❝𝐄𝐧𝐭𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐩𝐚 𝐫𝐚𝐬𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐤𝐮 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬 𝐛𝐞𝐫𝐮𝐫𝐮𝐬𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚.❞
ᴀʟᴠɪɴ ᴀᴋsᴀʀᴀ ᴘʀᴀᴛᴀᴍᴀ
⇝🅗🅐🅟🅟🅨 🅡🅔🅐🅓🅘🅝🅖 ✈
"Lo kemarin malem abis kenapa Vin? Sampe kesakitan gitu." Tanya Raga setelah beberapa detik tidak mendapat jawaban.
"Iya. Si Naura juga kenapa nangis? Lo apain dia?" Tambah Larkin sembari menyeruput teh kemasan yang di belinya saat sampai di sekolah.
"Shutt. Jangan banyak tanya dulu. Si Alvin kan baru mendingan." Larang Arka setelah mendengar pertanyaan temannya. Ia juga sebenarnya menunggu jawaban dari Alvin, tapi disisi lain, ia juga merasa kasihan dengan kondisi Alvin.
Saat Arka dan Kenzo mengantar Alvin pulang, mereka segera di perintah oleh Alvin untuk segera pulang. Dia akan segera istirahat setelah membersihkan badannya.
"Widihh. Cerita apa nih, seru amat." Tanya Arya yang baru saja keluar dari kelas untuk menaruh tasnya.
"Ini si Alvin kemarin ngeluh sakit kepalanya. Abis itu si Naura juga keliatan abis nangis. Makanya kita lagi introgasi dia." Jawab Kenzo setelah mendengar pertanyaan Arya. Dirinya yang mendengar itu segera duduk di samping Kenzo.
"Introgasi introgasi palak lo. Emang gue kek abis ngapain aja." Cetus Alvin yang tidak terima dengan kalimat Kenzo.
"Lah buktinya tu cewek kek abis nangis. Makanya kita curiga ama lo." Timpal Raga yang di setujui oleh Larkin, Arka dan Kenzo.
"Bentar-bentar, gue ga maksud. Lo ama Naura ketemu dimana emang? Dan kenapa lo bisa di sana bareng-bareng?" Bingung Arya setelah mendengar perbincangan mereka berlima.
"Ceritanya panjang Arya." Jawab Alvin singkat membuat Arya menghembuskan napasnya kasar.
"Yaudah kalo cerita lo ama Naura ketemu itu panjang. Tapi, gue mau tanya. Kenapa tiba-tiba kepala lo sakit? Abis kebentur atau apa?" Tanya Arya sekali lagi. Ia berharap akan di jawab oleh Alvin. Jika tidak dijawab pun ia akan tetap memaksanya.
"Eh Ar omongan lo tu kek cewek tau ga." Sewot Raga setelah mendengar kalimat Arya.
"Sewot dah lo. Jugaan gue ga ngomong ama lo kok." Cetus Arya membuat Raga reflek mengambil kemasan Teh Larkin yang sudah habis.
"Anjir lo Ar." Timpal Raga sembari melempar kemasan itu kearah Arya. Namun dengan gesit dirinya segera mengelak dari timpukan kemasan itu.
"Bacot. Cepet Vin, jawab pertanyaan gue. Gue kepo soalnya. Takut temen gue ini kenapa-napa." Bujuk Arya yang sejak tadi tidak mendapat respon dari Alvin.
"Kek lo aja yang khawatir." Gumam Raga yang bisa di dengar oleh Arya membuat dirinya ingin membalas kalimatnya.
"Gue ga tau." Suara Alvin tiba-tiba mengurungkan niatnya.
"Kayak sebuah video singkat yang tiba-tiba keputar di pikiran gue. Dan anehnya, video itu kek cuplikan tentang kehidupan gue sendiri yang ga pernah gue alami seinget gue." Tambah Alvin sembari menatap sepatunya.
Mendengar itu mereka berlima terdiam. Menatap satu sama lain sembari berkomunikasi lewat tatapan. Sesekali mereka menatap Alvin yang masih melihat sepatunya dengan tatapan kasihan.
Setelah beberapa kali mereka berkomunikasi lewat mata, Larkin yang duduk di sebelah kanan Alvin menghembuskan napasnya. "Vin. Sebenernya lo tuh-"
"Apa?! Lo pacaran ama Rio?! Sejak kapan Na?!" Seruan cewek itu menghentikan kalimat Larkin. Suara tersebut sontak mengalihkan perhatian mereka berenam.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐕𝐈𝐍 || 𝓚𝓲𝓼𝓪𝓱 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓽𝓪𝓴 𝓼𝓮𝓷𝓰𝓪𝓳𝓪 𝓽𝓮𝓻𝓵𝓾𝓹𝓪𝓴𝓪𝓷
Ficção AdolescenteSetelah sembuh dari kecelakaan yang dialaminya, Alvin Aksara Pratama segera pulang ke tanah air pasca di rawat di rumah sakit ternama di Australia. Dirinya tidak ingat kronologi kecelakaan yang membuatnya harus di rawat di negara asing tersebut. Sa...