"Kemarin kamu gada kabar sama sekali, chat dari aku waktu ketemu di toko Luna juga ga kamu bales."
Karel tidak menjawab perkataan Susan yang sibuk membuat makanan. Dirinya hanya bisa melamun menatap meja didepannya, melihat Karel yang hanya diam saja membuat Susan menghela nafas. Dengan piring berisikan dua sandwich, ia taruh dihadapan Karel dengan sedikit kasar yang membuat Karel terlonjak kaget.
Susan duduk disamping Karel kemudian mengelus punggung tangan laki-laki itu. Ia baru sadar jika wajah Karel banyak memar yang samar-samar, tangannya bergerak untuk menyentuh memar itu yang langsung ditepis pelan oleh Karel.
"Muka kamu kenapa? Kamu habis berantem?"
Karel menggeleng pelan, "Engga..."
"Tapi ini sampe ungu loh bekasnya, masih sakit apa engga? Udah diobatin belum??"
"Udah."
"Kok aku baru liat sih? Kemarin-kemarin gada deh..."
"Kejedot pintu doang" Suara Karel memelan saat Susan mulai mencurigainya.
"Kalo kejedot pintu bukan gini bentukannya, ngaku aja deh! Kamu habis berantem kan?"
"Bukan urusan kamu. Ngapain nyuruh aku kesini?" Karel mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Gapapa, cuma kangen aja. Oh iya kemarin kamu kemana aja??"
Susan berucap sembari mengambil sandwich didepannya lalu memakannya, diikuti oleh Karel.
"Seharian sama Luna"
Kunyahan Susan kian memelan, ia tatap mata Karel yang saat ini sedang sibuk menatap layar ponselnya dengan mulut yang sibuk mengunyah.
"Kemarin papa nyariin kamu."
"Kenapa nyariin?" Fokus Karel teralih sebentar sebelum menatap kembali ponselnya.
"Katanya mau cek grenade di markas sekalian ada yang mau ditanyain."
Dahi Karel mengkerut, "Tanya apa?"
"Gatau" Susan menghabiskan sandwichnya lalu kemudian mengambil segelas air didepannya.
"Kamu bisa kan temenin aku seharian ini? Di butik lagi sibuk jadi aku harus cepet-cepet kesana. Mama juga udah nelpon aku dari tadi."
"Aku anterin aja gapapa, ya? Kerjaan aku lagi banyak dikantor"
"Jendra bilang kerjaan di kantor udah dialihin sama yang lain, terus juga meeting udah selesai minggu kemarin."
Mata Karel sedikit membulat, "Kamu tau dari mana?"
"Kamu dari tadi sibuk liatin hp lagi chatan sama Jendra kan? Aku liat dari tadi" Susan menjawab diselingi senyuman untuk Karel, tau jika laki-laki itu pasti ingin beralasan.
"Nemenin Kaluna seharian aja kamu bisa, masa sama aku engga? Kemarin kamu free berduaan sama Kaluna itu aku tau jadwal kamu lagi hectic banget, tapi apa? Kamu beneran serius sama dia??"
Karel dibuat bisu oleh Susan kali ini, ia tau jika ia berbohong tapi dengan kebohongan kali ini ia bisa tau rahasia Kaluna yang selama ini tidak ia ketahui. Dan kemarin juga, Karel dilanda rasa bersalah pada Kaluna.
"Aku sengaja ngambil cuti biar bisa ketemu sama Kaluna, selama ini aku selalu sama kamu terus. Aku jadi ngerasa bersalah sama Kaluna, apa salahnya kan seharian sama dia kemarin??"
Kening Susan berkerut, "Kalo itu alasannya kenapa tadi kamu bohong? Kemana janji kamu yang bilang kalo Kaluna cuma kamu jadiin pelampiasan selama ini? Aku tau kamu gabisa lepas dari aku makanya setiap kita berantem pasti kamu lari ke Kaluna, kan? Jangan kamu bohongin diri kamu sendiri, apalagi Kaluna... Kalo kamu serius sama dia, lepasin aku. Selesain hubungan kita 3 tahun terakhir ini!"
Ingin rasanya emosi ini meledak, tapi Karel tidak bisa apalagi didepan Susan. Berakhirlah tubuh Susan untuk ia peluk erat membuat tanda tanya pada Susan.
"Lepasin aku kalo kamu serius sama Kaluna, jangan maruk Karel... Selama ini Kaluna gatau apa-apa, gatau kalo kamu balik ke aku, aku ga mau dibilang perusak hubung-"
Ucapan Susan terjeda saat ranumnya dilumat pelan, bisa ia lihat mata Karel yang terpejam dengan air mata yang luruh setelahnya. Ia tau Karel sedang menahan amarahnya oleh sebab itu ia pancing agar Karel tidak lagi menyakiti perasaannya sendiri selama ini.
Karel selalu dilema antara memilih Susan atau Kaluna. Karel yang mungkin masih menginginkan Susan atau hanya Kaluna yang jadikan bahan penenang bagi laki-laki didepannya ini.
Susan juga masih dibuat bingung oleh sikap Karel, perkara LDR beda negara pun jadi pertimbangan bagi Karel sampai dimana laki-laki memutuskan untuk mengakhiri hubungan keduanya yang membuat Susan tidak terima. Padahal, Susan menetap sementara di negara orang sampai ia kembali ke tanah air.
Disaat itu juga Susan akhirnya tau jika Karel hanya butuh komitmen disebuah hubungan yang walaupun Susan sudah berusaha untuk menjelaskan jika ia pergi di negara orang hanya untuk bekerja. Susan hanya bisa mewajarkan sikap Karel itu karna memang banyak kasus LDR yang mengakibatkan berakhir suatu hubungan.
Sekarang, serahkan semua pada Karel. Lihat bagaimana laki-laki itu memilih jalannya sendiri tanpa harus menyesali dikemudian hari.
☾☾☾☾☾
Perkataan Susan tadi pagi membuat Karel gelisah, padahal bukan itu dipikirannya. Ia tidak bisa melepaskan Susan karna ia terlalu sayang pada wanita itu ditambah lagi keluarganya yang terlampau baik pada dirinya, ia juga tidak bisa melepaskan Kaluna karna masih dilanda rasa bersalah.
Oh Tuhan, kenapa memilih itu selalu menjadi pertanyaan yang kejam?
"Lagi ngelamunin apa?"
Karel dibuat kaget saat seseorang yang berjalan melewati dirinya.
Sanjaya. Nama itu terukir rapi di dada bagian kanan yang terpasang di seragam hijau army. Seorang Jenderal Angkatan Darat yang sudah mengabdi pada negara lebih dari 30 tahun.
Jaya terlihat sibuk melepas seragam khususnya lalu kemudian diberikan pada Karel. Karel hanya bisa diam sembari menerima seragam itu.
"Coba pakai, badan kamu sesuai sama ukuran tentara, tinggi kamu ideal, badan kamu juga gak terlalu besar. Sesuai standar dengan saya waktu jaman muda dulu."
Karel hanya tersenyum, ia pakai seragam itu lalu kemudian berkaca. Jaya yang melihatnya tersenyum saat memori ia masih gagah memimpin pasukannya dulu, hanya dengan melihat Karel ia jadi bisa mengobati rasa rindunya.
Jaya tepuk pundak Karel lalu berjalan meninggalkan Karel yang masih diam didepan cermin. Pria paruh baya itu mendekati satu ruangan yang diyakini menyimpan banyak sekali alat-alat perang yang masih bisa dipakai, termasuk grenade yang mendominasi ruangan itu.
Selagi melihat-lihat, Jaya membuka percakapan saat Karel berdiri tak jauh di belakangnya.
"Gimana hubungan kamu sama Susan? Saya harap apa yang terjadi di masa lalu, tidak terulang lagi diantara kalian. Mungkin ada hal yang tidak bisa kalian hadapi, apalagi tentang masalah hati. Kesalahan itu tidak akan saya maafkan termasuk Susan jika dia berani menyakiti perasaan kamu, begitu juga sebaliknya. Tidak ada kesempatan untuk kamu jika hal itu terjadi."