Happy Reading
¡^_^¡
“Nah tu mereka udah nyampe.” Suara Arya seketika membuyarkan fokus Tia yang telah menempelkan ponsel di telinganya untuk menghubungi Naura.
“Ga usah rem dadakan sih! Kebiasaan bang—”
“Woi cepetan lah gausah ribut. Udah lama malah bikin drama lagi.” Suara Arya seketika memotong kalimat Naura yang ingin memarahi Alvin akibat mengerem motornya secara dadakan.
“Dia yang mulai duluan!” Tunjuk Alvin dan Naura bersamaan.
“Dari pada ribut, mending kita liat belanjaan kalian.” Ucap Tia yang telah menghampiri mereka bertiga sembari menyerobot kantung plastik yang sejak tadi berada pada genggaman Naura.
“Buset! Banyak bener. Ini siapa yang bayar?” Seru Tia sembari melayangkan pertanyaan kepada mereka berdua.
Alvin yang mendengar itu menghembuskan nafasnya panjang untuk mengendalikan kembali emosi yang terus di pancing oleh Naura sebelum menjawab kebingungan Tia. “Gue yang bayar.”
“Serius?” Ucap Tia dengan kedua matanya yang membesar. “T-tapi ini banyak banget. Nanti kita ganti—”
“Udah gausah. Kayak sama siapa aja.” Tolak Alvin lembut. Ia tidak mau membuat Tia semakin merasa tidak enak kepadanya.
“Tapi—”
“Buru masuk biar cepet selesai tugasnya.” Potong Alvin sembari menuruni motornya. Ia mendekati Tia lalu memegang kedua bahunya untuk berbalik badan agar Tia mau menuruti perkataannya.
Naura yang melihat perlakuan Alvin kepada Tia seketika terdiam. Ada sesuatu yang memporak porandakan pikirannya.
“Ayo masuk.” Ajak Arya yang melihat Naura terdiam melihat kedua bahu tersebut memasuki ruangan. Naura yang mendengar itu seketika memberi anggukan sebelum akhirnya membuntuti mereka berdua.
Alvin yang sudah duduk tersebut lantas mengeluarkan laptopnya tidak lupa juga flashdisk dari dalam ranselnya.
“Udah cari materinya?” Tanya Alvin seraya menghidupkan laptop yang sudah ia cas di rumah.
Arya dan Tia yang mendengar itu mengangguk. “Kita udah cari poin-poin yang bakal di presentasiin jadi kita tinggal edit aja.” Ujar Tia yang di beri anggukan kembali oleh Arya.
Alvin yang mendengar itu menggangguk pelan sembari mengotak-atik laptopnya sebentar. Setelah di perhatikan, Alvin mengerutkan kedua alisnya setelah melihat isi laptopnya.
‘Kayaknya ada yang aneh dari laptop gue.’ Gumam Alvin setelah mengecek seluruh data dari laptopnya. Akan tetapi pertanyaan tersebut ia abaikan sementara lalu menjauhkan tubuhnya dari laptopnya tersebut.
Alvin kini berdiri menjauhi laptopnya. Ia mendekati meja yang di penuhi oleh cemilan dan minuman yang baru saja ia beli bersama Naura. “Siapa yang bisa ngedit? Gue hanya menyiapkan media aja, tapi kalo soal editing gue lepas tangan.” Ucapnya sembari mengambil susu stoberi yang ia inginkan sejak tadi.
Tia yang nendengarkan itu seketika menjentikkan jarinya. “Lo tenang aja Vin. Naura selain pinter soal sastra dia juga pinter soal editing kek gini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐕𝐈𝐍 || 𝓚𝓲𝓼𝓪𝓱 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓽𝓪𝓴 𝓼𝓮𝓷𝓰𝓪𝓳𝓪 𝓽𝓮𝓻𝓵𝓾𝓹𝓪𝓴𝓪𝓷
أدب المراهقينSetelah sembuh dari kecelakaan yang dialaminya, Alvin Aksara Pratama segera pulang ke tanah air pasca di rawat di rumah sakit ternama di Australia. Dirinya tidak ingat kronologi kecelakaan yang membuatnya harus di rawat di negara asing tersebut. Sa...