Kaluna diam. Menatap sosok yang sangat ia kenal, sedang duduk berdua bersama seorang wanita, bersenda gurau, dan tangan yang saling menggenggam.
Lagi. Kaluna hanya bisa menghela nafas, entah sudah beberapa kali dirinya memergoki sang kekasih dengan wanita yang sama. Saat makan, jalan-jalan, ataupun di apartemennya.
Kaluna tak bisa berbuat banyak, semua ucapan pasti akan dihiraukan. Seribu nasihat pun akan kalah jika alasan sang lelaki selalu sama.
“Aku sama dia gada apa-apa, buang pikiran negatif kamu.”
Kaluna sampai di apartemennya, netranya menangkap sosok Jericho yang sedang duduk di sofa dengan ponsel ditangannya. Kaluna berlalu menuju dapur, menaruh semua belanjaannya.
Keberadaan Kaluna membuat Jericho berpaling dari ponselnya, dirinya bangun untuk menghampiri Kaluna yang hanya diam menatap meja di depannya.
“Kenapa?”
Tak ada tanda-tanda Kaluna menjawab pertanyaannya, masih diam. Pipinya yang sedikit basah dan hidungnya yang memerah membuat Jericho geram. Kaluna menangis.
Dibawanya tubuh Kaluna untuk ia peluk erat, mengusap rambutnya dan mencium pucuk kepalanya, serta kata-kata penenang untuk gadis yang kini mulai terisak kecil.
Jericho tau alasan Kaluna seperti ini, alasan yang masih sama. Karna Karel.
“Ketemu sama dia?” Kaluna menggeleng.
Jika tidak bertemu, pasti melihat. Kaluna selalu menutupi semua kesedihannya sendiri, mulai dari masalah keluarga, masalah cinta, atau masalah dirinya.
Jericho hanya ingin menjadi penenang bagi Kaluna, walau masih ada Karel yang bisa membuat Kaluna jauh lebih tenang. Tapi semua kesengsaraan Kaluna disebabkan oleh Karel sendiri, bagaimana Jericho tidak marah?
Ingin sekali Jericho datang pada Karel, memukuli wajah laki-laki itu, lalu merebut Kaluna darinya. Sesimpel itu. Tapi Jericho tidak bisa.
Hati Kaluna bukan untuknya. Selalu disakiti oleh Karel, tapi Kaluna masih bisa bertahan. Kaluna terlalu mencintai Karel, tak ingin berpaling. Walau perbuatannya dan Jericho yang lalu-lalu, selalu Kaluna rutuki.
Ia sama brengseknya dengan Karel, tapi Kaluna selalu sadar akan sikapnya. Ia mencintai Karel, tapi ia juga nyaman jika berada di dekat Jericho. Laki-laki itu selalu tau kapan dan mengapa ia dilanda sakit yang sama.
★★★
Kaluna berdiri dibelakang Karel, lelaki itu tengah diam menatap gedung-gedung tinggi didepannya. Malam itu terasa dingin, hembusan angin yang sedikit kencang membuat rambutnya dan Karel bergerak kesana kemari.
Kaluna meraih tubuh Karel, dipeluknya tubuh tegap itu dari belakang. Karel berbalik membuat pelukan itu terlepas. Ia tatap manik Kaluna yang juga menatapnya lekat.
Kaluna merasa hari ini untuk dirinya dan juga Karel. Pinggangnya ditarik untuk lebih dekat, kemudian memeluknya dengan erat. Karel menyapa wajah Kaluna dengan ciuman setelahnya, meletakkan tangan kanannya ditekuk leher wanitanya.
Dirasa tak nyaman, Karel menggendong tubuh mungil Kaluna tanpa melepaskan lumatan nya. Menidurkan di kasur tanpa menghiraukan gorden yang terus bergerak terkena angin dari arah balkon.
Kaluna merindukan Karel-nya. Ia kalung kan kedua tangannya di leher lelakinya, meremas pelan rambut belakang Karel. Menyalurkan kelembutan yang diberikan pada lelaki itu.
Karel bergerak untuk berpindah pada leher putih milik Kaluna. Ia tinggalkan beberapa tanda yang lagi-lagi membuat Kaluna melenguh pelan. Kaluna akui ia sangat menyukai semua hal yang dimiliki Karel. Termasuk bercumbu.