★☆
Driinggg!
Driinggg!
"Hmm..." Gata masih setengah terpejam. Sementara tangan kirinya mulai dengan acak mencari-cari letak ponsel yang berdering, sambil berusaha mengumpulkan nyawa.
'Jangan-jangan kolektor pinjol?!'
'Ah! Tapi 'kan gue nggak pernah ngutang!'
Matanya terbuka perlahan, mengintip, mencari cahaya ponsel guna membantu tangannya yang sedari tadi meraba-raba. Ternyata benda berisik itu tertindih di ujung bantal. Fokus pertamanya ialah pada jam. Sangat jarang sekali ia bangun sepagi itu.
'Javan?'
"Ha–"
"Ta! Ifa hilang!"
"Ap– HAH?!"
Gata akhirnya menaruh perhatian pada kabar itu. Ia beranjak duduk kemudian ikut merespon dalam kepanikan. Padahal baru semalam mereka berkumpul dan menyinggung soal kasus penculikan. Walaupun, ya, belum tentu ini kasus yang sama.
"Gue ke sana."
Gata sudah memanaskan motornya setelah sempat mandi dan hanya meminum kopi kaleng dari kulkas. Sebenarnya malas sekali beraktivitas di senin pagi. Jiwa penganggurannya meronta-ronta. Pasti jalanan akan sangat ramai. Hawa yang cukup sejuk menyelinap ke balik jaketnya.
Beruntung karena sedikit melawan arah dari orang-orang yang ingin berangkat kerja (kebanyakan ke arah Jakarta), jumlah kendaraan pada rute yang diambil Gata tidak terlalu menumpuk. Lebih kurang tiga puluh menit ia sampai di rumah Khaifa, sesuai informasi dari Javan.
Di halaman rumah Khaifa terlihat Ibunya sedang ditemani oleh beberapa tetangga. Ada pula Ayahnya yang sedang sibuk dengan ponsel serta beberapa anggota keluarga lain.
"Eh, Van, temennya?" tanya seorang pria yang ternyata adalah salah satu kakak Khaifa. "Ambilin sarapan dulu di sebelah, tuh," lanjutnya, sambil menunjuk rumah tetangga yang berjualan nasi uduk.
"Ah, iya. Makasih, Bang," ucap Gata.
Javan berdiri. "Tunggu sini, gue ambilin."
"Mudahan nggak kenapa-kenapa, ya," kakak Khaifa bergumam. "Mana tinggal hitungan hari."
Gata ingin sekali membantu sahabat sekaligus 'klien'-nya itu. Karena tidak begitu tahu soal lingkungan Khaifa, yang terpikir olehnya kala itu hanya ada satu nama.
Dita.
Ia mengeluarkan ponsel, membuka Whatsapp dan mengecek satu-satunya percakapan yang telah diarsip. Agak ragu untuk meng-klik, hingga membuatnya mematung sesaat.
"Nah! Coba tanyain. Kali aja ada info," Javan yang membawa sepiring nasi uduk, ternyata sempat mengintip layar ponsel Gata.
Gata menatap kembali layar ponselnya. Percakapan terakhir delapan bulan lalu dengan masing-masing kalimat yang ketus dan singkat. Gata mungkin sanggup untuk melihat foto-foto Dita yang masih ada di galerinya. Tapi kalau sudah melihat jejak percakapan seperti ini, rasa hatinya masih sering terenyuh.
Namun, akhirnya cepat atau lambat ia harus memberanikan diri untuk menghubungi Dita lagi. Apalagi ini berhubungan dengan masalah kawan mereka!
_______
Maaf. Ada kabar soal Khaifa?
Keluarganya lagi nyariin
Tiba-tiba gak ada di rumah
_______
Begitulah pesan yang Gata tulis, kemudian segera menutup layar ponselnya. Bimbang. Berharap antara ingin direspon atau tidak.
Driiinggg!
Incoming Call.
Anindhita Marsela.
"Uhuek!" Gata tersedak. Ia menghentikan suapan nasi uduknya. Sudah lama sekali ia tidak bicara dengan Dita. Pertemuan di kafe ketika bersama Nara tentu tak masuk hitungan.
"Gue aja," Javan berinisiatif karena melihat temannya itu masih mematung.
"Ho'oh."
Javan akhirnya berbicara dengan Dita. Ia menceritakan kronologi dini hari tadi dan tentunya Dita sangat terkejut. Ia sendiri tidak tahu apa-apa. Khaifa tidak pernah bilang ada masalah atau ide-ide liar terkait menghilang seperti itu. Sejauh ini semua berjalan lancar bahkan Khaifa sangat menantikan hari pernikahannya setelah hampir enam tahun berpacaran.
Javan menghela nafas panjang. Dikembalikannya ponsel Gata dengan wajah kecewa.
◎
"Bareng gue aja," ujar Javan dengan sangat tergesa-gesa. Gata segera memakai helmnya. Terlihat keluarga Khaifa juga sibuk bersiap untuk pergi. Gata dan Javan mendahului dengan motor.
Kasus penculikan Khaifa telah dibuka. Akhirnya pihak kepolisian bergerak untuk mendalami kasus karena adanya kesaksian dari seseorang, bahwa terjadi sesuatu yang tidak beres akan hilangnya Khaifa.
Gata dan Javan tiba lebih dulu di kantor polisi, tempat kasus tersebut dilaporkan. Dan benar saja, perkara penculikan ini telah ditelusuri. Javan dimintai keterangan lebih lanjut sebagai sang calon suami. Ada indikasi kasus ini sepertinya berkaitan dengan kasus penculikan para calon pengantin yang sudah terjadi beberapa kali akhir-akhir ini.
Gata menghisap rokoknya di luar sembari menunggu Javan yang masih memberi keterangan lanjutan. Entah kenapa jauh di lubuk hatinya merasa akan banyak sekali rangkaian peristiwa buruk di masa depan.
Ting!
Pesan Whatsapp
Narata Putri
_______
Aku liat story Kak Gre yang laporin kasus penculikan
Gak mau berpikiran buruk
Tapi
Apa itu Kak Khaifa?
_______
Beberapa chat beruntun dari Nara telah diterima oleh Gata. Ia pun sama kagetnya mengetahui bahwa yang melihat kejadian semalam ternyata adalah Gresha, youtuber tiga juta subrek yang juga memiliki kekuatan aneh.
Baru saja Gata ingin membalas pesan tersebut, sekelebat pandangannya mendapati seorang lagi yang ia kenal. Seorang wanita berwajah tegas dengan cuek melewatinya dari dalam kantor polisi.
Riella?'
◎◎◎
_______
Instagram: azizramliadam
KAMU SEDANG MEMBACA
Move It
Science FictionGata adalah pria bujang tiga puluh tahun yang hanya ingin menikmati hidup usai redupnya karir dan percintaan. Namun pertemuan dengan Nara, si perempuan muda yang mengaku bisa sulap, membuatnya kembali harus menjalani gejolak kehidupan yang berbeda. ...
