Pagi tiba cahaya matahari dari luar kini sudah masuk ke dalam jendela kamar Hersa untuk menghangatkan tubuh Hersa yang masih berbaring di ranjang kasurnya.
Hersa membuka kedua mata nya, dia akan bersiap' untuk berangkat ke sekolah entahlah menurut Hersa pagi ini adalah pagi yang menebalkan dia harus ke sekolah bersama Jendral.
Ya.. Hersa sudah di temukan oleh Mahersa dan Jendral kemarin malam, Hersa di temukan tergeletak tak sadarkan diri di samping air laut dia tergeletak di atas pasir pantai dengan air hujan yang jatuh ke tubuhnya.
Mahersa dan Jendral sudah tau jika Hersa pasti akan pergi ke tempat itu jelas mereka Jendral dan Mahersa langsung menuju ke pantai malam itu juga untuk mencari keberadaan Hersa walaupun cuaca yang tak mendukung.
Dia dibawa menggunakan mobil Mahersa dan motor Hersa di bawa oleh Jendral, sebenarnya Jendral juga gak sudi harus nolongin Hersa malam itu kalo saja bukan karna melihat kekhawatiran Mahersa dia gak akan pergi untuk mencari keberadaan Hersa.
" Cepetan pake sepatunya gue gak mau telat hari ini " ucap Hersa pada Jendral yang melihat ke arah lain.
" Ck " hanya itu respon dari Jendral.
Mahersa kini sudah siap untuk berangkat ke kampusnya, di dalam mobil untuk mengeluarkan mobil kesayangannya dari bagasi.
" Hati' kalian, gue berangkat duluan. Hersa nanti sepulang sekolah lu periksa sendiri jangan manja!! " teriak Mahersa pada Jendral dan Hersa dengan menginjak pelan gas mobilnya.
Hanya anggukan dari Hersa untuk jawaban, entahlah tapi menurutnya menyakit nya juga pasti akan sembuh sendiri kenapa harus di bawa ke dokter, lebay sekali, yaa walaupun di sisi lain perkataan abang sulungnya itu ada benarnya lebih baik di periksa lebih dulu agar tau apa yang terjadi pada tubuhnya akhir' ini.
Belum selesai mencari tau apa penyebab bunda kesayangannya itu mengakhiri hidupnya kini masalahnya harus bertambah.
Di perjalanan Hersa hanya melihat ke arah kanan kiri bingung harus mencari topik pembicaraan apa pada Jendral, tapi.. Lagi pula jika dia bertanya paling jawaban dari Jendral hanya akan membuat hati nya sakit.
" Uhuk, Uhuk "
" Tutup mulut lo waktu batuk bodoh, atau darah yang keluar dari mulut lo bakal ngotorin seragam gue " bentak Jendral yang masih mengendarai motornya.
Hersa jadi teringat tentang foto wanita yang selama ini memperhatikan nya dengan tulus berada di laci lemari Jendral.
" B.. Bang.. " huh banyak keraguan yang ada di Hersa untuk menanyakan soal ini pada Jendral, sangat gugup.
" Aemm.. "
" Gu-e m..ma-mau tanya sesuatu sama lu " masih dengan gugup Hersa mengucapkan itu.
" Lu kalo mau nanya sesuatu cepetan bangsad " sungguh Hersa membuat ulah di pagi ini dengan membuat Jendral kesal.
" Foto yang ad- "
" Udah turun udah sampe gue muak sama basa basi lo, gak jelas " ucap Jendral yang melepaskan helem nya dan sedikit merapikan rambutnya ke arah sepion motor.
Ahh baru saja Hersa ingin menanyakan hal penting pada Jendral kini abangnya malah memotong pembicaraan nya lebih dulu. Hersa langsung turun dari motor abangnya itu berjalan dan dia memberhentikan langkahnya tanpa berbalik ke arah Jendral untuk mengucapkan " Terimakasih " lalu dia melanjutkan langkah nya untuk menuju masuk ke dalam sekolah.
Baru saja Hersa menginjakkan kaki nya di dalam kelas kini Caryo dan Waidan membuat kaget seisi kelas.
" Loh Sa.. hidung mu kok- "
KAMU SEDANG MEMBACA
Should You Give Up?
Fantasy" Mati Karna Minum obat, atau Mati karna kurang tidur aku hanya punya dua pilihan itu "