Part 17

24 3 0
                                    

Dari Abū Ayyub radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah ﷺ berkata, “Tidak halal bagi seorang muslim untuk meng-hajr(memboikot) saudaranya lebih dari tiga malam(yaitu 3 hari). Mereka berdua bertemu namun yang satu berpaling dan yang lainnya juga berpaling."

Nana turun dari kamarnya menuju ruang makan, disana sudah ada ayah dan bundanya, ia berjalan perlahan dan menunduk ketika melihat ke arah bundanya, takut.. Kalo saja bundanya masih marah.

"Awas nanti kesandung.. Ada apanya sih dibawah sampai jalan nunduk2 gitu." Celetuk bunda Rahma. Yumna kaget dan refleks mengangkat kepalanya dan mengarahkan pandangan ke arah bundanya. "Apa bunda udah nggak marah sama Nana?" Gumam Yumna dalam hati dengan masih menatap hari ke arah bundanya. "Sini nak, kita sarapan dulu. " Ayah menggiring Yumna yang masih berdiri terpaku seperti enggan beranjak dari tempatnya, sedang Yumna mengikuti ayahnya untuk duduk.

Merekapun makan dengan khidmat tanpa ada obrolan, seperti yang dianjurkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam yaitu 'bila sedang makan hendaklah diam (tidak berbicara)'. Larangan berbicara saat makan bukan tanpa alasan karena menurut ilmu ilmiah berbicara ketika makan dikhawatirkan saluran yang menuju ke tenggorokan bingung untuk memilih mana yang makanan atau udara, jika makanan masuk ke jalur pernapasan makan akan mengakibatkan penyumbatan dan sesak nafas, bila tidak diatasi dengan cepat maka akan sangat berbahaya.

Setelah mereka selesai makan bunda Rahma memegang tangan Yumna "Na.. Maafin bunda ya.. Bunda marah karena sayang sama Nana, bunda nggak mau kamu kenapa napa." Tutur bunda dengan air mata mengalir menyiratkan kekhawatiran nya. Yumna yang tak tega melihat bundanya menangis segera menghapus air matanya. "Nana juga minta maaf yaa bund, nggak seharusnya bikin bunda khawatir, Nana bersalah sama bunda, tolong maafin nana yaa bund."

Bunda Rahma meraih Nana ke pelukannya, memeluknya dengan penuh kasih sayang. "Bunda udah maafin Nana kok jadi jangan nangis lagi yaa anak manja, nanti mata kamu sembab lho, kamu ada kuliah kan hari ini?" Goda bunda Rahma yang membuat Yumna memanyunkan bibir dan bergelayut manja. "Biarin aja, anak bunda ini walaupun matanya sembab masih tetep cantik kok." Guraunya, yang ditanggapi ayah dan bundanya dengan tawa. "Oh yaa.. Anak bunda ternyata narsis juga ya.." Tawa kebahagian memenuhi ruang makan tersebut. 'Maafin Nana bund, Nana nggak janji bakal lepas cadar, Nana akan terus berusaha agar mendapat ridho dari bunda.'  batin Nana.

🍂🍂🍂

"Dorrrr.." Alula mengagetkan Yumna yang sedari tadi asyik melamun. "Astaghfirullah.. Lula.. Kebiasaan deh, bisa nggak sih biasakan salam dulu, bukan nya malah ngagetin mulu." Ucap nya cemberut. "Uluh uluh ngambek nih yee.. Maaf deh, assalamu'alaikum ukhty cantik." Goda Alula sambil nyengir kuda. "Wa'alaikumussalam." Jawabnya tanpa menggubris ledekan sahabatnya itu. "Oh iya gimana kabar bunda Na, apa masih marah sama kamu?" Tanya Alula penasaran. "Alhamdulillah bunda udah nggak marah sama aku, tapi.. " Ucap Yumna tersenyum tapi kemudian terlihat murung. "Tapi kenapa sih Na, jangan bikin penasaran dong." Tanya Alula tak sabar. "Bunda belum ngizinin aku pakai cadar La." Ucap Yumna lesu "kamu yang sabar ya Na.. Insyaa Allah nanti ada waktunya bunda bakal izinin kamu, kamu jalani aja dulu seperti biasanya, semangat ya.. Udah dong jangan murung gitu nanti tambah jelek kamunya. " Ejeknya.
"Ih.. Lula mau ngehibur apa ngeledek sih nyebelin banget deh." Balas Yumna dengan pura pura cemberut. "Uluh uluh dedek Nana ngambek lagi, kak Lula minta maaf ya, nanti aku traktir es krim deh." Candanya "Nana mau dong es krim nya kak." Yumna menanggapi dengan suara yang dibuat cedal, lalu keduanya tertawa bersamaan.

Setelah bertemu dan berbincang dengan Alula, Yumna bergegas menuju kelasnya, gara gara asyik berbincang dengan sahabatnya itu ia melupakan kelasnya yang sebentar lagi akan dimulai. tanpa menoleh kanan kiri karena terlalu fokus berlari ia tak melihat seseorang didepannya dan 'BRUKKK' Yumna menebrak orang tersebut tapi entah karena apa dirinyalah yang jatuh terpental "innalillahi.. " Ucapnya kaget 'wainnailaihi roji'un' lanjutnya dalam hati. Kemudian sebuah tangan kekar mencoba mengulurkan tangannya untuk memberi bantuan "Kamu nggak apa2 Na?" Masih dalam keterkagetannya Yumna tak menjawab pertanyaan orang tersebut, ketika matanya melirik keatas ia terlihat kaget "ah.. P.. Pak Al saya baik2 aja kok." Yumna bangkit dari tempatnya tanpa menghiraukan uluran tangan Pak Al. "Maaf Pak kita bukan mahram." Yumna kembali berbicara. "Ah i.. Iya, maaf bapak lupa." Pak Al menggaruk tengkuknya karena malu. "Sebelumnya maaf yah pak saya nggak hati2 sampai nggak sengaja nabrak Pak Al." Yumna minta maaf dengan tulus. "Ah gimana kalo kamu traktir bapak minum kopi nanti sebagai permintaan maaf kamu." Pak Al mencoba bernegosiasi, sebenarnya ini hanya akal2 lan Pak Al saja agar lebih dekat dengan Yumna.
Yumna yang sedang buru2 mencoba untuk memikirkannya nanti. "Saya tidak bisa janji, kalau gitu saya pamit pergi dulu Pak, assalamu'alaikum. " Pamit Yumna. "Wa'alaikumussalam." Pak Al memperhatikan Yumna yang  berjalan terburu buru sampai terlihat dia memasuki ruang kelas, kemudian tersenyum dan menggelengkan kepala.
Tanpa mereka sadari, ada pasang mata yang memperhatikan mereka sedari tadi. "Awas kau Yumna, gue bakal buat perhitungan sama lho.."

🍀🍀🍀

Helloooo.. I'm Back.. Semoga suka dengan kelanjutan ceritanya, karena author udah lama banget nggak nulis jadi author nggak yakin kalo ini bakal bagus. Tolong dukung author dan WDBC terus yaa.. Biar terus semangat buat nulis.. Thanks buat kalian yang masih mau baca cerita aku yang masih banyak kekurangannya ini🥺.
Sekali lagi TERIMAKASIH BANYAK🥰❤❤

Wanita Di Balik CadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang