Sesampai di parkiran belakang sekolah Hersa yang langsung turun dari motor Jendral tanpa mengucapkan kata apapun.
" Minimal makasih " Jendral yang memotong jalan Hersa.
" Jika terpaksa untuk apa? " Hersa tau setelah ini Jendral akan berhenti dari langkah nya.
Selain Jendral memberhenti kan langkah nya dia juga berputar balik menghampiri Hersa dengan kedua tangan yang sudah terkepal di bawah.
Tak usah khawatir, Jendral tak akan melukai tubuh Hersa karna bagaimana pun yang di pikiran Jendral Hersa adalah adik nya. Jendral punya emosi yang lebih tinggi dari Mahersa namun percayalah Jendral tidak akan melukai siapapun terkecuali orang tersebut mengambil sesuatu yang seharus nya menjadi milik nya.
" Hersa.. Kau tau bukan jika seorang pembu- " Jendral tak melanjutkan kalimat yang sebenar nya ingin sekali dia lontar kan pada Hersa
Karna di sisi lain Jendral tak mau jika hati adik nya terluka walupun menurut nya Hersa pantas mendapat kan itu, bahkan menurut nya ini belum apa' dengan perbuatan fatal Hersa pada bunda mereka.
" Lo mau ngomong apa, ngomong aja " Hersa sudah tau apa yang sebenar nya akan keluar dari mulut Jendral.
Namun bukan nya Jendral menjawab pertanyaan Hersa malah Jendral putar balik untuk menuju ke dalam sekolah. Tapi apa, lagi' Hersa membuat langkah Jendral berhenti.
" Apa kau akan mengatakan bahwa aku lah yang membunuh Bunda?, tak usah berpura' aku membenci kebohongan " Hersa menunduk dan tak kuasa menahan air mata nya lagi.
Deg!
Jendral tak memutarkan tubuh nya dia hanya membelakangi Hersa dan mengatakan sebuah kalimat yang membuat Hersa menahan sesak di dada nya.
" Tapi kau sendiri juga yang pernah mengatakan, kebohongan lah yang membuat semua indah dan tak terlihatnya kebenaran yang menyakitkan " Jendral yang melanjutkan langkah nya kembali.
" Walupun hanya sementara " sambung Jendral yang cukup terdengar di telinga Hersa.
Sosok Jendral sudah tak terlihat lagi di depan Hersa kini lutut Hersa terjatuh di aspal parkiran belakang sekolah, tak hanya lutut tapi air mata Hersa juga ikut jatuh. Rasa nya perih, menyakit kan, sekaligus menjiji kan dengan fitnah yang tak jelas ini.
" Bunda.. Hati Hersa terluka " ucap Hersa yang kini masih memegang dada nya.
Jam istirahat tiba semua siswa bermain di dalam kelas mereka tertawa kencang, mendengar kan hal random yang keluar dari mulut Waidan salah satu temen kelas Hersa yang selalu saja melakukan hal' yang tak masuk akal seperti berbicara pada pohon yang ada di taman sekolah.
Jika di tanya apa yang di bicarakan Waidan sampai' semua tertawa... Yang Hersa dengar kurang lebih.
" weh mau bengi aku delok Alien, tenan rak ngapusi aku " begini saja sudah pada trtawa apalagi jika sudah di jawab oleh Caryo si ketua kelas yang selalu membuat Waidan kesal karan tidak pernah mempercayai omongan Waidan.
Sebenar nya Caryo tidak salah tapi alangkah baik nya cukup percayai saja omongan Waidan, karna Waidan itu seperti anak TK yang kesasar di kelas XI SMA
" Halah ndebuss, neng ndonyo iki rak ono seng jenenge Alien " jawab Caryo yang membuat Waidan kesal.
Dulu Hersa juga sering ikut bergabung bersama mereka namun setelah kematian bunda nya dia merasa sulit untuk tertawa kembali. Teman' Hersa juga menyadari perubahan sikap yang ada pada Hersa tapi apa yang bisa mereka buat?
Yang ada selama istirahat biasa nya Hersa akan menghabiskan waktu di raftop sekolah sambil mendengar kan musik dan menunggu bel masuk berbunyi.
Sepulang sekolah seperti biasa Hersa akan menghabiskan waktu di pantai untuk melihat senja walupun dia tau apa akibat nya jika dia pulang telat lagi, tapi sudahlah ini sudah menjadi makan malam sehari' untuk Hersa.
Kini Hersa duduk di pasiran pantai dengan angin sejuk yang meniup' wajah Hersa dan membuat rambut Hersa terbawa angin. Jujur Hersa terlihat sangat tampan jika sudah begini.
Tiba' saja ada seseorang yang menepuk pelan pundak Hersa dari arah belakang, yang membuat Hersa menoleh ke arah belakang, dan kini dia duduk di samping Hersa.
Gadis cantik dengan wangi parfum yang mahal, rambut panjang yang di gerai, bulu mata lentik, mata yang indah begitu juga dengan bibir indah nya.
___________________________
Waidan Putra Handoko
// Teman kelas Hersa yang selalu saja membahas hal di luar logika begitpun dengan kelakuan nya //Caryo Umar Prabowo
// Ada waktu nya sendiri untuk menjadi Ketua kelas yang tegas karna jam istirahat itu adalah waktu nya untuk membuat Waidan kesal //_____________________________________
Udah gaes ini author rasa nya udah pengen nyerah aja tapi author bakal usaha terus walupun cerita ini pasti membosan kan menurut kalian.
Yang penting kalian jangan melupakan untuk vote dan komen ya, agar author lebih semangat lagi.
Makasih~~ ❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Should You Give Up?
Fantasy" Mati Karna Minum obat, atau Mati karna kurang tidur aku hanya punya dua pilihan itu "