NEBULA : Eagle

213 53 3
                                    

“Kayaknya untuk dinner hari ini aku gak bisa deh, lain kali gapapa ya?”

Kaluna berhenti. Ia menatap Karel yang berjalan mendahuluinya. Pegangannya di troli semakin menguat, menumpahkan kekesalannya yang selalu sama.

Merasa tidak ada Kaluna disampingnya, Karel membalikkan badannya, menatap Kaluna yang hanya diam. Sejenak ia menunduk sebelum menghampiri gadis itu. Kaluna kembali bergerak meninggalkan Karel, berjalan menuju tempat sayur-sayuran.

Keduanya tengah berada di supermarket, sudah 1 jam mereka mengelilingi tempat itu. Ingin marah tapi tak bisa, Karel membujuk Kaluna yang hanya diam sedari tadi. Tidak seharusnya ia berjanji pada Kaluna tadi jika ujung-ujungnya tidak bisa membagi waktunya untuk gadis itu.

Kaluna berdiri didepan kasir sedangkan Karel diam tak jauh dari tempat Kaluna. Netranya menatap sekitar sebelum kedua mata itu membulat.

Ia tarik tangan Kaluna sedikit kasar lalu membawanya untuk keluar dari supermarket. Untungnya belanjaan wanita itu sudah selesai dikemas dan juga Kaluna sudah membayar. Tarikan itu semakin kencang, membuat Kaluna meringis sekaligus berontak minta dilepaskan.

“Kamu kenapa sih?!”

Nada bicara Kaluna jelas tersirat kekesalan. Sikap Karel membuat dirinya lagi-lagi bingung. Selama memiliki hubungan, Karel tak pernah kasar padanya. Bahkan berucap pun tak pernah melontarkan kata-kata yang bukan seharusnya.

Kaluna tau Karel sudah berubah, ia pikir dengan membuat dirinya kembali dekat seperti dulu bisa merubah sikap Karel, namun sepertinya sama saja. Karel yang sekarang bukan dirinya yang dulu. Kaluna seperti merasa diasingkan.

“Kita pulang.”

“Jawab aku, Karel!”

Keduanya masih berdiri di parkiran, untungnya parkiran tersebut sepi. Kaluna menghela nafas, percuma ia menunggu jawaban dari laki-laki di depannya ini.

Karel juga bingung mau menjawab bagaimana. Tak sengaja ia menatap wanita yang menjadi penghalang janjinya dari Kaluna. Karel sempat berbohong jika ia dirumah hari ini, padahal nyatanya tengah berdua disini bersama Kaluna.

“Gapapa, ayo pulang.”

Kaluna hanya bisa pasrah, ia masuk kedalam mobil disusul oleh Karel lalu melaju meninggalkan area supermarket.

Beberapa menit setelahnya, mobil Karel berhenti didepan gedung apartemen. Ia menatap Kaluna sebentar, sungguh tak tega melepas waktu bersama Kaluna hari ini. Tapi ia tak bisa untuk tetap diam jika seseorang tengah menunggunya saat ini.

“Aku minta maaf, lain kali kita dinner. Aku janji!”

Kaluna tak menjawab. Ia mengambil belanjaannya di kursi belakang kemudian keluar tanpa menatap Karel sedikit pun.

Karel tak bisa berbuat banyak. Jujur, sikap Kaluna tadi membuatnya sedikit sesak, ia tau jika semua permasalahan yang timbul didalam hubungan mereka disebabkan oleh dirinya sendiri. Karel juga tak mau seperti ini, ia sangat menyayangi Kaluna.

Tapi disisi lain ada seseorang yang sama disayangi oleh Karel. Ia tidak mau kehilangan Kaluna, tapi ia juga tidak mau kehilangan seseorang tersebut.

★★★

Kaluna diam di balkon kamarnya, menatap pemandangan malam ini dengan angin semilir yang menerpa kulitnya. Sesak di dada menghampiri kala mengingat ucapan Karel tadi siang.

Bohong jika saat ini ia tidak ingin menangis. Melihat sikap Karel yang akhir-akhir ini berubah, mengingatnya pada saat dimana keduanya masih peduli dengan hubungan mereka. Karel yang sangat senang saat perasaannya dibalas, dan Kaluna yang tersenyum kala laki-laki itu mendapatkan dirinya.

NEBULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang