04

44 6 1
                                    


Tierney membawa Marvin yang sudah mabuk ke kamar mandi dan mendorongnya hingga jatuh membentur lantai. Hal itu membuat kesadaran Marvin kembali, ia sangat terkejut melihat Tierney didepannya menatapnya seperti binatang buas yang akan menerkam mangsanya.

"Kak Tierney.." ujar Marvin dengan lirih. Ia meringkuk dilantai ketakutan karena aura membunuh yang terpancar dari kakak tirinya itu.

Tierney berjongkok dihadapan Marvin "apa yang kau lakukan disini anak nakal?" Tanyanya dengan tangan kanannya mencengkeram rahang Marvin.

"Papa.. yang.. menyuruh.. ku" ujar Marvin terbata. Cengkraman dirahangnya cukup menyakitkan membuatnya kesulitan bicara.

"Papa?" Tierney semakin mengencangkan cengkramannya.

"Ia.. Papa.. ingin.. aku berkuliah.. disini.. dengan.. kakak..."

Mendengar ucapan adik tirinya membuat Tierney semakin marah. Ia melempar wajah Marvin hingga tersungkur dilantai. Tierney berdiri, ia memegang pelipisnya yang mulai berdenyut "jadi kakek tua itu menyuruh mu datang kesini untuk memata-matai ku? Sangat konyol" Tierney terkekeh dengan pemikiran Ayahnya yang sudah lama tidak ia temui.

"Tidak.. Papa hanya ingin tahu bagaimana kabarmu.. dia merindukanmu dan meminta kakak segera pulang" Marvin duduk dilantai dengan wajah menunduk. Ia tidak berani bertatapan mata dengan kakak tirinya itu.

"Katakan pada bajingan itu, aku tidak akan kembali sampai dia meminta maaf atas kematian ibuku" suaranya terdengar sangat dingin membuat tubuh Marvin menggigil. Saat Tierney ingin keluar ia melihat Keenan masuk kedalam kamar mandi dan melihat Marvin yang duduk dilantai.

"Apa kamu mendengar semuanya?" Tanya Tierney. Saat ini ekspresinya sangat kaku dan kesal berbanding terbalik dengan sifatnya yang pecicilan.

"Ah tidak. Aku baru saja tiba. Apa kamu mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya ku dengar?"

Tierney mengabaikan pertanyaan Keenan dan pergi meninggalkannya. Keenan hanya menatap kepergian sahabatnya itu dengan datar. Sebenarnya ia mendengar semua percakapan Tierney dan adik tirinya itu.

"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Keenan membantu Marvin bangun. Marvin yang masih pusing karena pengaruh alkohol menjadi limbung dan terjatuh kedalam pelukan Keenan.

"Aku akan mengantarmu pulang" ujar Keenan sambil memapah tubuh Marvin yang terasa sangat berat. berbeda dengan tubuhnya yang terlihat kecil.

*****

Win yang sudah kembali tersadar dari rasa terkejutnya pun berjalan dengan gontai ke kamar mandi. Ia sangat pusing setelah meminum 8 gelas bir, sepertinya toleransinya terhadap alkohol sudah mencapai batasnya. Namun Win ingin melihat keadaan Marvin saat ini. Win takut jika teman pertamanya di fakultas ini terluka.

Saat Win hampir sampai ke kamar mandi, ia melihat Marvin dipapah oleh Keenan.

"Apa kamu terluka?" Tanya Win yang cemas melihat Marvin sangat lemah sehingga tubuhnya dipapah oleh orang lain.

"Dia baik-baik saja hanya mabuk dan aku akan mengantarnya pulang. Kau tidak perlu cemas" ujar Keenan.

"Kamu siapa?" Tanya Win yang bingung melihat wajah asing didepannya. Win yakin jika pria yang sedang memapah tubuh Marvin bukanlah mahasiswa baru fakultas kedokteran, apa mungkin dia senior?

"Aku kenalannya, kamu tidak perlu cemas. Aku akan langsung membawanya kembali ke rumah" ujarnya.

Walaupun Win tidak mengenal Keenan tapi ia terlihat sangat bisa diandalkan. Win pun berterima kasih atas kebaikan Keenan dan mengantar kepergian mereka dengan tatapan matanya.

Eyestic 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang