Sora meneguk ludahnya kasar, melirik kesana kemari dengan cepat. Bagus, semua tokoh kecuali antagonis pria muncul disini...
TAPI KENAPA IA BERADA DITENGAH-TENGAH BEGINI?
Sumpah, waktu Sora bilang kalau ia menyukai keributan dan berniat nonton drama tapi maksudnya tuh bukan begini. Ia ingin menonton dari jauh, bukan ditengah-tengah mereka langsung.
Anne langsung merubah raut wajahnya menjadi sinis dan dingin pada Reina. "Ngapain lo disini? Mau ngacau apa lagi lo?" Tanya nya tak ramah.
Reina yang mendengar itu menunduk, memilin tangannya takut. "Aku... Aku cuma mau duduk disini. Apa gak boleh?" Lirihnya menyedihkan.
Sora yang masih berada di pelukan River berusaha untuk lepas dari jeratan lelaki itu. Ia sudah tersadar beberapa detik yang lalu, tapi River tidak mau melepaskannya. Lelaki itu justru malah mengencangkan pelukannya sambil menunduk. Menatapnya penuh peringatan.
Dia pikir Sora takut? Tentu tidak. Sora balas melotot pada lelaki itu, ia menggeram pelan. "Lepas." Bisiknya jengkel.
River menatap gadis kecil yang ada dipelukannya dingin. Pandangannya tidak berpindah sama sekali dari Sora.
Selain itu, ia juga mengabaikan pandangan Reina yang seakan meminta pertolongan pada nya.
Lelaki itu kembali duduk di tempat awalnya dengan Sora disebelahnya. Telah melepaskan gadis itu dari dekapannya. Bersikap acuh tak acuh kembali seakan-akan ia tak pernah melakukan hal apapun sebelumnya.
Mengabaikan pandangan terkejut dari semua orang yang ada di kantin.
Anne yang masih berdebat dengan Reina pun menggeram marah, "Masih punya muka lo buat ngomong gitu? Sadar diri anjing, lo udah nyelakain Luna!!" Bentak sang antagonis. Ia menarik rambut Reina dengan kuat hingga membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Aku... Aku udah bilang kalau aku gak pernah dorong Luna, Anne... Kenapa kamu terus bilang kayak gitu? Bahkan guru pun udah ngebuktiin aku gak bersalah, hiks.." Reina mulai menangis, mengiba pada Anne dan seluruh warga kantin.
"Gak bersalah? Jadi maksud lo gue sebagai korban dan orang yang hampir mati itu bohong? Anjing lo ya."
Luna yang sedari tadi mengamati dengan ekspresi yang telah datar, kini menghampir dengan murka. Ia menampar pipi Reina dengan kencang hingga berbunyi nyaring di kantin yang sepi. Semua orang terkesiap, kaget dengan tindakan Luna.
Gadis itu menatap murka pada Reina. Berani sekali gadis itu, "Guru gak nyatain lo bersalah karena lo yang ngebelakangin cctv. Mereka gak bisa liat lo yang secara langsung dorong gue!"
Reina yang telah ditampar dan dijambak itu pun semakin mengeraskan tangisannya. Ia sesekali melirik ke arah para lelaki yang ada di meja Sora. Namun mereka tidak sekali pun melirik Reina. Mereka justru menatap Sora yang kini sudah anteng kembali memakan sushi nya.
Gadis itu mengepalkan kedua tangannya erat diam-diam, 'Sialan!!' Batinnya murka.
Anne kemudian menarik Luna untuk duduk kembali. "Udah lah Lun, jangan buang tenaga lo buat si sampah. Gak pantes, nanti dia malah makin caper."
Luna diam dengan pandangan marah, berusaha menenangkan emosinya. Begitu pula dengan Anne.
Sora melihat kedua nya yang diam. Karena suasana jadi hening, Sora pun berinisiatif menyodorkan sushi nya yang masih tersisa. Ia menatap Anne dan Luna canggung.
"Kalian belom pesen kan? Makan ini aja dulu. Itung-itung pengganjal laper." Kata Sora pelan, sambil mengunyah sushi salmon di tangannya.
Kedua gadis itu menatap Sora lamat, tak lama tersenyum lebar karena terharu. Ohh, lihat betapa imut dan baiknya makhluk kerdil itu!

KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Leave The Extra Alone!
FantasyNeon, si cewek penganut moto 'tuhan bersama orang-orang yang santuy' tiba-tiba merasakan hidupnya gonjang ganjing. Gimana tidak gonjang ganjing coba. Setelah mati dikejar oleh kurma terbang di kamar mandinya, Neon justru tiba-tiba di lempar ke dalam...