Sluurpp!!
Turki menyesap teh panasnya secara mendalam, kemudian mengeluarkan bunyi-bunyian, "Ahh!" khas bapak-bapak.
Gata melakukan hal yang sama nyaris tanpa suara. Begitu pula Nara yang menggenggam gelas dengan kedua tangannya. Zee masih memicingkan mata ke arah seorang wanita yang kini ikut duduk bersama mereka.
Kelima orang ini duduk lesehan di teras rumah sewaan milik Nara dan Zee. Di sebuah komplek perumahan tidak jauh dari kampus. Sang wanita yang baru mereka temui di kantin kampus tadi, duduk di tengah-tengah persis seperti orang yang membuka praktek perdukunan.
Wanita muda berusia dua puluh lima tahun itu ikut meminum tehnya sambil sesekali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Terasa canggung yang mendalam. Tersenyum tipis menampakkan gingsul kanan yang menawan. Rambut medium layer sebahu bak anak tangga, sesekali tertiup angin malam yang menyejukkan.
"Nggak asing, nih," Turki bergumam, kemudian mengecek ponselnya.
"Maaf banget tadi, ya," pinta wanita itu. Ia sadar betul telah mengagetkan Nara dan kawan-kawan. Sampai-sampai ia harus 'disidang' di rumah ini.
"Gapapa, Kak. Kita sama-sama kaget," jawab Nara masih dengan ramah.
"Dia pasti lebih kaget, sih," sahut Gata.
"Hehe, begitulah. Percaya nggak percaya," balasnya lagi, masih dengan canggung.
"Shani Gresha!" Mendadak Turki berteriak. Ponselnya nyaris terlepas dari genggaman. "Gue udah yakin dari pertama lihat!"
"Apaan, sih?" Gata mendongak pada layar ponsel Turki.
"Wah! Tiga juta?!" Zee jauh lebih terkejut.
Wanita itu, Gre, kembali menggaruk kepalanya yang lagi-lagi, tidak gatal. Pantas saja wajahnya cukup tidak asing bagi Turki, mengingat banyak konten legenda serta mitologi kuno yang sering ditontonnya di Youtube belakangan ini.
"Anjir, ngapain youtuber tiga juta subrek ke sini??" Turki sangat penasaran. "Mana aslinya cakep pol!"
"Hehe," Gresha akhirnya memosisikan diri. Karena orang-orang di hadapannya kini sudah tahu siapa dirinya. Tampak sebenarnya Gre sudah sangat terbiasa di depan kamera. Hanya saja mungkin masih perlu waktu untuk percaya diri ketika langsung berhadapan dengan orang-orang baru.
"Gue, 'kan, suka bahas mitologi-mitologi gitu. Sejarah, urban legend, kadang juga misteri-misteri langka yang belum terpecahkan," ujarnya.
"Nah, akhir-akhir ini gue lagi kedistrek banget sama ledakan kafe di Jakpus," lanjutnya.
Zee merespon pelan. "Kenapa?"
"Ada yang aneh," Gresha menjawab dengan yakin.
"Soal apanya, nih?"
"Tahu nggak, ada rekaman cctv sebelum kejadian?"
Mereka berempat baru mendapatkan informasi ini. Ternyata, ada seseorang yang dicurigai namun belum diketahui identitasnya karena termasuk dalam korban jiwa. Kejadian pada rekaman itu begitu cepat. Bahkan seperti terduga pelaku menggunakan semacam ilmu sihir.
"Ada orang, nih, nggak ngapa-ngapain, cuma celingak-celinguk ke arah dapur terus tangannya bisa ngebakar perabotan. Dan tiba-tiba, meledak! Terus ada api yang tiba-tiba muncul padahal bukan dari sumber ledakannya!" Gre perlahan antusias. Tak lupa ia pun menunjukkan rekaman tersebut kepada Nara dan kawan-kawan.
"Nah, akhirnya, gue putuskan untuk menelusuri. Sampai kata tim gue, ada kejanggalan lain soal pengunjung yang selamat."
"Ini api lagi gede, nih," Gresha makin menjadi-jadi dengan menambahkan gestur tangan menyerupai kobaran api. "Kok bisa, tiba-tiba orang-orang di belakang pada lari menyelamatkan diri kayak nggak terjadi apa-apa. Aneh, kan?!"
Nara banyak berkedip pertanda mulai gugup. Merasa bingung jika nanti dirinya yang ditodong pertanyaan.
"Akhirnya tim gue cari tahu, siapa aja pengunjung yang selamat itu. Beberapa gampang ditemui karena ada yang diwawancara juga, 'kan."
"Lalu?" Gata kembali memastikan.
"Di antaranya, ada kalian bertiga," sambung Gre sambil menatap Gata, Nara, dan Zee bergantian.
"Gokil tim-nya! Gue join, dong. Canggih bener!" Turki makin bersemangat.
"Dikira lagi job fair," Gata menimpali.
"Gue nggak pernah se-effort ini, loh. Kalau cuma buat konten, harusnya, sih, gue bisa aja cuma riset dari kamar nunggu tim gue ngabarin. Tapi nggak tahu pas lihat kejanggalan di kafe, gue pengennya terlibat langsung."
"Oke. Jadi tadi, 'kan, udah sempat lihat 'sesuatu', nih. Apa kesimpulan lu?" Gata to the point.
"Ternyata, Telekinesis ada!"
Zee menepuk jidatnya. Nara tampak lemas. Turki melotot antusias.
Gresha kembali menyesap teh-nya dengan semangat. "Sorry, ya, kalo gue jadinya terlalu menggebu-gebu."
"Hehe. Gapapa, sih, Kak." Nara mencoba lebih santai.
"Oke. Jadi karena sudah terlanjur," Gata mulai lebih serius, lalu menunjuk ke arah Gre. "Lu adalah orang ke-empat yang tahu kalo dia bisa telekinesis. Dan teman kita ini, si Narata Putri ini, juga baru-baru aja bisa meyakinkan dirinya atas kemampuan ini. Jadi, tolong kerjasamanya untuk hal-hal seperti ini dirahasiakan, oke?"
Gresha menatap Nara. "Di-podcast-in nggak boleh?"
Zee menatap sinis, Nara bingung mau menjawab apa.
"Hehe. Bercyandya," sambung Gre.
"Hm, tapi serius, ya, Kak. Ini rahasia kita aja. Dan jujur, soal kejadian di kafe juga aku nggak bisa bilang itu karena Telekinesis. Aku sendiri memang berusaha waktu itu. Tapi entah itu karena kemampuanku atau bukan. Aku sudah pasrah banget soalnya." Nara mulai tampak bingung.
"Janji! Gue tiga juta subs, satu koma dua juta followers IG, pasti nggak bakal sembarangan," ujar Gresha bersedekap sambil membusungkan dada. "Lagian ada temen gue siul nggak buka mulut, rahasianya aman sampai sekarang."
"Beda kasus," sahut Gata dengan malas. "Trus barusan lu udah kasih tahu kita."
Tak sadar mereka tertawa berbarengan.
"Kalau tukaran rahasia, mau?" Tiba-tiba ucapan Gre membuat suasana kembali serius.
"Apa, tuh?" Turki mengambil alih.
Gresha mendadak terlihat bingung karena sepertinya dia tidak sengaja bicara. Namun akhirnya ia berpasrah untuk melanjutkan.
"Suka teh panas atau dingin?" Gre bertanya kepada Turki.
"Dingin enak juga, sih."
Gresha mengambil gelas milik Turki yang masih sedikit beruap. Menggoyangkan sedikit gelas tersebut, sambil memusatkan pandangan. Udara malam mendadak terasa semakin menyejukkan. Terlebih rasanya keheningan itu sesaat berpusat pada pusaran teh yang suhunya mulai turun drastis. Seketika bagaikan menghipnotis semua yang memerhatikan.
Seisi gelas pun membeku dengan sempurna!
'Anjir! Orang aneh lagi!'
– – – – – – –
Instagram: azizramliadam
KAMU SEDANG MEMBACA
Move It
Science FictionGata adalah pria bujang tiga puluh tahun yang hanya ingin menikmati hidup usai redupnya karir dan percintaan. Namun pertemuan dengan Nara, si perempuan muda yang mengaku bisa sulap, membuatnya kembali harus menjalani gejolak kehidupan yang berbeda. ...
