan perilaku yang tiba-tiba ini, namun kemudian ia melihat botol vodka di tangan Jungkook.

“Jungkook kau mabuk?” Dia bertanya mencoba menyeimbangkan Jungkook. Mendengar hal ini Jungkook melepaskan diri darinya dan menatap Jin dengan mata sayu. Jin ingin tertawa karena bahkan sekarang setelah sekian banyak hari hatinya masih saja lemah saat melihat kelucuan Jungkook.

“Jangan panggil aku seperti itu, aku bukan Jungkook. Aku adalah Jungkookie Hyungiee. Jungkookienya Hyungie. Dan aku juga tidak mabuk, aku hanya minum sedikit,” kata Jungkook sambil cemberut.

Dan apakah Jin ingin menciumnya saat itu juga? Ya, tapi apakah Jin bisa melakukannya? Tentu saja tidak. Dia harus mengesampingkan perasaannya, dia tidak bisa membiarkan dirinya terluka lagi. Dia tidak bisa memiliki emosi itu, perasaan itu membuatnya lemah dan rentan lagi.

"Kenapa kau ada di sini lagi?" tanya Jin dengan suara tegang. Hatinya menangis saat melihat ekspresi terluka di wajah Jungkook, namun ia harus melakukannya. "Aku kesini untuk menemuimu, aku sangat merindukanmu hyungie," kata Jungkook dan menjatuhkan dirinya ke arah Jin lagi.

Dia memeluknya seolah-olah Jin akan menghilang jika dia melonggarkan pelukannya. Jin ingin mendorongnya pergi, tapi dia tak bisa. Sebelum Jin bisa mengatakan apapun, dia mendengar Jungkook terisak dan sekuat apapun Jin mengendalikan dirinya, dia tetap tak bisa melihat Jungkook menangis.

"Kenapa kau menangis?" Ia berusaha meraih wajah Jungkook untuk menghapus air matanya, namun Jungkook hanya memeluknya lebih erat. "Aku... aku merindukanmu hyungiee. Aku sangat merindukanmu. Aku ingin datang ke sini berkali-kali, tapi aku sangat takut, sangat takut. Aku merindukanmu," kata Jungkook sambil menangis, hati Jin terasa sakit, ia ingin menangis, ia ingin memeluk Jungkook dengan erat dan mengatakan kalau ia juga sangat merindukannya, kalau dia juga ingin mendatanginya berkali-kali, tapi Jin tahu ia tak bisa melakukannya.

After We Broke Up | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang