Pernah mengalami sebuah kejadian yang selama ini hanya kalian saksikan di layar kaca? Seperti bencana alam atau hal menakutkan lain di tengah kehidupan normal sehari-hari yang hanya berkutat dengan kewajiban dasar seperti sekolah atau bekerja?Terkadang, ada. Kita tidak pernah tahu akan masa depan kecuali mereka yang meramal melalui dustanya. Namun sungguh hari esok masih misteri. Bahkan hari ini, siang nanti, kita tidak benar-benar tahu apakah semua hal akan berjalan sesuai keinginan. Ada saja hal-hal kecil seperti kaki terinjak ketika berdesakan masuk ke dalam bus.
Dan sore itu, ada seorang pemuda yang mengalaminya. Satu kejadian luar biasa yang tidak pernah disangka akan datang padanya. Pertama kali, 'kah?
◎
Adalah Gata, pria bujang tiga puluh tahun yang sedang ingin hidup tenang usai kandasnya karir dan percintaan. Sekilas terlihat seperti pemuda yang menjalani hidup tanpa ambisi besar akan pencapaian. Hanya hidup, dan mengalir. Emoticon Gorila mungkin cocok untuk menggambarkan hari-harinya yang, 'Ya sudahlah.'
Gata bertahan hidup dari bagi hasil bisnis yang dimulai bersama seorang teman setahun lalu. Kebetulan di saat-saat terakhir sebelum gulung tikar, Gata menginvestasikan sejumlah dana pada bisnis tersebut. Karenanya kini ia hanya bertindak sebagai investor pasif. Keuntungan bisnis, disisihkan ke beberapa instrumen investasi yang rendah resiko. Gata ingin meraih kebebasan finansial. Karenanya sekarang pun ia masih mengerjakan apa yang ia bisa di sela waktu menganggur yang padat.
Jadwal hari ini adalah menemui seseorang dari Wedding Organizer. Jelas bukan dirinya yang akan menikah. Ialah Javan, sahabat karibnya sejak pertama kali bekerja di Ibukota. Bisa dikatakan beberapa minggu terakhir Gata menjadi perwakilan keluarga Javan terkait urusan vendor. Mereka bersepakat untuk bertemu di sebuah kafe di Jakarta Pusat.
Pria bertubuh besar berdarah Jawa dari garis ayahnya itu akan menikah dua bulan lagi. Semuanya diurus sendiri mulai dari biaya hingga persiapan teknis di berbagai hal. Karenanya, Gata hadir sebagai 'wara-wiri-man' di tengah kesibukan Javan yang juga masih bekerja di salah satu Start Up.
Ponsel Gata berdering.
"Halo, iya, Kak." Gata menjawab panggilan telepon. "Kebetulan sudah sampai. Di meja sembilan belas. Outdoor, Kak, di belakang."
"Oh, ini." Suara wanita di telepon tiba-tiba sudah ada di dekat Gata.
"Sorry, jadi lama nunggu," ujar wanita itu, mengambil tempat duduk. "Riella," katanya.
"Oh, iya. Gata," sambutnya lalu berjabat tangan.
Riella bergegas duduk kemudian menggulung lengan baju panjangnya, menampakkan jam analog di tangan kanan. Ia menyalakan laptop, menyiapkan pula buku tulis dan membuka tutup bolpoin. Gata melihat sepertinya Riella cukup sulit untuk diajak bicara lebih dulu.
"Aaa–"
"Oke, ini dua rekomendasi terakhir, Mas."
'Tuh, kan, galak!' Gata menggerutu dalam hati, setelah sempat menebak perangainya.
Namun Gata adalah sosok yang dulunya pandai berbaur. Rasanya hanya setahun belakangan ia mulai lelah untuk banyak berbincang. Dengan sedikit 'memanggil' dirinya dari masa lalu, perlahan ia berhasil mencairkan suasana dan membuat pembicaraan dengan Riella tak lagi sedingin antartika.

KAMU SEDANG MEMBACA
Move It
Khoa học viễn tưởngGata adalah pria bujang tiga puluh tahun yang hanya ingin menikmati hidup usai redupnya karir dan percintaan. Namun pertemuan dengan Nara, si perempuan muda yang mengaku bisa sulap, membuatnya kembali harus menjalani gejolak kehidupan yang berbeda. ...