14. Hanya Ingin Berteman

100 9 2
                                    

Rea duduk di kursi, yang berada tepat di depan kursi Alexis. Perempuan itu sedikit salah tingkah karena Rea menatapnya dengan tatapan tajam, dan wajah yang datar.

Menunggu hingga dua menit, dan Alexis tidak mengucapkan sepatah kata apapun membuat Rea sedikit jengah. Rea meminum air dari botol yang sempat dia bawa, sebelum menemui Alexis.

"To the point aja deh. Lo mau apa?" Tanya Rea, setelah menutup botol minumnya.

"Aa.." Alexis tampak bingung menjelaskannya. Membuat Rea semakin jengah.

"Lo kenapa sih?"

"Saya hanya mau berteman sama kamu." Jawab Alexis.

"Kan Udah.." Kata Rea, dengan menahan kesabarannya. Alexis menggigit bibir bawahnya. Rea menjatuhkan tatapannya ke arah bibir Alexis, dan meneguk ludah kasar. Benda kenyal berwarna merah mawar itu menganggu mata dan pikiran Rea.

"Berkenalan secara resmi, bagaimana? Itu jauh lebih baik." Alexis mengulurkan tangan nya.

Meski menahan rasa jengkel, Rea tetap menjabat tangan itu. Rasanya sama seperti saat pertama kali memegangnya. Halus dan lembut. Belum lagi desiran itu. Astaga! Rea bisa mati berdiri jika seperti ini terus-menerus.

"Alexis.." Alexis mengulum senyumnya. Dan lagi-lagi Rea merasa kesal karena dia merasakan perasaan aneh saat melihatnya.

Rea mengangguk, "Hmm, Rea!"

"Sekarang kita resmi berteman kan?" Dan Rea masih menjawabnya dengan anggukan.

Rea menarik tangannya. "Lalu?" Alis Rea terangkat. Dia ingin tahu, selanjutnya apa yang perempuan ini inginkan.

"Apa? Ya kita berteman saja." Kata Alexis dengan tersenyum manis.

Rea tidak ingin ini menjadi sebuah masalah baru baginya, dia harus mengatakannya atau Rea akan merasa menyesal di kemudian hari.

"Nona Alexis.. perlu saya beri tahu satu hal." Rea menarik nafas dalam dan membuangnya kasar. Kalimatnya berubah formal, membuat Alexis mengernyitkan keningnya karena terdengar tidak biasa di telinganya.

"Anda sedikit menggangu hidup saya. Tidak, bukan! lebih seperti mengusik pikiran saya." Rea memijat pelipisnya

Alexis masih tidak mengerti dengan ucapan Rea. Ada apa dengan gadis itu. Tapi, Alexis masih bungkam dan tidak banyak bicara. Dia ingin mendengarkan ucapan Rea.

"Saya takut. Tidak bisa mengontrol diri saya. Jadi saya mohon, beri saya ruang.."

"Maksudnya?" Tanya Alexis.

Kenapa Rea merasa takut. Sial sekali!

"Bisakah anda tidak menemui Saya setiap waktu, di jam luang anda?" Tanya Rea.

Alexis terdiam. "Apa Saya benar-benar mengganggu kamu?" Tanya Alexis, dengan wajah sedihnya.

"Anjir..." Lirih Rea. Rea berdiri dari duduknya "Lupain dah, gua mau balik kerja dulu." Tidak! Rea tidak tega melihatnya. Hatinya benar-benar kacau saat melihat mata Alexis berkaca-kaca.

Rea berbalik dan hendak pergi, namun Alexis menahan tangannya. "Maaf ya.."

Yang benar saja, Alexis benar-benar menangis membuat Rea kelabakan sendiri.

Rea yang panik, segera mengambil tempat duduk di sisi Alexis. "Nona.. gue mohon lo jangan Nangis." Pinta Alexis.

Namun Alexis tetap menangis, dan semakin sesenggukan. "Maaf banget, Saya nggak maksud buat kamu jadi kayak gini.. hiks.."

Alexis tahu maksud Rea adalah dia merasa terganggu dengan kehadiran Alexis. Namun Alexis malah menganggapnya sebagai bentuk kebencian Rea padanya, karena telah memperkosa dan menghamilinya.

TUAN NONA (Hug My Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang