Woyyy! Kalian keren banget jarinya! Nembus targetnya melebihi batas 😭☝🏻 Tengkyuu, sekarang aku lunas ya udah update lagi 😋
****
Bibi Maiza : A, ini Alea nggak pulang dari semalam. Bibi coba nanya-nanya sama temen sekelasnya yang lain pun, nggak ada yang tau. A Biru habis pulang dari acara sekolah Aziel, bantuin Bibi cari Alea, ya?
Xabiru mematikan ponsel, ikut berpikir kemana perginya keponakan tersayang ibu asuhnya tersebut. Terakhir kali Xabiru melihat Alea itu kemarin, saat ia menyuruh gadis itu pulang sebab tidak enak badan. Selebihnya Xabiru tidak bertemu lagi, tahu-tahu saat subuh mendapat pesan dari Bi Maiza bahwa Alea tidak kunjung pulang. Ada apa dengan gadis itu?
"Kira-kira Alea pergi kemana?" tanya Xabiru ketika menjemput Shea ke rumah. Sesuai janji, hari ini mereka akan pergi ke acara pentas seni.
"Gue kurang tau, sih, coba nanti tanyain Haira. Kali aja dia tau temen Alea siapa aja," sahut Shea. Kendati selalu kesal dengan sikap Alea yang kurang ajar, tetap saja di situasi seperti ini ia ikut khawatir. "Udah bisa dilaporin ke polisi nggak Ru, kalau gitu?"
"Belum dua puluh empat jam. Belum dinyatakan ilang. Habis acara sekolah kita cari tau lagi." Xabiru memberikan penjelasan. "Tapi coba kita nanya dulu ke cowoknya. Ya kali, Zayyan nggak tau ceweknya kemana."
Shea bergumam. Gadis itu sedikit meragukan, mengingat jika Zayyan Arlen sendiri jarang memberi waktu banyak untuk Alea—ya, tidak jauh seperti saat masih berpacaran dengan Shea. Zayyan kurang pintar membagi waktu.
"Boleh deh nanti nanyain sama Zayn. Sama lo tapi," kata Shea memberi wanti-wanti, sudah gumoh berurusan dengan lelaki itu.
"Oke. Nanti gue yang nanya."
Alih-alih berangkat, yang Shea dapati adalah Xabiru tidak berhenti menatapnya. Shea tau itu pandangan yang tidak sengaja. Air wajah lelaki itu saja nampak polos tanpa dibuat-buat.
"Eh... ini gue bagus nggak sih pake pita gini?" tanya Shea meminta pendapat, tangannya menyentuh pita biru muda yang terpasang di rambutnya yang diikat setengah. Takut ada yang salah dengan tampilannya, hingga Xabiru melihatinya begitu. "Enggak bagus ya, Ru?"
"Bagus anjir," balas Xabiru terburu-buru. Sesaat kemudian lelaki itu meringis. "Eh, maaf kasar," ucapnya merasa tidak enak. Bisa-bisanya terlalu terpana membuatnya kelepasan. "Maaf Mbak pacar, mulutnya kurang hidayah."
Shea tertawa pelan. "Jadi bagus nggak nih?"
"More," jawab Xabiru lagi, kali ini nadanya terdengar manis. "Shea selalu cantik, Biru suka."
Shea menyipitkan mata. "Ah yang bener?"
"Emang muka gue tipe yang mencurigakan dan nggak ngeyakinin, ya?" Xabiru balik bertanya. Padahal ia sudah mengejar ugal-ugalan, soal memuji sudah pasti mantap keluar dari hati. "Oke, lo nggak cuman cantik, tapi ayu, gergous, yeppeuda, kawaii, flawless! Cukup nggak? Kalau masih kurang, gue mau buka kamus dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA : Last Flower
Teen FictionMadava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dikenal sebagai kutukan setan. Ia habis disumpah serapahi, bahkan hingga akhir kematiannya. Awalnya semu...