01

165 17 3
                                    

Disebuah apartemen modern yang berada di pinggiran kota Helsinki, terlihat seorang pria yang mengenakan kaos putih dan celana pendek coklat duduk menatap laptop didepannya sambil menggigit jempolnya tanda ia sangat gugup. Ia melirik jam di atas meja yang menunjukkan pukul 20:59, masih ada 1 menit lagi sebelum informasi yang ia inginkan muncul.

Pria itu menutup kedua matanya dan membuka matanya lagi saat alarm yang ada diatas meja berbunyi tepat di pukul 21:00. Pria itu mengetik beberapa huruf dan akhirnya sebuah informasi yang ia inginkan pun terpampang didepan matanya. Pria itu membelalakkan matanya saat membaca isi pemberitahuan tersebut.

"Aku pulang..." Suara pria lain yang membuka pintu terdengar. Pria yang baru masuk kedalam rumah itu dibuat terkejut saat kekasihnya tiba-tiba berlari dan memeluknya dengan erat.

"Aku diterima" ujar pria yang sejak tadi gugup. Namun setelah ia menerima informasi jika ia diterima di universitas kedokteran ia menjadi sangat bahagia.

"Aku tahu kamu akan lolos. Selamat Win"

Pria yang dipanggil Win kembali memeluk kekasihnya dengan erat. Kekasihnya yang masih memegang plastik dikedua tangannya pun meletakkan plastik itu dilantai dan menggendong Win menuju sofa.

"Vachi.. apa yang kamu lakukan?" Win pura-pura berontak sambil memukuli kekasihnya yang terlihat lebih kecil darinya namun memiliki tubuh yang sangat kokoh dan berotot.

"Kamu berhasil masuk ke universitas terbaik di negara ini, jadi aku harus memberimu hadiah..." Vachi memerangkap tubuh Win dengan kedua tangannya hingga akhirnya Win berbaring diatas sofa. Keduanya saling menatap sambil tersenyum.

"Hadiah apa? Aku ingin melihatnya" ujar Win nakal, malah semakin memprovokasi Vachi dengan tangannya yang menggerayangi tubuh pria yang berada diatasnya.

Vachi memandang wajah Win yang sangat menggoda, ia memajukan wajahnya hingga membuat hidungnya dan hidung Win saling bersentuhan.

"Apa kamu benar-benar ingin melihatnya?" Tanya Vachi yang menatap tepat di manik mata Win. Ia mengambil tangan Win yang masih menggerayangi tubuhnya dan mengangkatnya keatas kepala Win.

"Aku ingin melihatnya" ujar Win dengan susah payah. Ia bahkan menegukkan air liurnya karena nafsunya sudah memuncak. Apalagi ketika Vachi menghembuskan nafas panas ke wajahnya.

Menerima godaan dari kekasihnya membuat Vachi tidak bisa menahan nafsunya lagi. Ia langsung melumat bibir Win dengan ganas dan lidah keduanya pun saling beradu seakan tidak ingin kalah. Disela-sela ciuman yang sangat intens itu Win dan Vachi tersenyum sambil menarik nafas dalam-dalam sebelum keduanya kembali berciuman. Suara bibir yang saling beradu membuat suasana menjadi semakin panas.

Secara perlahan Vachi menanggalkan satu persatu pakaian Win sambil terus menciumi tubuh Win dengan lembut. Win yang diberikan kenikmatan tiada tara itu hanya bisa mendesah dan meminta kekasihnya untuk terus melakukannya.

"Apa kamu siap?" Tanya Vachi yang kini melepas celananya sendiri sedangkan di tubuh Win sudah tidak ada sehelai kain pun.

"Aku akan menerima hadiah mu dengan senang hati" ujar Win menatap tonjolan besar dibalik underwear Vachi. Ia sudah terlalu sering melihatnya, namun tetap saja melihat dan merasakannya secara langsung sangat berbeda.

Entah sudah berapa lama hingga berapa ronde yang mereka lakukan. Win dan Vachi berbaring diatas kasur dengan tubuh penuh keringat serta nafas yang memburu karena kelelahan. Win menatap Vachi yang ada disamping kanannya dan memeluk tubuhnya yang masih telanjang bulat "terimakasih" ujar Win tulus. Ia merasa sangat nyaman tidur sambil memeluk Vachi seperti saat ini apalagi setelah mereka melakukan "pemberian hadiah" yang menguras tenaga.

Eyestic 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang