16. Saling Berbagi Cerita..

147 11 1
                                    

"Udah coba aja! Lo nggak akan mati keracunan kok." Ucap Rea. Gemas karena Alexis tidak kunjung mengambilnya, Rea mengambil satu telur gulung, dan menyuapkannya ke Alexis.

"Aa!" Rea mengisyaratkan Alexis untuk membuka mulutnya. Alexis menelan ludahnya kasar. Dengan takut dan terpaksa perempuan itu membuka mulutnya secara perlahan.

"Nah! Gigit! Tinggal ngunyah aja susah banget lo!" Ucap Rea dengan senang. Rea mengambil telur gulung dan memakannya, sambil menunggu reaksi Alexis, akan seperti apa jadinya.

"Aa!" Tanpa Rea duga, Alexis meminta di suapi lagi. Hal ini membuat Rea tertawa dengan renyah. Bukan karena Alexis yang ingin lagi, tapi lebih ke wajah Alexis yang sangat lucu, mirip seperti Arta saat ingin sesuatu.

Kali ini, Rea memberikan sempolan kepada Alexis, dan Alexis menggigitnya dengan bernafsu. "Enwak!" Kata Alexis, dengan mengangguk-angguk.

"Apa gue bilang.. lo Suka?" Tanya Rea. Alexis hanya mengangguk. "Boleh minta lagi?" Tanya Alexis.

"Ambil.." Rea mengangguk. "Pelan-pelan aja makannya, nggak akan gue ambil juga kok, yang ada di tangan lo.." kekeh Rea, membuat Alexis tersenyum malu.

Mereka makan dalam diam, menikmati makanan sederhana yang rasanya sangat nikmat, dan tidak pernah Alexis bayangkan.

"Kamu sudah sering makan makanan kayak gini? Tanya Alexis membuka suara.

"Bukan sering lagi. Gue sama Vani suka kulineran kalau memang lagi gabut. Ya sesuaiin isi kantong aja sih.." jelas Rea.

Alexis mengangguk paham, "Boleh nggak, kalau saya bungkus lagi?"

"Boleh! Tapi pake duit lo sendiri." Kata Rea.

Alexis tertawa. "Ya iyalah.."

Rea tersenyum, tipis dan menatap lamat wajah Alexis. Alexis yang di tatap dengan demikian Rasanya menjadi canggung. "Ke--kenapa? Ada Ap-apa?" Tanya Alexis.

Wajah Alexis memanas saat Wajah Rea semakin mendekat, dan "Lo kalau makan kayak bocah! Belepotan!" Kata Rea, sambil menyeka saus di sudut bibir Alexis. Hal ini, membuat Alexis terkejut dan reflek memundurkan kepalanya. Alexis buru-buru mengambil kaca dan tisu membersihkan.

"Kenapa? Muka lo merah?" Tanya Rea. "Lo nggak Salting kan??" Tanyanya Lagi, yang semakin membuat pipi Alexis merah.

"Ap-apaan sih! Nggak kok." Ucap Alexis, sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

"Mau nanti atau sekarang?" Tanya Rea.

"Apanya?" Alexis balik bertanya.

"Beli ini.." Rea menunjuk dua bungkusan jajan yang sudah hampir habis itu.

"Se-sekarang!" Kata Alexis.

"Ok. Lo mau pesen berapa? Biar gue pesenin." Rea berdiri dan mengambik ponselnya.

"Masing-masing 50 tusuk." Ucap Alexis. Membuat Rea menatapnya.

"Lo doyan apa laper, Nona.." Rea menyilangkan tangannya di dada, dan tertawa geli. "Oklah.."

Melihat Rea yang sudah menjauh, membuat Alexis kembali melihat kaca kecilnya. "Masa Iya sih.. Muka gue merah.." cicitnya.

"Lihat Apa?"

Lagi-lagi Alexis tersentak, sejak kapan Rea berada di dekatnya seperti ini. Kenapa dia tidak melihat kehadiran Rea. Oh God! Wajah Rea begitu dekat, hingga Alexis bisa mencium bau lemon segar dari tubuh Rea.

"Ka-kamu!" Nafas Alexis tersendat. "Sejak kapan kamu berada di sini."

"Sejak tadi. Lo aja yang sibuk ngaca, sampai nggak sadar."

TUAN NONA (Hug My Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang