Setelah kuliah usai, Rea memutuskan untuk segera pulang ke rumahnya. Rumah Rea berada di perumahan yang tidak terlalu elit, di salah satu kawasan ibukota. Tempatnya biasa saja. Tapi masih sangat nyaman saat ditempati oleh Rea dan Saudara-saudaranya.
Sebelum pulang, Rea menyempatkan diri mampir kesebuah warung Bakso langganannya. Rea ingat, pagi tadi dia tidak sempat memasak untuk Kakak dan adiknya karena jadwal kuliahnya yang terlalu pagi. Ditambah lagi gadis itu bangun kesiangan, karena semalam setelah pulang kerja Rea harus begadang menyelesaikan tugas kuliah yang harus segera ia kumpulkan hari ini.
Ya begitulah, susah sekali kehidupannya. Rasanya untuk hidup tenang pun tidak bisa Rea rasakan. Tapi Rea yakin, dengan tekad dan kerja keras dia pasti bisa merubah nasibnya suatu saat nanti.
Tiba di rumah, gadis itu segera masuk dan menjumpai Arta yang tengah belajar diruang tamu.
"Assalamuallaikum.."
"Wa'alaikumsallam.."
Rea melihat Jam di dinding. Jam menunjukkan pukul setengah satu siang. Gadis itu melangkah masuk, dan menyambut uluran tangan Arta yang menyalimi dirinya. "Ar, pasti belum makan ya? Nih!Mbak bawain bakso kesukaan kamu." Kata Rea sambil mengelus kepala Adiknya.
"Wah! Mbak Re tahu aja.. Arta ambil mangkuk dulu." Bocah laki-laki itu lantas berlari, dan menghilang dibalik tembok.
Rea tersenyum, gadis itu senang melihat adiknya yang begitu senang hanya dibelikan sebuah bakso kesukaannya. Gadis itu meletakkan bungkusan kresek di atas meja kayu tua dan duduk disalah satu sofa lusuh yang sudah banyak terdapat sobekan.
"Mbak Re..!" Teriak Arta, dari dapur.
"Iya? Kenapa?!"
"Mau diambilin juga enggak?" Tanya Arta, masih berteriak.
"Nggak usah Ar, Mbak mau mandi dulu." Jawab Rea.
Lalu tiba-tiba bocah itu sudah berada di depan Rea. "Siyap Boss nyonyah!" Kata Arta.
"Hhmm.. Basa basi ternyata." Kekeh Rea. Sementara Arta hanya meringis, malu-malu.
Padahal Rea tahu jarak dapur dan ruang tamu juga tidak terlalu jauh. Jadi makhlumlah.
Arta meletakan mangkuk dan sepiring nasi diatas meja, lalu beranjak lagi dan kembali dengan membawa sebotol air dingin.
"Ar, tumben banyak banget nasinya?"
Rea melihat Arta yang membuka bungkusan itu, dan menuangkan isinya ke mangkok.
"Iya. Ar, laper banget." Kata Bocah itu, dengan sedikit menekan kata lapar. Membuat Rea sedikit merasa bersalah.
"Maafin Mbak ya Ar. Tadi Mbak nggak sempet masak." Sesal Rea.
"It's okey, Boss Nyonyah! Lagian tadi, Arta udah dikasih uang jajan sama Boss Besar. Hehehe..."
Boss Besar yang Arta maksud adalah Bang Arfan. Abangnya itu memang kerap memberi Arta uang jajan, jika Rea tidak sempat memasak atau membuatkan bekal untuk mereka.
Tapi itu bukan berarti Rea tidak pernah memberikan Arta uang jajan. Rea bahkan sering memberikannya. Hanya saja Arfan jauh lebih sering. Jangankan Arta, Rea saja juga masih dikasih uang jajan oleh Arfan. Laki-laki itu sangat bertanggung jawab sekali kepada adik-adiknya. Tidak seperti Ayah mereka. Ah! Mengingat hal itu membuat Rea sedikit kesal.
"Memangnya Tadi jajan apa?" Tanya Rea, sambil mengusap pucuk kepala Adiknya itu.
Arta yang duduk dibawah, sambil menuangkan baksonya ke dalam piring menjawab. "Nggak beli apa-apa mbak." Lalu bocah itu mendongak dan meringis.

KAMU SEDANG MEMBACA
TUAN NONA (Hug My Heart)
De TodoKisah Rea Si cewek tomboy dan Alexis Si Lady Boy