Gayatri sendiri.
Sendiri berada di dalam gedung tua yang entah sudah berapa tahun tidak terpakai.
Gedung kumuh, menyeramkan sejauh mata memandang.
Gedung yang sudah seharusnya di hancurkan sejak belasan tahun lalu, gedung yang Gayatri jaga mati-matian atas nama dirinya.
Lima belas lantai pertama gedung tersebut sudah mati dan tidak ada kehidupan.
Sepuluh lantai ke atasnya, biarkan Gayatri dan hidupnya yang menjelaskan.
Tepat di tengah-tengah gedung berlantai dua puluh lima tersebut, tepatnya lantai tiga belas. Ada sebuah gudang persembunyian yang tidak pernah di ketahui siapapun, kecuali para antek-anteknya.
Sebuah ruang gelap, kumuh, tak terpakai. Tersimpan rapih bukti-bukti kotor para penguasa.
Di balik tembok yang tebalnya tak terkira, terpasang sandi rahasia untuk membukanya.
Dan hanya Gayatri Gauspuspita yang mengetahuinya.
Orang-orang yang merasa terancam dengan keberadaan bukti yang ia simpan, sedang berlomba-lomba memperkukuh kuasanya di luar sana.
Sekali mereka maju, sejengkal mereka bertindak habis sudah riwayat para pecundang itu.
Gayatri tak akan tinggal diam, jika mereka sampai membuka alasan mengapa ia yang memiliki semua bukti tersebut.
Nyawa di balas dengan nyawa, kehancuran di balas dengan kehancuran pula. Gayatri siap akan itu semua.
"Pip pip pip pip"
Suara tekanan pada tombol sandi berhasil menandakan terbukanya pintu besar di hadapan Gayatri.
Ruang yang ternyata begitu luas, berisikan rak-rak buku kuno yang langka. Terdapat dua rak kematian di ujung sana, rak yang menyimpan kedamaian negeri.
"Berani bergerak sejengkal, ku pasti kamu hancur hingga akar." Gumam Gayatri pelan, penuh senyum kelicikan. Penuh dendam kesumat yang membara.
Seperti biasa, jari-jemarinya dilapisi sarung tangan sebelum membuka rak tersebut. Agar tidak ada sidik jari berunjuk jejak yang mengarah pada dirinya.
Tidak boleh ada yang menemukan jejaknya.
"Kalau aku yang harus mati, maka kamu juga akan ikut dengan ku. Kita sama-sama tidak ada yang selamat. Bertemu di neraka bersama." Ucapannya kembali penuh penekan sembari memutar pulpen runcingnya.
Gayatri sadar suaranya saat ini terhubung dengan seseorang di luar sana. Ia tau, bahwa suaranya terekam dengan jelas. Tidak, tidak. Bukan suaranya, lebih tepatnya adalah suara samarannya.
Anak buahnya sudah mengurus itu semua, jejak dirinya akan tetap terjaga dengan rapi.
Walaupun lawan sebenarnya tau siapa dirinya, tapi bukti tidak ada yang ia tinggalkan. Sejauh ini, seharusnya ia masih bersih.
Data yang ia simpan, bisa saja menjadi ajang serangan balik lawan jika sampai mereka yang mendapatkannya.
Gayatri tidak bermaksud jahat, ia hanya tidak ingin baik kepada para iblis.
Mereka akan menghapusnya, memusnahkannya, lalu kasus-kasus tersebut berakhir tanpa keadilan.
Gayatri tidak akan biarkan hal tersebut terjadi, tidak. Walaupun ia tidak bisa jamin akan membuka kasus tersebut dalam waktu dekat. Tapi yang pasti, suatu hari nanti kasus itu akan terbuka dengan sendirinya. Dan sudah pasti ia dalangnya.
Sadewa.
Pulang.
Baiklah sudah waktunya ia kembali, huh kembali menjadi ibu rumah tangga baik hati. Perempuan impian semua kalangan. Memasang topengnya tebal-tebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gayatri Gauspuspita
RandomHidup Gayatri sangat sempurna. Segala hal yang ia mau akan ia dapatkan dengan selalu. Menjadi wanita impian segala usia kemudian tokoh menginspirasi bagi masyarakat luas, serta bagian dari kalangan keluarga terhormat nusantara. Bagaikan seorang ratu...