10

7.6K 814 224
                                    

"Jadi, apa yang mau kalian lukis?"

Sora menatap kelima lelaki yang berada di kanan dan kiri nya bergantian. Menghela napas dalam hati karena merasa aneh dengan situasi ini. Kelimanya menatap Sora terus menerus, membuat ia ingin mencolok mata mereka.

Kakinya menyilang sambil memegang kuas, memilih menatap kanvas kosong yang ada di depannya. Sora tidak tahu ini hanya perasaannya saja atau tidak, tetapi ia seperti tidak dibiarkan pergi setelah adegan ala-ala drama sinetron tadi.

Tentunya dalam konteks tersirat. Setelah dilepaskan dan berterimakasih, ia ingin segera pergi ke tempat siswa lain yang agak jauh. Tetapi ditahan oleh Jercy yang terus bertanya dan mengancamnya akan mengadukan ke Bu Lea apabila Sora tidak mau membantunya.

Dengan terpaksa, Sora harus tetap tinggal dan meladeni lelaki itu. Mengabaikan tatapan penasaran dari seluruh siswa lain di ruangan seni.

Ia bergerak mengambil cat akrilik dan mulai membubuhkannya di atas kanvas kosong. Daripada berdiam-diam diri saja menunggu mereka, lebih baik ia ikut melukis sesuka hatinya. Toh Bu Lea tak akan marah padanya, yang ada malah senang.

Sambil terus menatapnya Jercy menjawab, "Pemandangan". Sora mengangguk singkat sambil masih bergerak melukis, "Yang lain?"

Tidak ada lagi yang menjawab pertanyaan Sora, membuat gadis itu menghela napas jengkel. Memang berbicara dengan makhluk fiksi itu butuh kesabaran ekstra.

"Saran gue buat kalian semua, lukis dengan perlahan dan pahamin makna atau tujuan yang mau lo lukis. Tuangin semua perasaan lo ke dalam lukisan itu dan jangan terpaku sama contoh atau stigma lukisan lo yang harus bagus. Biarin semua ngalir, enjoy aja."

"Kasih kesempatan tangan lo buat bergerak sesuai kata hati, percaya sama kemampuan lo. Karena seni itu tentang perspektif, mengkomunikasikan perasaan lo ke dalam lukisan. Kalau itu bisa terjadi, maka orang lain juga bakal bisa merasakan arti dari lukisan yang lo buat."

Sora berkata panjang lebar sambil mulai membentuk lukisan kasar seorang lelaki. Ia juga bisa melihat dari kedua ujung matanya bahwa kelima lelaki itu dan seluruh orang di ruangan mulai bergerak melukis setelah mendengarkan ucapannya.

Ia berhenti melukis sebentar untuk melihat lukisan kelimanya. Ia menengok ke arah kirinya yang terisi Jercy dan lelaki asing. Sedangkan disebelah kanannya terdapat satu lelaki asing lainnya, Yiguev serta River.

Jercy benar-benar melukis pemandangan seperti yang dikatakannya. Lukisan milik lelaki itu uhh... Cukup familiar? Ada gunung, sawah, matahari, burung, rumah...

Sora meringis pelan ketika melihat lukisan milik Yiguev. Lelaki itu melukis... Sora sendiri tidak yakin apa itu sebenarnya. Tapi kalau ia harus deskripsikan, bentuknya seperti... Manusia? Tapi kenapa kakinya empat... Dibilang mirip hewan juga Sora tidak yakin.

Sedangkan River melukis padang rumput dengan seorang gadis kecil ditengahnya.

Sora berdecak kagum di dalam hati ketika melihat itu... Wow, seperti yang diharapkan dari Male Lead pertama. Tapi entah kenapa Sora merasa familiar dengan sosok gadis yang ada di lukisan itu... Female Lead kah?

Ia termenung. Sepertinya... Memang ada adegan seperti ini di novel yang berlatarkan di ruang seni. Mengingat keberadaan Reina yand ada di ruangan ini sebelumnya. Padahal sepertinya mereka berbeda kelas. Mungkinkah kelas seni hari ini digabung?

Berarti besar kemungkinan bahwa apa yang sedang terjadi sekarang, merupakan salah satu adegan dari novel. Akan tetapi, ada banyak perbedaan signifikan yang terjadi. Khususnya pada alur.

Sora sudah menduga-duga bahwa alur cerita sepertinya akan berubah. Mengingat tingkah laku para tokoh yang tidak sesuai dengan penggambaran novel. Terutama Reina yang bersikap manipulatif dan playing victim. Ewwhh...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please, Leave The Extra Alone!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang