10: Semua tentang Gayatri

659 54 7
                                    

Suasana rumah mewah yang seharusnya begitu terasa nyaman hingga saat ini masih terasa sangat memanas.

Perdebatan yang biasanya mengisi ruang makan, kini justru hanya menyisakan dentingan sendok dan garpu yang seolah-olah saling bersahutan.

Seharusnya, sewajarnya hari ini adalah waktu yang sangat membahagiakan disertai canda tawa penuh ceria dari wajah keluarga kecil Sadewa. Seharusnya, sayangnya hal tersebut hanyalah sebuah harapan semu.

Gayatri masih menyimpan sakit hati yang teramat akibat ucapan yang terlontar sangat mulus dari mulut suaminya "Kamu hanya boneka Gusman, kamu hanya boneka bapakmu. Kamu tidak bisa apa-apa." Sadewa tidak tau, perlu berapa belas tahun Gayatri meyakinkan dirinya bahwa dia bukanlah bayangan bapaknya.

Gayatri lemah, selama ini dia hanya pura-pura kuat saja. Nyatanya, Gayatri benar-benar lemah. Dia tidak bisa apapun.

"Arthur mau ibu yang antar sekolah hari ini?" Tanya Gayatri dengan sangat halus pada putranya, padahal suaranya saja sudah sangat serak.

Arthur tidak menjawab. Arthur masih marah, dia masih kecewa. Orang tuanya, bahkan ibu melupakan hari lahirnya. Arthur merasa tidak berharga.

Menatap kedua orangtuanya yang masih bersitegang. Arthur hanya menghela napas kasar lalu meraih tas sekolahnya, pergi tanpa pamit pada keduanya.

Gayatri tau, Gayatri tau dia salah. Melupakan janjinya untuk merayakan dan menjadi orang pertamanya yang mengucapkan selama ulang tahun pada putranya, Gayatri salah melewatkan itu semua.

Gayatri tidak mungkin lupa hari dimana dia berjuang dengan rasa sakit untuk melahirkan putranya kedunia ini, sekali pun Gayatri tidak pernah melupakan tanggal ini.

"Arthur." Panggil Gayatri pada putranya.

Semarah apapun Arthur dia akan berhenti jika ibunya memanggil dan menyebut namanya. Arthur hanya tidak menjawab, dia hanya berhenti untuk mendengarkan ucapan ibunya.

Gayatri bangkit dari kursi makannya, lalu menghampiri Arthur di ujung ruang makan. Memeluk putranya dengan erat, seakan hari esok sudah tak ada lagi untuknya. "Selamat ulangtahun kesayangannya ibu. Selamat bertambah umur, sayangku." Ucapnya sembari mendekap Arthur dengan erat. Air mata jatuh dan menunjukkan seberapa lemahnya Gayatri saat ini.

Sadewa melihat semua hal dihadapannya dengan sangat baik. Netranya memandang semua yang terjadi, dan hatinya terasa sangat sakit tanpa ia sadari.

"Terimakasih ibu." Balas Arthur sebelum melepaskan pelukan sang ibu dan berjalan menjauh menuju halaman depan rumahnya. Bahkan Arthur sudah sesakit itu.

Gayatri terdiam, dia tak bergerak begitu lama seolah memproses apa hal yang baru saja terjadi. Selama ini semarah apapun putranya, dia tidak akan berani melepaskan pelukan sang ibu. Namun, Gayatri harus menerima kenyataan yang membuatnya merasa gagal menjadi seorang ibu, dan semua hal tersebut lagi-lagi karena Sadewa.

"Aku mau kita bicara." Suara tegas terdengar dari arah meja makan, Gayatri benci suara itu.

Tak menjawab sang suami, Gayatri hanya diam ditempatnya, dengan posisi membelakangi Sadewa. Tak ada niat menanggapi sampai semua tersebut kembali terdengar.

"Aku mau kita selesaikan semuanya, tanpa tersisa." Ucap Sadewa.

Gayatri menghapus air matanya dengan kasar lalu berbalik menatap Sadewa dari posisinya "Jika begitu, rumah tangga ini yang selesai." Balas Gayatri dengan datar.

Entah, sudah selelah apa batin Gayatri menyimpan segalanya sendiri. Membusuk dalam hatinya, hingga bangkai tersebut berhasil menciptakan banyak racun dalam tubuhnya.

Gayatri GauspuspitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang