Part 13

2.1K 86 10
                                    

"Yumna kenapa kamu bisa terlambat?". Tanya Pak Al. Duh.. aku harus jawab apa.

"Ah.. emm anu pak.." belum sempat Yumna menjawab, Pak Al sudah memotong perkataannya.

"Yah.. sebaiknya kamu jelaskan nanti diruang bapak setelah kuliah selesai." Tegas Pak Al.

"B-baik Pak." Jawab Yumna tergagap.

Setelah percakapan antara dosen dan mahasiswi itu telah usai mereka pun kembali melakukan kegiatan belajarnya. Tanpa Yumna ketahui Selly sedang memperhatikannya dari tadi dengan mata sinisnya. "Awas aja ya lho Na kalau sampai berani ngaduh ke Pak Al bakal gue habisin lho.." batinnya.
Setelah selesai kuliah Pak Al langsung memanggil Yumna untuk ikut keruangannya, tentunya setelah semua mahasiswa keluar dari kelas.

"Yumna.. sekarang ikut keruangan bapak." Ajak Pak Al.
"B-baik Pak."
"Allah.. apa yg harus aku katakan, apa aku harus jujur atau berbohong, bantulah Hamba-Mu ini Ya Rabb. Bismillah.."
Mereka telah sampai diruangan. Karena hanya ada mereka berdua diruangan itu maka pintunya dibiarkan terbuka agar tidak ada fitnah.

"Bapak langsung saja yah.. sebenarnya apa yang membuat kamu terlambat masuk? Kamu tau kan ini bisa menjadi penghambat untuk beasiswa kamu." Yah Yumna masuk kuliah karena mendapat beasiswa karena dia termasuk siswi berprestasi dan Pak Al tau itu ketika membaca biodata milik Yumna. Yumna mengernyit bingung. Pasalnya.. kenapa Pak Al bisa tau kalau dia salah satu mahasiswa yg mendapat beasiswa di kampusnya.

"Tidak usah bingung begitu bapak udah baca biodata kamu dan yg lain ketika hendak mengajar dikelas kamu."
Kini Yumna mengerti. "Jadi apa yg membuat kamu terlambat masuk tadi?" Tanya Pak Al lagi.
Kini Yumna memutar otaknya untuk berpikir alasan apa yg harus ia katakan untuk membuat Pak Al percaya. Dia bukannya mau menutupi kebenaran tapi karena dia tidak mau masalahnya menjadi tambah rumit. Kalau saja dia berkata jujur ia takut Selly akan dibenci yg lainnya atau bahkan mungkin lebih buruk dari itu. Yumna takut Selly tambah membencinya dia tidak mau itu terjadi. Yumna hanya ingin banyak teman bukan musuh. Bukankah orang yg pemaaf balasannya adalah Syurga Allah..

Anas Ibn Malik menceritakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al-Nasa’i, tentang orang yang disebut-sebut sebagai penghuni surga. Diceritakan oleh Anas, “Suatu hari kami bersama para sahabat yg lain duduk dalam satu majlis bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Di tengah-tengah memberi wejangan beliau berkata, “Sebentar lagi akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni surga”. Tak lama berselang, tiba-tiba muncul seorang lelaki anshar dengan janggut masih basah oleh air wudlu. Ia berjalan dengan tangan kiri menjinjing sandal”.

Keesokan harinya dalam kesempatan yg sama, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam kembali berkata begitu, “Akan datang seorang lelaki penghuni surga”. Tak lama kemudian lelaki itu kembali muncul. Dalam kesempatan yg lain, untuk ketiga kalinya Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wa sallam mengatakan hal yang sama. Demi menghapus rasa penasaran, sahabat Abdullah Ibn Amr Ibn Al-Ash mencoba membuntuti lelaki anshar yang disebut-sebut Rasulullah sebagai penghuni surga. Abdullah Ibnu Amr berhenti sejenak sambil berpikir mencari alasan yang tepat untuk dapat menyelidiki orang itu. Setelah menemukan alasan yang tepat, ia menghentikan langkah lelaki itu dan berkata, “Wahai kawan, dapatkah kamu memberi pertolongan? aku bertengkar dengan ayahku dan berjanji tidak akan menemuinya selama tiga hari. Maukah kamu memberi tumpangan selama tiga hari itu?”, pinta Abdullah Ibn Amr. Setelah diperbolehkan, Abdullah Ibn Amr mengikuti lelaki itu menuju rumahnya dan bermalam di rumah itu selama 3 hari.
Tujuan Abdullah Ibn Amr bermalam tidak lain agar ia dapat melihat apa gerangan ibadah yang dilakukan orang itu hingga Rasulullah menyebutnya sebagai penghuni surga. Sampai dengan malam ketiga, Abdullah Ibnu Amr tak melihat sesuatu yang istimewa dari lelaki itu dalam ibadahnya, sampai ia hampir saja meremehkan amalan ibadah lelaki itu. Akhirnya Abdullah Ibn Amr berterus terang kepadanya, “Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak sedang bertengkar dengan ayahku dan juga tidak sedang bermusuhan. Aku hanya ingin membuktikan apa yang telah dikatakan Rasulullah tentang dirimu. Beliau katakan dalam sebuah majlis sampai 3 kali, “Akan datang seorang di antara kalian lelaki sebagai penghuni surga”. Aku ingin tau apa amalan yang membuatmu demikian dan aku ingin menirukan agar bisa mencapai kedudukan seperti dirimu”.
Orang itu berkata, “Yang aku amalkan setiap hari tak lebih dari apa yang kau saksikan”.
Saat Abdullah Ibn Amr hendak berpamitan pulang, orang itu kembali berkata, “Demi Allah, amalku tidak lebih dari yang kau lihat, hanya saja aku tak pernah menyimpan niat buruk terhadap sesama muslim (juga yg lain). Aku juga tak pernah ada rasa dengki kepada mereka yang mendapat anugerah dan kebaikan dari Allah”. Mendengar pernyataan itu, Abdullah Ibn Amr membalas, “Begitu bersihnya hatimu dari prasangka buruk dan perasaan dengki kepada orang lain. Inilah nampaknya yang membuatmu berada di tempat yang mulia itu. Sesuatu yang tak dapat aku lakukan”.
Hati yang bersih dari prasangka buruk dan perasaan dengki kepada sesama hamba Allah, terlihat sederhana. Tapi justru itulah yang sebenarnya paling sulit dilakukan. Barangkali kita mampu Qiyamullail, sujud, rukuk di hadapanNya, tapi amat sulit menghilangkan kedengkian kepada orang lain yang timbul dari apa yang Allah anugerahkan sesuatu kepada orang lain dan kita tak mendapatkannya. ”Inilah justru yang tidak dapat kita lakukan”, demikian kata Abdullah Ibn Amr Ibn Al-Ash.

Wanita Di Balik CadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang