❝Kujadikan dia pemeran utama, kendati aku hanya peran kosong tanpa makna di dalam tulisannya.❞ —Xabiru Cakrawangsa
***
"Mas, ini temennya nggak sadar."
Itu kalimat pertama yang Xabiru dengar ketika tungkai kakinya terayun menghampiri Shea dan Kanara di pinggiran jalanan. Tidak sadar di sini bukan berarti pingsan, dua perempuan itu masih berceloteh kendati matanya sama-sama menurun sayu. Apa mereka sedang kobam karena minuman? Agaknya Xabiru kurang yakin. Ia mengenal Shea sudah sangat lama, cewek yang tidak pernah minat dengan itu.
"She—"
"HENTIKAN ADUDU! Jangan pernah berani melangkah mendekati Ratu Cleopatra! Bentuk kepala kita beda! Hush, hush!" usir Shea pada Xabiru.
"Lo ngapain, Sheyton?!" tanya Xabiru kaget ketika melihat gadis itu bersujud di atas trotoar. Gerakannya seperti sedang menyembah, tetapi arah kiblatnya pada sepatu Xabiru.
Shea mendongak dengan wajah merengut. "Sshtt... alter ego saya memberontak ingin keluar," bisiknya pelan. Ia merundukan punggung, lalu bangkit duduk. Menunduk lagi, kemudian bangkit duduk lagi. Lama-lama gerakannya malah menyerempet ke Tari Saman. Meskipun sangat asal-asalan.
"Tiba-tiba punya alter ego. Emangnya alter ego lo apaan?" Oke, Xabiru juga tolol karena bertanya pada orang delusi.
"Angling darma, " jawab Shea pelan.
"Istighfar kata gue mah!" Xabiru maju, menarik Shea untuk bangkit. Namun, gadis itu memberontak keras. Shea menjerit-jerit seperti akan diculik, tubuh gadis itu meliuk seperti ular sebelum akhirnya menggigit lengan Xabiru. Lelaki itu terperangah. Bukan karena sakit, lebih ke arah syok saja diserang tiba-tiba.
"JANGAN PEGANG-PEGANG AKU, MASIMO! NANTI AKU HAMIL!" teriak Shea histeris, dan Xabiru langsung membekap mulut gadis itu.
"Shea, omongan lo ...." Xabiru melirik ke sekeliling. Sadar penuh mereka dijadikan bahan tontonan orang yang melewat, dan ia takut jika kalimat Shea malah mengundang perfitnahan. Xabiru bisa mati dikeroyok warga kalau seperti ini ceritanya. "Lo, ikut gue balik—" Xabiru menahan gerakan Shea yang meronta-ronta. Semakin tidak terkendali saja. "Shea pulang!"
"Nggak mau pulang, maunya digoyang!" Shea bernyanyi keras. Gadis itu mengalungkan tangannya di leher Xabiru. "Mas, goyang ...."
"Astaghfirullah!"
Xabiru gila lama-lama di sini. Seolah belum cukup dengan kondisi Shea, lagi-lagi lelaki itu harus menerima fakta jika Kanara juga tidak kalau jauh berbeda dengan gadis ini.
Berbeda dengan Shea barusan yang tampak bahagia berbunga-bunga, Kanara justru menampilkan air wajah yang sebaliknya. Gadis itu menangis. Kanara tersengguk-sengguk seraya memegang sebelah kakinya yang sok lumpuh. Gadis itu meletakkan jepitan rambut di atas lutut, kemudian digerakan maju mundur. Berlagak ingin memotong kakinya sendiri. "Tolong, kaki saya jadi kabel sebelah. Kecil ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA : Last Flower
JugendliteraturMadava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dikenal sebagai kutukan setan. Ia habis disumpah serapahi, bahkan hingga akhir kematiannya. Awalnya semu...