" Hersa Pulang " lirih HersaHersa yang baru saja masuk ke dalam rumah dan hendak menutup pintu ternyata sudah ada Jordan yang duduk di sofa ruang tamu sambil memegang koran yang Jordan baca.
Jantung Hersa berdetak dengan kencang karna ini sudah larut malam, Hersa pulang lebih malam dari biasa nya dia kira ayah sudah tertidur namun ternyata.. Sudahlah Hersa bingung harus apa.
Hersa yang melanjutkan langkah nya untuk masuk ke kamar tanpa menyapa Jordan ataupun menanyakan sesuatu pada nya. Namun apakah Hersa lolos?, ku rasa kalian sudah tau apa yang terjadi bukan, ya ayah memberhentikan langkah Hersa.
" Dari mana aja kamu? " tanya ayah yang masih memegang koran yang ia baca.
Ayah sama sekali tak menoleh ke arah Hersa mata nya tetap tertuju pada koran yang dia baca.
Langkah Hersa berhenti namun dia belum menjawab pertanyaan sang ayah, kini jantung nya merasa berdetak dengan kencang rasanya seperti mau copot.
" Ku tanya sekali lagi, dari mana saja kau jam segini baru pulang seperti anak liar saja " kini mata ayah melirik tajam ke arah Hersa.
" Hem.. a-anu a-aku ba-baru saja pulang dari kerja kelompok " bohong Hersa pada ayah, sebenar nya Hersa benci dengan kebohongan tapi mau bagaimana lagi hanya kebohongan lah yang bisa menyelamatkan diri nya saat ini, ya walupun hanya sementara.
" A-ayah percaya sama Hersa kan? " sambung Hersa sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
Jordan tersenyum meledek karna tingkah anak bungsu nya itu, dia kira ayah nya bodoh, apakah kali ini kebohongan tidak bisa menyelamatkan Hersa.
Jordan berdiri mendekat ke arah di mana Hersa berdiri, Jordan menghelus lembut kepala Hersa sambil tersenyum, Hersa sendiri saja merasa aneh dengan tingkah sang ayah.
" Tenang lah.. " Ucap Jordan yang masih menghelus pelan kepala Hersa.
Kini Hersa berusaha menenangkan diri dan nafas nya sudah mulai teratur, jantung nya sudah berdetak dengan normal kini Hersa yakin malam ini dia akan mendapatkan kan ketenangan.
" Sudah tenang? " tanya lembut Jordan
Hersa hanya mengangguk, ayah berputar membelakangi Hersa dan melangkah maju namun tiba' saja ayah memberhentikan langkah nya yang belum jauh mungkin masih ada jarak 5 jengkal jari dari tubuh Hersa. Tiba' saja.
BUGH!!
Kini Hersa tersungkur di lantai, Hersa kaget benar' kaget perut nya sakit karna pukulan dari ayah, harapan Hersa untuk tenang malam ini hilang.
" Itu pukulan pertama karna kau pulang telat " ucap ayah dengan mengongkong di depan Hersa sambil menepuk pelan pipi Hersa.
Ayah Berdiri lalu..
BUGHH!!
Satu pukulan mendarat lagi di pipi Hersa.
" Itu pukulan kedua karna kau berani membohongi ayah " sambung Jordan.
Hersa yang berusaha berdiri sendiri kini malah di tarik paksa oleh Jordan ke arah kamar mandi, Hersa di hajar habis'san, Hersa merasakan rasa sakit yang luar biasa.
" KEMARILAH!!! " bentak Jordan
Hersa sudah berusaha keras untuk menepis tangan ayah tapi apa, yang ada dia semakin di seret jadi'. Hersa yang di lelapkan ke dalam bak mandi dengan kasar.
" A-ayah am-mpun " Ucap Hersa yang memohon pada ayah untuk melepaskan nya.
Hersa sudah hampir kehabisan nafas jika ayah bolak balik mencelupkan kepala nya ke dalam bak mandi.
" ASAL KAU TAU, AKU MALU PUNYA ANAK BODOH SEPERTI MU "
" APA KAU TAK LIHAT SEBERAPA BERPRESTASI NYA KEDUA ABANG MU, KAPAN KAU BISA SEPERTI ITU, KAPAN KAU BISA MEMBANGGAKAN KU?!! "
Rahang Jordan semakin mengeras kini dia jatuhkan Hersa ke lantai kamar mandi dengan menendang tubuh Hersa, Hersa yang hanya bisa melindungi diri nya meringkuk menggunakan kedua tangan nya.
" Dengarkan brengsek kau telah membunuh istri ku, kau juga yang telah mempermalukan keluarga ku dengan IQ mu yang sangat rendah " Ucap ayang sambil mengarahkan jari telunjuk nya ke muka Hersa.
Hersa menangis sampai dada nya sakit, setelah mendengar kalimat bahwa dia lah yang membunuh bunda.
" Bukan Hersa yang bunuh bunda yah " Hersa hanya bisa membatin
" Jangan kan kedua abang mu, dengan seorang Wahyu Aditio Handoko saja kamu kalah jauh " ucap ayah dengan senyum meledek.
" Ayah tapi Wahyu itu memang sangat pintar, tak ada yang bisa menandingi nya " jawab Hersa.
Setelah itu Jordan mengunci pintu kamar mandi dan meninggal kan Hersa sendiri dengan lampu yang mati.
" hiks.. "
" hiks.. "Wajah Hersa mengeluarkan banyak darah dari pipi, ujung bibir hingga hidung, Hersa sangat' merasa kesakitan dia takut barus di tempat gelap seperti ini. Namun Hersa hanya bisa menangis tersedu' yang Hersa pikirkan sekarang jika bunda masih hidup pasti dia takkan di sini sekarang.
" Hersa salah yah maaf " lirih Hersa sebelum dia tak sadarkan diri.
___________________________________
Hersa Massage For You
" Hersa cuma cape biasa kalian jangan khawatir ya.. "[ Akan adakah momen indah untuk anak dan ayah di cerita ini??! ]
_____________________________________
Gimana nih?, asik gak? Mau di lanjutin gak ya? Tapi seperti biasa author minta kalian jangan lupa vote dan komen
Makasih~~❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Should You Give Up?
Fantasía" Mati Karna Minum obat, atau Mati karna kurang tidur aku hanya punya dua pilihan itu "