After We Broke Up | Kookjin ✔️

Ch. 17

Jin terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu, Jungkook sangat tahu ekspresi itu, jadi ia tak mungkin salah, tetapi kemudian Jin tersenyum padanya, seolah-olah pikirannya telah mengambil keputusan untuknya, keputusan untuk tidak berbagi apa pun yang dia pikirkan dengan Jungkook saat ini, jadi ia hanya tersenyum kembali. Dia akan menunggu sampai Jin siap untuk berbagi pemikiran dengannya.

Jin tersenyum dan berbalik, mencampurkan bahan basah dan kering menjadi satu. Jungkook memeluknya lagi dari belakang, dia suka memeluk Jin.

"Bagaimana terapi yang kau jalani?" Jin bertanya dengan lembut, menatap Jungkook dari balik bahunya.

"Bagus, sangat bagus. Kau tahu bagaimana aku sebelumnya, kau tahu betapa takutnya aku akan banyak hal, betapa aku memiliki banyak iblis dalam diriku. Terapi membantuku mengatasi semuanya, itu benar-benar membantuku dalam banyak hal yang tidak dapat aku ungkapkan dengan kata-kata.

Ketika kejadian dengan ibuku terjadi, hal itu meninggalkan terlalu banyak bekas luka di hatiku, hal itu membuat emosi, perasaan, dan hubungan menjadi sangat sulit bagiku. Aku takut akan segalanya. Aku tahu aku seharusnya berbagi ketakutanku denganmu, aku tahu kau akan membantuku, aku tahu hyung, tapi aku tidak tahu kenapa aku melakukan apa yang aku lakukan. Aku sangat takut kau melihat iblisku dan mulai membenciku, sehingga satu-satunya cara yang kupikirkan untuk menghindarinya adalah dengan melarikan diri darimu.

Aku tahu bahwa aku seharusnya tidak melakukannya, tetapi aku terlalu hancur untuk memikirkan mana yang benar dan mana yang salah. Aku mendorongmu menjauh dan kemudian aku marah karena kau menjauh. Aku benar-benar berpikir bahwa aku dapat mengatur semuanya sendiri, bahwa aku dapat menyelesaikan semuanya sendiri, tetapi aku tidak bisa.

Aku tidak bisa dan itu membuatku marah, itu membuatku jengkel. Aku marah pada semua orang yang dapat memilikimu, berbicara denganmu, bersamamu, tanpa perlu melawan iblis mereka. Aku tahu itu salah, tetapi aku tidak bisa menahannya.

Setiap kali, setiap kali kita bertengkar, itu menghancurkan sebagian dari diriku, aku benci bertengkar denganmu, aku benci melihatmu menangis karenaku, aku benci ekspresi kecewa di wajahmu, aku yang menyebabkan semua itu dan aku tidak bisa berbuat apa-apa, itu membunuhku.

Tetapi terapi membantuku, membantuku menerima semua ketakutanku, membantuku menghadapi ketakutanku, untuk mengatasinya. Aku memberikan banyak tekanan padamu, hyung, kau harus menjadi sahabatku, keluargaku, pasanganku, ada alasan mengapa kita memiliki hubungan yang berbeda.

Kita memiliki satu sama lain agar kita tidak memberikan banyak tekanan pada salah satunya, tapi aku hanya melemparkan semua yang ada padamu, dan kau yang selalu memikirkan kebahagiaanku, terus menanggung bebanku untuk kepentingan diriku. Terapi menyadarkanku akan hal ini.

Terapi mengajarkanku pentingnya komunikasi, aku seharusnya berbagi segala sesuatu denganmu, aku seharusnya berbicara. Tidak apa-apa untuk tidak baik-baik saja, dan tidak apa-apa untuk membiarkan orang lain melihat bahwa kau tidak baik-baik saja. Seharusnya aku membiarkanmu melihat. Seharusnya aku tidak memberikan banyak tekanan padamu, seharusnya aku mencari bantuan, seharusnya aku pergi ke terapi sejak dulu.

Kau mencintaiku, bukan berarti aku harus menjadi prioritasmu, dan menjadi prioritasmu bukan berarti kau harus selalu ada untukku di setiap waktu. Kau memiliki kehidupanmu sendiri, dan kau harus menikmatinya dengan setara.

Sekarang ketika aku memikirkannya, aku juga senang, hanya sedikit, bahwa kita mengambil jeda itu. Mungkin aku melakukannya dengan cara yang salah, tetapi kita membutuhkannya. Kita butuh istirahat." kata Jungkook dengan lembut, dan mencium kepala Jin.

"Hmm, kita membutuhkan waktu istirahat, aku senang kita mendapatkannya. Kita berdua perlu belajar banyak hal, aku senang kita melakukannya. Kita berdua telah banyak berkembang, aku turut berbahagia untuk kita." kata Jin sambil menuangkan adonan ke dalam loyang kue.