Part 16

926 53 11
                                    


"Ridho Orangtua Ridho Allah juga.. dan Murka Orangtua Murka Allah jua.."

Mereka telah sampai dipelataran rumah Yumna. Raffa dan Zahra turun terlebih dahulu kemudian diikuti Yumna yang sudah mengganti cadarnya dengan masker kain tanpa sepengetahuan orang yg kini sedang didepannya. Gerakan Yumna cepat sehingga mereka tidak menyadarinya. Setelah sampai didepan pintu mereka mengucap salam.

"Assalamu'alaikum.." tak ada sahutan dari dalam. Yumna maju selangkah untuk meraih pintu dan mengetuknya.

"Assalamu'alaikum Bunda.." teriaknya sedikit keras. Raffa dan Zahra heran menatap kearah Yumna, buru2 Yumna menjelaskan agar mereka tidak salah paham.

"Bunda kalau jam segini biasanya lagi didapur." Mengerti apa yg dikatakan Yumna mereka akhirnya mengangguk. Yumna tersenyum canggung. Kriiit.. pintu terbuka menampilkan wajah Bunda Ratna yang tersenyum menjawab salam.

"Wa'alaikumussalam.. eh.. ada nak Zahra sama nak Raffa ayo masuk."
Mereka segera masuk kedalam.

"Bunda buatin minum ya.." tawar Bunda Ratna.

"Emm.. nggak usah repot2 Bund, kita mau langsung pamit." Tolak Zahra sopan.

"Loh.. nggak mampir dulu sebentar." Bujuk Bunda Ratna.

"Insyaa Allah lain waktu ya bund.. soalnya ummah udah pesen langsung pulang kalo udah nganter Nana takutnya kemaleman pulangnya." Lagi2 Zahra menolak. Sebenarnya Zahra masih ingin tinggal tapi karena waktu yang tidak memungkinkan untuk tinggal mereka akhirnya memutuskan untuk pulang dan berkunjung lain waktu.

"Ya sudah kalo gitu hati2 dijalan ya nak.. salam buat ummah sama abah kalian.." Bunda berpesan.

"Insyaa Allah nanti kita sampaikan Bund.. assalamu'alaikum." Salam Zahra dan Raffa bebarengan.

"Wa'alaikumussalam." Yumna yang sedari tadi hanya menyimak mengantarkan mereka ke depan rumah. Setelah mobil mereka beranjak pergi Yumna kembali masuk.

Bunda yang melihat Yumna akan beranjak ke kamar segera menghentikan gerakannya. Membuat Yumna menengok kearah bundanya berada. Dan kata2 bunda berikutnya membuat Yumna merasa sedih.

"Kamu tau nggak Na.. bunda ngerasa gerah liat nak zahra pake cadar.. apa dia nggak risih.. bunda aja yg ngeliat risih.. maaf ya Na bukannya bunda nggak seneng sama nak Zahra tp karena cadar itu yg bikin bunda gimana gitu.." cerocos bunda.. tanpa bundanya sadari Yumna menggenggam gamisnya dengan erat sedari tadi menahan rasa pedih. Mengapa bundanya harus benci dengan cadar.. mengapa bundanya harus melarangnya memakai cadar.. mengapa harus bundanya yg mengatakan itu.. mengapa.. Yumna merasa dadanya sesak.. harus dengan cara apa untuk meyakinkan bundanya bahwa cadar tidaklah seburuk itu.. Yumna merasa tak tahan langsung meluapkan emosinya begitu saja tanpa memikirkan konsekuensinya.

"Bunda ini bicara apa.. Nana kan udah pernah bilang jgn lg mempermasalahkan cadar.. cadar itu sunnah bund.. itu hal yg baik.. tolong bunda mengerti." Ucap Yumna dengan suara lantang.. menahan emosinya dihadapan wanita yg telah melahirkannya.. ini kali pertama Yumna berbicara dg lantang pada bundanya karena biasanya Yumna akan selalu berkata dengan lemah lembut tidak seperti sekarang.. Yumna merasa menjadi anak durhaka sekarang karena tidak bertindak sopan. "Allah.. apa yg sudah ku lakukan.. Hamba telah menyakiti hatinya.. mohon ampunilah Hamba.." air mata menetes ke pipi Yumna.

"Kamu masih saja berdalih seperti itu.. bunda tetep nggk suka.. jgn pernah coba2 kamu memakai cadar tanpa sepengetahuan bunda.. bunda takut kamu kenapa napa gara2 memakai cadar. Kamu liat berita kan? Bagaimana nasibnya mereka yg memakai cadar. Bunda nggk mau itu terjadi sama kamu Na. Pokoknya kalau sampai bunda tau kamu pakai cadar.. bunda bakal kecewa sama Nana." Bunda yg tidak mau berdebat terlalu lama tentang cadar akhirnya menyudahi dan bergegas menuju dapur. Sedang Yumna merasa seperti tertampar petir.. karena perkataan bundanya.. Yumna memang telah diam2 memakai cadar tanpa sepengetahuan bundanya semakin merasa bersalah.. ia takut bundanya akan marah besar bila tau yg sesungguhnya.. kini airmatanya kembali menetes semakin deras..
Melihat bundanya pergi meninggalkan Yumna di Ruang Tamu.. ia bergegas menuju kamar dan menangis dan terus menangis.

🍀🍀🍀

Makan malam dirumah Yumna pun terasa sangat hening.. yg biasanya diselingi canda tawa dari Yumna kini meja makan terasa suram. Bunda Rahma jg diam dari tadi meski Yumna mencoba berbicara pada bundanya untuk meminta maaf tp selalu dihiraukan bundanya. Bundanya dalam mode marah rupanya.. ayahnya yg tau ada sesuatu yg salah pun hanya bisa menyimak. menunggu waktu yg tepat untuk mencari tau apa yg sebenarnya terjadi antar istri dan anaknya tercinta. Makan malam pun selesai dengan keheningan yg canggung.

Yumna memutuskan kembali ke kamarnya untuk istirahat. Hari ini benar2 melelahkan untuknya. Yumna berharap semoga bundanya mau memaafkannya besok. Setelah wudhu Yumna beranjak menaiki ranjangnya dan terlelap begitu saja.
Sedangkan di kamar ayah dan bundanya..

"Bunda ada masalah apa sama Nana?" Tanya ayah mencoba mencari tau.
Bunda hanya diam, dirinya masih marah perihal Nana.. tp dilubuk hatinya ia merasa sedih karena telah mengabaikan anaknya yg disayanginya..

"Bunda nggak mau cerita? Baik.. kalo bunda belum mau cerita nggak masalah. Tp satu pesan ayah kalau ada masalah selesaikanlah dengan bicara cobalah untuk mengerti satu sama lain. Bunda liat nggak tadi wajah Nana. Dia keliatan murung dan nggak ceria seper biasanya. Apa Bunda tega?" Ayah memberi nasihat. Bunda merenungi perkataan suaminya itu. Akhirnya dia mau bersuara.

"Bunda sayang sama Nana Yah.. sayang banget.. makanya Bunda bersikap seperti itu padanya. Tp dia selalu saja melawan nasihat Bunda. Bunda sedih Yah."

"Mungkin bunda hanya belum memahami pemikirannya begitupun sebaliknya sehingga terjadi perdebatan yg kacau.. coba deh bunda pahami dulu apa yg Nana maksudkan. Mungkin dengan begitu bunda akan tau apa yg sebenarnya disampaikan Nana." Ayah memberi penjelasan.

"Besok bicarakan lg sama Nana.. terus.. maafin Nana ya bund.. bunda nggak mau kan Nana masuk neraka karena tak mendapat maaf dari Bundanya.. bermusuhan selama lebih dari tiga hari itu nggak baik." Nasihatnya lagi.

"Nau'dzubillah.. bunda nggak mau Nana celaka.. amit2 deh.. bunda sayang Nana Yah." Ucap bunda akhirnya tak marah lg akibat perkataan ayahnya soal dosa anak yg durhaka. Bundanya tidak bisa membayangkannya.

"Ya udah yuk tidur.. Ayah udah ngantuk."

"Ih.. Ayah ini.." bunda berucap malu2.

🍀🍀🍀

Hai.. apa kabar temen2 setia WDBC??? Semoga kabar baik yg saya dengar.. jaga selalu kesehatan jgn lupa selalu cuci tangan setelah beraktivitas dan pakailah masker bila hendak pergi.. berdo'alah selalu semoga covid-19 cepat usai dan kita bisa beraktivitas kembali. Aamiin..
Terimakasih buat temen2 yg udah setia nunggu cerita ini..😊 maaf jg karena updatenya ngaret.. hehe.. malesnya kumat.. ok jgn ditiru ya..😁..

Ngomong2 agak pendek ya part ini.. tp semoga suka..☺ see you next part..

Wanita Di Balik CadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang