Ch. 8

1K 85 3
                                    

Begitu Jungkook melihat nama Jin muncul di ponsel Yoongi, hatinya mencelos, ia mundur selangkah, menatap Yoongi dengan mata memohon.

"Aku... aku tidak ingin kau berbohong padanya, jika kau pikir aku tidak baik untuknya atau dia harus menjauh dariku, tolong katakan itu. Aku tahu kau peduli padanya dan aku tidak ingin membohonginya. Tapi tolong jangan katakan padanya tentang serangan panikku atau kalau aku di sini bersamamu. Kau tahu dia akan khawatir dan aku tidak ingin dia memulai perjalanan barunya dengan mengkhawatirkanku," kata Jungkook sambil menyeka air mata.

Air matanya terus mengalir. Dia mencintai Jin, dia sangat mencintainya, dan tidak ada yang dia inginkan saat ini selain Jin menerima cintanya kembali, tapi tidak dengan berbohong. Dia tidak bisa meminta bantuan Yoongi, itu akan seperti membohongi perasaan Jin dan Jungkook tidak akan pernah melakukannya.

Dengan berat hati ia berbalik untuk kembali ke kamar Taehyung, ia ingin tetap di sini, ingin mendengarkan suara Jin, tetapi ia tidak bisa mengganggu, ia tidak lagi jadi yang utama untuk Jin sekarang dan tidak peduli seberapa sakitnya, Jungkook tahu bahwa ia pantas mendapatkannya.

Dia berjalan perlahan dan berhenti di tempatnya berdiri sekarang begitu mendengar suara Jin.

"Yoongichi?" Jin berkata melalui telepon dan Jungkook menoleh, terbelalak, hanya untuk menemukan bahwa Yoongi telah menyalakan telepon dengan pengeras suara.

Dia tahu mengapa Yoongi melakukannya, Yoongi tahu kalau ia ingin sekali mendengar suara Jin, ia tahu Yoongi masih marah padanya karena ia masih tidak menatap Jungkook, namun Jungkook sangat berterima kasih untuk ini dan, ia ingin menangis lagi.

"Hyung, kenapa kau menelepon? Kupikir kau sedang dalam penerbangan," kata Yoongi dengan suara lembut dan senyum di wajahnya.

"Ya, tapi ada persinggahan selama lima jam dan sekarang aku terjebak di sini tanpa ada yang bisa dilakukan, jadi kupikir apa yang lebih baik daripada mengganggu sahabatku," kata Jin dan tertawa kecil dan Yoongi melihat bagaimana mata Jungkook berbinar. Sejujurnya dia sangat marah pada Jungkook, sangat marah. Ia ingin melempar sesuatu sekarang juga, namun ia tahu betapa ia sangat mencintai Jungkook jadi ia tidak bisa melakukannya.

"Jangan bohong, aku tahu kau merindukanku," kata Yoongi dengan senyum menggoda di wajahnya. Semua orang di ruangan itu selalu terkejut dengan cara Yoongi bersikap ketika dia bersama Jin. Dia lebih banyak bercanda, lebih banyak tersenyum, lebih lembut, yang sangat bertolak belakang dengan aura bad boy-nya, tapi sekarang mereka tahu. Sekarang mereka menyadari mengapa Yoongi tersenyum seperti ini.

Jin tertawa di sisi lain membuat sesuatu berubah di hati Jungkook. Dialah yang selalu membuat Jin tersenyum dan tertawa seperti ini, selalu dia, tapi sejak beberapa bulan terakhir dia hanya membuatnya menangis dan sedih dan Jungkook tidak tahu bagaimana dia bisa menebusnya.

Jin hendak mengatakan sesuatu tapi Hobi mendahuluinya, "Tapi hyung, aku tahu kau lebih merindukanku." timpal Hobi sambil menjulurkan lidahnya untuk menggoda Yoongi.

"Tidak, dia yang paling merindukanku," Namjoon ikut menimpali, bagaimana mungkin dia tidak ikut campur. Yoongi menatap mereka dengan tidak percaya, tapi tidak ada yang mengerti apa yang ingin dia katakan.

Namun sebelum ia menghentikannya, setan kecil lainnya berteriak, "Tidak, aku adalah teman kesayangannya, ia sangat merindukanku," teriak Jimin yang sangat membenci kekalahan.

Dan saat ini Yoongi yakin bahwa akan ada satu pengakuan cinta lagi dan seolah-olah mendapat aba-aba, Taehyung berteriak "Apa yang kalian bicarakan, dia sangat merindukanku dan aku selalu menjadi favoritnya," kata Taehyung dan Yoongi menutup wajahnya dengan tangannya sendiri. Dia memandang mereka dengan cemberut.

After We Broke Up | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang